Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 38a
Pagi harinya Cagvairs sudah dihebohkan kembali dengan datangan pasangan YoShill yang baru saja datang dengan mobil Rio. Kasakkusuk sudah terdengar jelas disana-sana membenarkan kabar-burung yang sudah beredar sejak kemarin semenjak artikel mading berisi kelompok Rio dan Shilla cs disana. Persepsi jadi semakin meluas dengan datangnya Ify bersama Deva. Sivia datang bersama Keke diantar sopirnya dan terakhir Alvin dan Gabriel yang justru datang masing-masing dengan kendaraan pribadinya.
Ada yang bilang terjadi sebuah cinta segitiga antara Ify-Rio-Shilla namun menjadi segi empat dengan datangnya Gabriel. Rumit. Rio yang dekat dengan Ify ternyata menyukai Shilla, dan notabene Gabriel yang awal-awal kepindahannya dekat sama Ify juga menyukai Shilla tapi menyadari sepertinya Shilla lebih menyukai Rio membuat Gabriel mengalah dan menjauh dari Shilla maupun Ify, hingga pagi ini dia berangkat sendiri. Berikutnya salah satu pasangan teromantis di Cagvairs, Alvin-Sivia dikabarkan menjauh karena gosip Alvin dan Ify, hingga akhirnya Alvin menjadi single diatas cagivanya dan Sivia bersama adiknya. Sedangkan untuk Ify sendiri terlihat tidak begitu memusingkan kejadian kemarin. Membuat banyak gosip-beredar-dan-pastinya-tidak-bertanggung-jawab meragukan jika apa benar kabar di mading itu fakta? Atau memang ada penjelasan masuk akal yang mendasari semuanya? Walaupun demikian, sepertinya Pihak yang bersangkutan lebih memilih diam dan membiarkan kabar burung itu tenggelem dengan sendirinya.
Deva mengantar Ify kekelasnya. Memang sudah perjanjian akan mengantar Ify kemanapun apalagi untuk melindungi kakaknya dari kabar burung tidak-bertanggung-jawab yang sudah beredar luas. Perjanjian yang tentu saja membuat Ify mengernyit sebal mati-matian.
“Loe istirahat perlu gue jemput juga gak?” Tanya Deva.
“Untuk sekolah gue ada Via” Ringis Ify.
“Oke, kalo gitu pulang sekolah?” Tanya Deva lagi.
“Via sama Keke pulang bareng kita, jadi gue bareng Via aja” Rengut Ify menahan kesal.
“Yaudah, nanti kalo ada apa-apa loe BM gue aja” Pesan Deva yang membuat Ify mengangguk. Deva mengalihkan pandangannya pada Sivia. “Kak, gue titip Kak Ify ya. Loe tau kan gimana adatnya kalo....”
“Dev..!” Keluh Ify. “Gue hampir gila dengernya tau”
“Makanya jangan terbiasa ngelanggar peraturan” Sindir Deva.
Ify manyun.
Sedangkan Sivia tertawa kosong. “Iya, gue tau harus apa. Kejadian kemarin gue anggap klimaks dan harus jadi yang terakhir”
Deva mengacungkan jempol. “Gue balik kekelas dulu ya” Pamit Deva.
Sepeninggal Deva, Ify masih saja kesal habis-habisan. Sivia yang melihat itu langsung tergelak.
Pandangan Ify langsung mengarah ke Sivia. “Loe mau jadi satpam gue juga hari ini?” Tanya Ify.
Sivia langsung berusaha menghentikan tawanya. “Ogah banget jadi satpam. Cukup Deva aja. Gue mah mau jadi temen baik yang akan lebih baik lagi”
“Dengan ngeproteksi gue gitu? Apa beda?”
“Jelas beda, Deva adek sekaligus satpam loe dan gue sahabat sekaligus teman-yang-lebih-baik-untuk-loe hari ini” Jawab Sivia mantap.
Ify mencibir.
“PANGGILAN KEPADA MARIO STEVANO KELAS XI IPA 1 DITUNGGU PAK DUTA DI RUANG GURU”
Tubuh Ify langsung kaku begitu mendengar pengumuman tersebut. Hanya nama yang ia sebuah nama yang ia dengar saat ini, tapi kenapa begitu dahsyat dampaknya untuk hatinya sendiri. Sivia hanya memperhatikan reaksi ify dalam diam.
“MAAF, SEKALI LAGI. PANGGILAN UNTUK MARIO STEVANO KELAS XI IPA 1 DAN ALYSSA SAUFIKA KELAS XI IPA 2 DITUNGGU PAK DUTA DI RUANG GURU”
Sepertinya oksigen disekeliling Ify benar-benar menipis saat ini. Ify benar-benar terdiam di tempatnya. Sementara 39 pasang mata sudah mengarah padanya.
“Fy” Panggil Sivia sambil menepuk lengan Ify pelan. Namun cukup membuat Ify tersentak dan menghadap Sivia.
“Mau gue temenin?” Tawar Sivia.
Ify mengatur nafasnya. Lalu menggeleng pelan. “Gak perlu, loe sendirikan yang mau gue kembali ‘berdiri’? Biarkan gue terbiasa, walau sakit” Jawab Ify lirih pada bagian akhirnya. Perlahan Ify bangkit dan mulai menyeret langkahnya keluar kelas diiringi tatapan simpati kelasnya.
Semua yang pernah kita lewati...
Tak mungkin dapat ku dustai...
Meskipun harus tertatih...
***
Bukan hanya Ify. Rio juga langsung terdiam ditempatnya begitu panggilan kedua yang ditujukan kepada dirinya. Tidak hanya menyebut namanya. Tapi juga gadis itu, gadis yang ingin dilupakannya tapi tentu saja selalu menari dalam angannya. Justru sekarang malah makin dekat dalam jangkauan pandangannya.
“Yo” Cakka menyikut Rio pelan.
Rio tersadar dan langsung mengedarkan pandangannya kesekeliling kelas yang ternyata juga menatap dirinya. Didepan mejanya duduk tampak Shilla yang meliriknya dengan pandangan cemas. Rio langsung mengendalikan dirinya dan berusaha tersenyum pada Shilla meskipun dengan senyum yang dipaksakan.
“Trust me” Ucap Rio pelan sambil mengacak puncak kepala Shilla untuk menenangkan gadis itu. Kemudian melangkah keluar kelas untuk memenuhi panggilan.
***
Begitu Rio memasuki ruangan Pak Duta ternyata sudah ada Ify yang duduk dihadapan Pembina OSISnya itu.
“Duduk Mario” Ucap Pak Duta.
Rio menurut dan langsung duduk disamping Ify yang justru bersikap tidak menyadari keberadaaannya.
“Baiklah, langsung saja. Begini Yo, Fy. Sekolah kita didaulat untuk mengisi acara Pensi Nasional Bakat Pemuda Indonesia dalam bidang menyanyi.” Jelas Pak Duta.
“Bapak berniat menggunakan kami?” Sahut Rio to the point.
Pak Duta mengangguk.
“Kenapa harus kami Pak? Ini salah satu sekolah musik kan? Pasti banyak yang lebih bisa mewakili dibanding saya” Protes Ify yang membuat Rio langsung menoleh kepadanya.
Ify baru saja tidak menggunakan kata jamak dengan ucapan “kami/kita” tetapi “saya” yang justru mengartikan tunggal. Singkat, hanya untuk dirinya sendiri.
Ify berusaha mengacuhkan tatapan Rio.
“Tapi saya begitu terkesan dengan duet kalian, apalagi kalian bilang saat itu jika kalian tidak melakukan latihan sama sekali. Bagaimana jika nanti kalian latihan? Pasti hasilnya lebih dari kemarin.” Jelas Pak Duta.
“Tapi Pak.....”
“Banyak pasangan di Cagvairs yang justru lebih mendapatkan feel dari pada saya dan Rio.” Potong Ify terhadap ucapan Rio.
“Memang banyak, tapi kalau begitu saya harus membuang waktu untuk menyeleksi mereka semua. Sedangkan waktu tinggal seminggu lagi.” Ucap Pak Duta.
Mata Ify dan Rio kompak terbelalak.
‘Kenapa harus di saat begini sih’ Bathin Ify.
“Atau begini saja, Rio sekarang sudah ada pasangan sendiri yaitu Shilla. Gimana kalo saya digantikan dia? Feelnya pasti lebih ngena kan?” Jelas Ify yang cukup membuat Rio langsung menatap tajam dirinya. Lagi, Ify berusaha tidak peduli.
“Malam itu kalau tidak salah Shilla absent kan karena pasca operasi. Masalah kualitas suara saya pasti tidak akan ragu, karena angkatan kalian kualitas suaranya diatas rata-rata. Tapi untuk masalah feel pasti tidak bisa dipaksa kan? Jika nanti seandainya bapak mengganti kamu dengan Shilla, dan seandainya feel kecocokan menurut bapak kurang, lalu saya memutuskan untuk menggantinya dengan kamu lagi. Apa nantinya malah tidak membuatnya lebih kecewa?” Ucap Pak Duta panjang lebar.
Ify berusaha memutar otaknya, penjelasan Pak Duta benar-benar masuk akal.
“Untuk kamu sendiri Mario. Gimana keputusan kamu? Dalam bernyanyi kamu lebih ‘srek ke siapa?” Tanya Pak Duta. “Terlepas dalam hal hubungan” lanjutnya lagi yang sukses membuat Rio menghela nafas berat.
Ify menatap Rio sebentar, lalu kembali membuang muka. Tidak. Tidak lagi boleh berharap oleh laki-laki disampingnya ini. Bathinnya.
“Saya....” Rio menggantung.
Ify memainkan jarinya cemas akan jawaban Rio.
“Dengan siapapun, saya akan berusaha menjalankan mandat ini” Ucap Rio tegas. Mana mungkin dia bisa memilih dalam keadaan seperti ini? Bathinnya.
Ify menghela nafas berat. “Apa....” Ify bingung melanjutkan ucapannya.
“Apa saya harus mengundurkan diri juga dari seluruh kegiatan sekolah selain OSIS dan Ekstra Basket?” Tanya Ify pelan.
Tatapan Pak Duta yang tadinya memohon berubah tajam. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Pak Duta langsung membongkar File dibelakangnya berlabel “XI IPA 2”. Dengan cepat ditarikan salah satu berkas dalam file tersebut. “Alyssa Saufika Umari” begitulah yang tertulis disana.
Rio menatap heran, sedangkan Ify menatap dengan tatapan datar. Keputusan memang sudah final.
***
Ify melangkah bersama Sivia keluar kelas. Gabriel dan Alvin sudah keluar kelas terlebih dahulu, karena untuk sementara mereka akan kembali menjaga jarak.
“Kenapa harus disaat begini sih? Waktu itu aja susah payah” Keluh Ify.
“Jangan ngeluh, bukannya dari awal memang elo yang mengajukan semua? Wajar Pak Duta menuntut balik. Itu konsistensi yang harus loe jalanin” Tegur Sivia.
“Gue kan gak tau kalo keadaannya akan kayak gini” Ucap Ify dengan nada menyesal.
“Karena memang gak ada yang tau kan hari esok dan seterusnya?” Sahut Sivia.
“Seandainya semua lebih terbuka pasti gak kayak gini” Ucap Sebuah suara didepannya mereka.
“Tapi akan lebih parah dari ini” Tanggap Ify cepat.
Sivia mengernyitkan dahinya.
“Kalo semua terbuka? Yakin Shilla mau nerima ginjal gue? Yakin dia bertahan sampai saat ini? Apa Rio mau sama gue bukan karena alasan kasihan karena gue mengorbankan semua? Apa Shilla nanti bisa menerima gue sama Rio sementara dia juga ngerasain hal yang sama dengan apa yang gue rasa sama Rio?” Cerocos Ify.
“Loe terlalu sering melihat dari sisi kanan, dan itu membuat loe lupa kalo masih ada sisi kiri disampingnya” Ucap Alvin santai.
“Sederhanakan? Gaperlu melihat keseluruhan. Simple” Ucap Ify.
“Sederhana? Menyangkut hati? Menyangkut Cinta? Memang gimana menurut loe definisi cinta sebenarnya?” Tanya Alvin.
“Mencintai seseorang tanpa mengharap balasan” Jawab Sivia.
“Melepas demi kebahagiaan yang lain” Jawab Ify hampir berbarengan dengan Sivia.
Alvin langsung tertawa. Yang mebuat Ify dan Sivia mengernyitkan dahi mereka.
Alvin menghentikan tawanya begitu melihat reaksi dua gadis dihadapannya. “Jawaban loe berdua munafik” Ucap Alvin tajam. “Walaupun sederhana, cinta tetaplah mutlak. Wajib saling memiliki” lanjutnya.
“Itu egois” Sahut Ify.
“Memang begitu kan?” Tanggap Alvin santai.
“Atas nama cinta kan loe minta Rio untuk sama Shilla? Padahal Rio cintanya sama elo? Bukannya itu bagian dari egois? Menyuruh seseorang melakukan hal diluar keinginannya?” Alvin berucap tajam.
Ify hanya diam.
“Hubungan yang harus dijalankan pasti berdasarkan cinta. Cinta itu mutualisme, bukan soal menguntungkan. Tapi saling merasakan” Ucap Alvin lagi, namun kali ini sambil memandang Sivia yang langsung menunduk.
“Untuk itu..” Ify kembali bersuara, namun menggantung kalimatnya. “Kami yang memulai bersama, tapi gue yang mengakhiri duluan, jadi harus ada kisah lain yang gue mulai untuk dia” Lanjut Ify sambil memandang kearah lain tepat dimana pemandangan Rio tengah membukakan pintu mobilnya untuk Shilla.
***
Bila kita mencintai yang lain
Mungkinkah hati ini akan tegar
Sebisa mungkin tak akan pernah
Sayangku akan hilang
“Stop dulu deh stop” Seru Bu ucie sambil menghentikan instrumen piano yang dimainkannya mengiringi Rio dan Ify bernyanyi.
Rio dan Ify menghentikan suara.
“Kenapa feelnya gak ngena kayak waktu itu ya? Genre musik dan penyanyinya sama. Ayodong, kalian ada apa sih?” Tanya Bu Ucie.
Tak ada yang menjawab. Rio dan Ify sudah terlanjur larut dengan pikiran mereka masing-masing.
Flash Back On
Tatapan Pak Duta yang tadinya memohon berubah tajam. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Pak Duta langsung membongkar File dibelakangnya berlabel “XI IPA 2”. Dengan cepat ditarikan salah satu berkas dalam file tersebut. “Alyssa Saufika Umari” begitulah yang tertulis disana.
Rio menatap heran, sedangkan Ify menatap dengan tatapan datar. Keputusan memang sudah final.
Pak Duta mengeluarkan selembar kertas paling atas dari berkas tersebut dan langsung menyodorkannya ke arah Ify.
“Ini kamu yang menulis, kamu juga menandatangani dan disetujui oleh Ibu Linda. Kamu yang mengatakan, bagaimanapun keadaannya kamu yang pemilik yayasan meminta untuk tidak dibedakan dengan murid lainnya. Akan dinasehati jika membantah, akan dihukum jika melanggar peraturan, akan berusaha berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya” Ucap Pak Duta panjang lebar menjabarkan dengan singkat isi perjanjian yang ada diatas kertas tersebut.
Rio mengangguk kecil paham.
Ify diam. Berkas tersebut memang berisi surat perjanjian tentang dirinya.
“Masalah Osis dan Ekstra basket saya berusaha memberi kelonggaran karena alasan kamu. Tapi untuk ini? Saya hanya mengingatkan kamu atas kekonsistensian yang tinggi dalam diri kamu dari dulu Fy.” Jelas Pak Duta dengan nada tegas.
Ify menghela nafas berat. Lalu perlahan mengangguk pelan. “Saya ikut...”
Ucapan yang membuat Pak Duta mengela nafas lega.
Flash Back Off
“Fy” Panggil Bu Ucie sambil menyenggol lengan Ify pelan.
Ify tersentak. “Iya bu?”
“Ayo mulai lagi. Ingat, menyanyilah pakai hati. Coba sekarang kalian berhadapan. Rasakan feel dari lagu itu. Jangan buat latihan hari ini sia-sia” Ucap Bu Ucie dengan nada memohon.
Yang membuat Rio dan Ify langsung mengangguk.
***
Baru saja 15 menit dari jam bubaran sekolah, tapi sekolahnya sudah sepi dari para penghuninya. Paling hanya beberapa yang masih terlihat berkeliaran menunggu angkutan umum. Seperti Shilla yang saat ini tengah menunggu Taksi untuk pulang kerumahnya. Ya, hari in Rio sedang latihan vocal bersama Ify untuk mengisi acara pensi beberapa hari lagi. Dan berhubung hari ini adalah jadwal check up, membuatnya tidak bisa melihat sesi latihan dari Rio dan Ify.
“Hey, pulang sendiri nona?” Tanya Seseorang dari jaguar hitamnya.
Shilla menyipitkan mata berusaha melihat seseorang yang menyapanya tadi dari kaca jendela yang terbuka.
“Gabriel!!” Seru Shilla, entah mengapa ada perasaan yang meledak-ledak begitu mengetahui siapa yang menyapanya saat ini.
“Mau bareng?” Tawar Gabriel yang kini sudah keluar dari dalam mobilnya dan sudah berdiri dihadaan Shilla.
“Gak perlu deh, gue naik taksi aja. Lagipula....” Ucapan Shilla menggantung mengingat foto-foto yang pernah ditempel dimading. Senyaman-nyamannya dia oleh laki-laki didepannya ini Shilla juga tidak ingin jika di cap sebagai tukang selingkuh dan sebagainya. Terlebih saat ini Rio juga sedang bersama Ify.
“takut ada gosip lagi?” Ucap Gabriel seperti menebak isi kepala Shilla.
Shilla mengulum senyumnya pertanda malu isi kepalanya ditebak.
Gabriel terkekeh melihat tingkah Shilla lalu melirik jam sport ditangannya. “hari ini jadwal loe check up lho. Dan biar gue tebak, karena Rio lagi sama Ify pasti loe gak ada yang nganterin. Loe naik taksi pasti kerumah dulu terus minta temenin nyokap loe, sedangkan taksi dari tadi gak lewat-lewat. Dan prediksi gue, loe akan telat” Ucap Gabriel sambil memasang tampang detektifnya.
Tawa Shilla langsung meledak. “Kayak dukun loe hahaha..” Ucap Shilla masih tertawa.
Gabriel menggedikan bahunya. “So, mending kita langsung kerumah sakit. Biar gue yang temenin loe. Gimana?”
Shilla berhenti tertawa. “Emang gue tadi bilang gue mau pulang bareng loe?” Goda Shilla.
Gantian muka Gabriel memerah sekarang, Shilla langsung tertawa kembali. “Akhirnya gue bisa ngegoda loe juga” Ucap Shilla ditengah tawanya.
Gabriel langsung mengendalikan dirinya. Lalu tersenyum miring khasnya. “Loe dihukum, masuk mobil gue dan gue yang anter loe hari ini” Ucap Gabriel.
Shilla tertawa, namun tetap mengikuti perintah Gabriel.
***
Sivia tengah bermalas-malasan ditempat tidurnya. Memang sudah beberapa hari belakangan ini Sivia pulang lebih awal dari biasanya. Biasanya dia baru akan dirumah sore hari bahkan terkadang dibeberapa waktu suka malam. Hari ini Ify kembali latihan vocal bersama Rio, walaupun tadi sudah memaksa setengah mati untuk menemani, apalagi setelah mendengar cerita Ify yang mengatakan jika latihan tersebut tidak membuatnya nyaman. Namun, seperti kemarin-kemarin Ify tetap bersikeras untuk tetap sendiri. Walau dengan berat hati akhirnya Sivia dan Deva yang juga ikut memaksa langsung beranjak untuk pulang.
Getar BB disampingnya benar-benar mengganggu ‘posisi magernya’ saat ini. Dengan setengah hati, diraihnya BB tersebut dan melihat apa yng sudah ‘mengganggu’ waktunya saat ini.
Ternyata sebuah BBM
AlvJo AV : Vi, dimana?
Sivia mengerucutkan bibirnya. Begitu mengetahui siapa yang mem BBM nya kali ini. Kekesalannya sudah berkurang dari kemarin, tapi kalau mengingat kejadian tersebut, siapasih yang gak gondok pacarnya membela orang lain yang kita tidak suka?
Viazizah : alam mimpi!
AlvJo AV : ok, aku menyuruh kamu bangun dr mimpi kamu skrg jg
Viazizah : Gk bs! Lg seru.
AlvJo AV : aku paksa bangun.
Viazizah : Gk mau.
Tak lama bunyi pintu kamar Sivia diketuk. Dengan langkah malas, Sivia menyeret kakinya untuk melangkah membuka pintu yang tadi sengaja dikuncinya. Begitu pinttu terbuka.
“Alvin!!” Pekik Sivia, begitu melihat sosok tegap itu berdiri di depan pintu kamarnya.
“Nyatanya kamu mau bangun juga kan?” Ucap Alvin sambil menahan senyumnya.
Sivia mengerucutkan bibirnya. “Curang”
“Strategi!” ucap Alvin tak mau kalah.
Sivia mendelik.
Alvin nyengir “Jalan sebentar yuk” ajaknya.
“Gak mau, ngantuk”
“Masih marah?” Tanya Alvin.
“Gatau” Sewot Sivia. ‘Yaiyalah!’ bathinnya.
“Jadi.... krisis kepercayaan sama gue?” Tanya Alvin lagi.
Sivia tidak menjawab, hanya pura-pura tidak mendengar.
“Ayo ikut” Ucap Alvin sambil menarik lengan Sivia.
“Ih apasih, gamau”Ucap Sivia sewot.
“Ikut”
“Nggak”
“Ikut”
“Nggak”
“Ikut”
“Nggak”
“Oke aku ngajak Zevana”
“Terserah” Ketus Sivia yang langsung saja hampir menutup kembali pintu kamarnya.
“Eh iya, bercanda bercanda bercanda” Seru Alvin sambil menahan pintu kamar yang mau ditutup Sivia.
Sivia memandang dengan tampang kesalnya.
“Ikut gue kali ini. Please, setelah itu terserah elo” Ucap Alvin dengan nada memohon yang begitu lirih.
Sivia memutar bola matanya, nampak berpikir. “Oke. Harus serius, awas maen-maen” ancamnya galak.
Alvin tersenyum lega dan mengangguk kecil menandakan janji kecilnya. Baru saja ingin menarik tangan Sivia untuk digenggamnya, keburu Sivia sudah menyembunyikan lengannya dibalik punggung.
“Hehh, gak ada pegang-pegangan. Emang mau nyebrang?” Ucap Sivia.
“Naik motor gue juga nanti peluk-pelukkan” Sahut Alvin.
“Siapa? Elo sama bemper motor?” Tanya Sivia tanpa dosa.
Alvin manyun.
“Makin jelek aja loe. Udah duluan sana hush... hush...” Ucap Sivia sambil mengibaskan tangannya kedepan.
***
“Cakka... Cakkka....”
Cakka berusaha tidak mempedulikan gadis yang entah sudah berapa kali memanggil namanya. Cakka masih memusatkan pikirannya pada bola basket yang di dribblenya. Begitu Cakka melakukan shoot, bola langsung dipotong oleh Block Shoot orang lain.
“Aturan tadi masuk tuh” Keluh Cakka sambil mengusap peluh didahinya.
“Ya elo, dipanggil-panggil gak nengok. Kalo gak pake cara gini pasti masih maen” Ucap Orang yang tadi mem-block shoot bolanya.
“Bukan gitu Ag, Zevana udah manggil gue keberapa kali? Tiap gue tanggepin pasti pertanyaannya sama ‘Alvin beneran jadi kesini kan Cak?’ ‘Alvin manasih Cak?’ ‘Alvin beneran latihan sama loe disini kan?’ “ Cerocos Cakka sambil mengikuti logat bicara Zevana yang dari tadi tidak absen memanggil namanya hanya untuk menanyakan Alvin dimana.
Agni terkekeh. “jahat loe” Ucap Agni sambil meninju bahu Cakka. “Temen gue tuh” lanjutnya.
Cakka tidak ikut tertawa. Karena baginya tidak ada yang lucu. Namanya selalu disebut saat bermain basket bukan menjadi hal langka bagi dirinya. Bukan hanya nama, ucapan pujian bahkan juga akan meluncur mengikuti nama tersebut. Namun kali ini? Namanya disebut oleh orang yang jelas saja bukan penggemarnya. Berulang kali memecah konsentrasinya, untuk menanyakan orang lain pula.
Agni ikut terdiam begitu menyadari cakka tidak ikut tertawa bersamanya.
Menyadari reaksi Agni. Cakka teringat sesuatu.
“Untuk hal sepele kayak tadi kamu belain zevana dan bilang dia temen kamu, kenapa kemaren gak belain Ify yang kondisinya begitu?” Tanya Cakka tiba-tiba.
Agni terdiam. Tampak berpikir. “Apasih Kka, kok jadi ganyambung gini?” Ucap Agni mengalihkan.
“Bukan gak nyambung Ag, Cuma pengen membandingkan aja. Zevana temen kamu kan? Kalo Ify? Sahabat kamu kayaknya. Tapi kok......”
“Kita kok jadi ngomongin Ify sih Kka?” Tanya Agni memotong ucapan Cakka. Kurang nyaman dengan topik yang dibincangkan kali ini.
“Gakpapasih, aku Cuma........”
“KYAAAAAAAAA Alviiinnnnnnnnn”
Ucapan Cakka sukses terpotong teriakan Zevana yang tampak menyambut kedatangan Alvin yang datang bersama Sivia. Baru saja Cakka ingin melanjutkan dialognya dengan Agni. Namun ternyata Agni sudah kembali berkumpul dengan kroni-kroninya dipinggir lapangannya. Cakka menghembuskan nafas berat.
---
“Kyaaa Alviiinnn” Akhirnya loe dateng juga, seru Zevana sambil menelusup antara Sivia dan Alvin lalu menggelendot manja dilengan Alvin, yang langsung membuat Sivia menyingkir teratur.
Zevana mendelik kearah Sivia, sedangkan Sivia membalas dengan memeletkan lidahnya.
“Aduh Alvin kepanasan ya, ampe keringetan gini” Cerocos Zevana yang diikuti ekspresi penuh kekesalan dari Sivia.
“Udah ya Ze, gue mau maen dulu sama Cakka sama Ozy” Ucap Alvin sambil berusaha melepas tangan Zevana yang berelayut dilengannya. “Tunggu sini ya Vi” pamit Alvin kearah Sivia yang menanggapi dengan jutek habis-habisan.
Alvin langsung berlari ketengah lapangan.
“Apa?” Delik Zevana.
“Apa loe?” Gertak Sivia lebih ganas yang membuat Zevana langsung menyingkir dan memilih untuk meneriaki nama Alvin dipinggir lapangan.
---
“Cakka kenapa Ag? Kok jadi suntuk gitu ya?” Bisik Acha begitu Agni selesai menenggak botol air minumnya.
“Untuk hal sepele kayak tadi kamu belain zevana dan bilang dia temen kamu, kenapa kemaren gak belain Ify yang kondisinya begitu?” Tanya Cakka tiba-tiba.
Ucapan Cakka tadi, sukses kembali melintas dibenak Agni.
“Ag?” Panggil Acha sambil menyenggol lengan Agni pelan.
“Hah? Ehm.. Gapapa Cha. Efek cuaca kali” Jawab Agni asal.
“Ohh..” Acha mengangguk pelan, tidak begitu antusias dengan jawaban Agni.
“Lho? Kok jadi elo yang gak semangat gitu sih Cha?” Tanya Agni melihat ekspresi Acha.
“Ozy kayaknya lagi ngambek juga sama gue Ag” Ucap Acha pelan.
“HAH? Masasih?” Pekik Agni.
“Sssstt” Acha langsung membekap mulut Agni. “Jangan heboh kenapasih” keluh Acha sambil memperhatikan kesekeliling, yang ternyata masih asyik dengan urusan masing-masing. Alvin, Cakka dan Ozy dengan si oren bundarnya. Zevana yang dengan centilnya terus memanggil nama Alvin. Serta Sivia yang berdiri paling ujung lengkap dengan wajah ditekuknya. Sedangkan kroni-kroni Zevana yaitu Dea cs sedang ada jadwal salon katanya, sedangkan Shilla sedang menemani Rio latihan vocal hari ini.
“Iya maaf, kenapa?” Tanya Agni sambil merendahkan suaranya.
“Gak ngambek juga sih, atau berantem tapi.. hemm..”
“Tapi apaan?” Tanya Agni tak sabar pada ucapan Acha yang menggantung.
“Sabar kek” Keluh Acha. “Itu, kita beda pendapat” Ucap Acha pelan.
Agni cengo lalu langsung terkekeh. “Acha.. Acha... itu mah biasaaaa” Ucap Agni santai. “Gue pikir kenapa”
Acha langsung menggeleng, “Beda pendapatnya soal Ify. Masih mau dibilang biasa juga?” ucap Acha hampir setengah kesal.
Agni terdiam. Baru saja, dia dan Cakka mendebatkan hal yang sama.
***
“Yap, kita bisa mulai latihan sekarang” Ucapan Bu Ucie langsung menghentikan melodi dari permainan piano Ify. Ify memutar badannya, orang yang ditunggu sudah datang. Tapi orang itu tidak sendiri. Tangan kokoh orang itu menggengam tangan lain seseorang yang jalan dibelakangnya. Shilla.
Ify berusaha mati-matian mengendalikan dirinya, bahkan berusaha tersenyum pada Shilla walaupun sedikit canggung.
“Hey, Ashilla. Apa kabar?” Sapa Bu Ucie.
“Be better Ma’am” Jawab Shilla ceria. Sedangkan Rio sudah acuh dengan posisinya bersebrangan dengan Ify.
“Oke, kita mulai sekarang ya” Ucap Bu Ucie.
Rio dan Ify hanya mengangguk.
Instrument intro dari lagu My Heart yang dipopulerkan Acha Septriasa featuring Irwansyah mengalun pelan diikuti suara Rio berikutnya.
Rio : Disini kau dan aku..
Terbiasa bersama..
Menjalani kasih sayang..
Bahagia ku denganmu..
Rio tampak tidak begitu memperhatikan sekelilingnya, Ify juga berusaha tidak berusaha terpengaruh suasana disekitarnya.
Ify : Pernahkah kau menguntai..
Hari paling indah..
Kuukir nama kita berdua..
Disini surga kita..
Ify mengangkat kepalanya, disaat bersamaan Rio juga sedan menatap kearahnya. Namun Ify juga menatap lurus bukan hanya ke Rio, melainkan ke Shilla yang duduk dibelakangnya.
Ify langsung kembali melempar pandang kearah lain.
Ify : Bila kita mencintai yang lain..
Mungkinkah hati ini akan tegar..
RiFy : Sebisa mungkin tak akan pernah..
Sayangku akan hilang..
Reflek Ify dan Rio kembali saling mengangkat kepala dan menatap satu sama lain. Lirik inilah yang mengungkap apa yang didasar hati mereka saat ini. Sekaligus dengan tegas memperjelas perasaan mereka masing-masing.
Tanpa sadar, ada rasa nyaman dan menyatu pada lagu ini kepada perasaan mereka masing-masing..
RiFy : If you love somebody could we be this strong..
I will fight to win, our love will conquer all..
Wouldn’t risk my love, even just one night..
Our love will stay in my heart..
“Dahsyat! Mantap! Ini yang saya mau dari kemarin” Baru saja setengah lagu. Bu Ucie langsung mematikan instrumen yang mengiringi Rio dan Ify bernyanyi tadi. Sekaligus menyadarkan mereka. Selalu ada kenyataan dibalik semua keinginan.
Rio dan Ify langsung membuang pandangan mereka masing-masing berlawanan.
‘Ini salah’ Bathin Ify kuat-kuat.
Sementara Rio langsung melihat kearah Shilla. Berharap gadis itu tidak menyadari tingkahnya barusan. Rio bisa menghela nafas lega. Karena saat itu juga sepertinya Shilla sedang menerima telepon.
“Oke, kita latihan sekali lagi. Saya suka hari ini. Kalian tidak buang-buang waktu” Ucap Bu Ucie sumringah. Sedangkan Rio dan Ify hanya mengangguk pasrah.
***
Flashback On
“Zy Ozy” Panggil Acha begitu mereka keluar kelas bersama dan sedang berjalan keparkiran.
“Kenapa Cha?” Tanya Ozy yang masih meneruskan langkahnya.
“Zy, tunggu dulu dong” Pinta Acha sambil menggeret lengan Ozy. Usaha yang cukup menghentikan langkah satu sama lain.
“Kenapa sih Chaaaa?” Tanya Ozy lagi.
“Itu mm....” Ucapan Acha menggantung.
Ozy masih berdiri sabar untuk menanti kelanjutan kata-kata Acha.
“Mmm, kamu kok akhir-akhir ini agak cuek sih?” Tanya Acha akhirnya.
“Cuek gimana?” Tanya Ozy tidak mengerti.
“Itu lho, misalnya kayak kamu sekarang jarang ke kelas, jarang istirahat bareng juga. Trus semenjak kasus soal foto mading itu. Kayaknya kamu jadi lebih diem yaa?” Ucap Acha menyampaikan unek-uneknya.
Ozy memandang Acha penuh arti.
Acha yang dipandang begitu hanya bisa mengalihkan pandangan ke ujung sepatunya. “Mmm... kamu bersikap gitu bukan karena.. Bukan karena..”
Ozy masih tetap menunggu kelanjutan kata-kata Acha. “bukan karena...?”
“Bukan karena kamu ternyata juga seharusnya ada difoto mading itu kan?” Tanya Acha pelan.
“Maksudnya?” Ozy kurang begitu paham.
“Kamu gak ada main sama Ify juga kan?”
“HAH?” Ozy terpana mendengar pernyataan Acha.
“Ehh ehh. Zy jangan tersinggung ya. Sumpah aku Cuma nanya. Bukan berarti gak percaya. Aku Cuma bingung sama sikap kamu doang kok. Sumpah gak lebih.” Cerocos Acha cepat begitu melihat reaksi Ozy.
Ozy menepuk bahu Acha, sekaligus memberikan senyum terbaiknya untuk menenangkan gadis dihadapannya ini.
Acha mengatur nafasnya karena perlakuan Ozy.
“Kamu mau aku jelasin dari mana dulu?” Tanya Ozy.
“Hmmm... kenapa sekarang kamu lebih cuek? Trus kenapa kamu sekarang jarang ke kelas, jarang istirahat bareng juga?” Tanya Acha.
“Sekarang aku tanya balik. Sebenernya siapa yang lebih cuek sekarang? Aku kekelas kamu pun kamu sekarang lebih sering nongkrong dikelas sebelah untuk ngumpul sama temen-temen baru kamu. Waktu kekantin pun kamu masih lebih asyik ngobrol sama yang lain ketimbang aku. Toh, aku coba untuk ngerti, kalo kamu butuh waktu untuk temen-temen kamu. So, aku coba ngasih jarak supaya kamu bisa nyaman sama temen-temen kamu tanpa harus gaenak sama aku.” Jelas Ozy.
Acha hanya diam mendengar ucapan Ozy.
“Soal kenapa aku agak lebih diam soal kasus foto itu. Aku Cuma lagi berpikir.......” Ganti Ozy menggantung ucapannya.
“Aku lagi bingung sama kamu. Soal jarang main kekelas dan kekantin bareng aja aku udah ngerasa kehilangan Raissa Arif yang pertama aku kenal dulu. Tapi aku berusaha untuk tetap mengerti, tapi soal kasus foto dimading kemarin kenapa malah mempertegas kalo ternyata aku bener-bener kehilangan Acha yang dulu ya?” Jelas Ozy tenang.
Acha memandang Ozy bingung.
“Gak peduli lho titel kamu di Cagvairs ini Acha “d’V-Mile” atau Acha “The Days Ever”, asal itu gak mengubah kamu. Aku tetap berusaha buat ngerti” Lanjut Ozy.
“Maksud kamu apasih Zy? Kenapa jadi merembet ke d’V-Mile sama The Days Ever?” Tanya Acha heran.
“Coba deh kamu inget. Waktu masih sama-sama d’V-Mile kamu bener-bener jadi diri kamu sendiri. Acha yang manja, baik, rajin dan moodmaker temen-temennya walau kadang suka plinplan bahkan waktu kita sama-sama jauh lebih sering. Tapi saat kamu sama The Days Ever? Kamu jadi agak males, tongkrongannya Mall, dan waktu kita bareng-bareng jadi agak berkurang. Tapi aku gak pernah mau mempermasalahkan itu.” Jelas Ozy.
“Terus? Kenapa kamu mikir sampai nyuekin aku gini?” Tuntut Acha.
“Karena kamu juga cuek, karena sikap peduli kamu bener-bener hilang saat ini. Sikap cuek aku sekarang ke kamu bukan untuk balas dendam atau menghukum kamu. Tapi biar kamu lebih menghargai, Apa arti kepedulian” Jelas Ozy lagi.
Acha terdiam.
“Gak perlu dipikirin. Anggap aja sekarang aku lagi cerita. Yuk pulang” Ajak Ozy yang melihat Acha tak bereaksi atas ucapannya dan memutuskan untuk mengandengnya pulang.
Flash back Off.
***
Agni terdiam mendengar cerita Acha tentang semua yang diucapkan Ozy. Cakka juga mengeluhkan hal yang sama. Ozy lho Ozy!! Cowok yang jarang serius itu hampir bahkan lebih mengatakan suata hal secara sempurna. Ozy yang lebih sering melewati harinya dengan candaan jayus dan kenarsisan yang tingkat akut tersebut sudah bisa menceramahi Acha dengan kata yang.. hmm.. nyess. Belum lagi Cakka, cowok yang jangankan marah kepadanya, memasang wajah jutek didepannyapun tidak pernah, tadi malah menanggapi candaannya dengan ketus.
Agni melepas kuncir buntut kudanya, lalu mengacak rambutnya pelan. “Apa kita salah ya Cha?” Tanya Agni pelan begitu berbagai hipotesa sudah banyak yang bersarang dibenaknya.
Acha menggeleng. “Gue juga bingung Ag, tapi kalo kita salah, sekecil apapun, kesalahan yang justru gak pernah dilihat orang lain pasti Ify langsung negur kita dari awal.” Jawab Acha.
“Aduh Cha, coba deh buka pikiran loe mana mungkin sih Ify akan negur kita. Kita sama dia kan lagi jauh sekarang” Jelas Agni.
“Tapi Ify kan gapernah peduli, deket atau gak sifat suka ikut campur dia emang udah bawaan dari lahir” Bantah Acha.
“Apa Ify marah? Tapi kenapa dia diem aja? Bahkan dia punya kekuasaan lebih kalo dia mau marah dan protes sama kita, terutama kejadian mading kemarin.” Pikir Agni.
“Gak mungkin.” Pekik Acha tak sadar, detik berikutnya Acha langsung membekap mulutnya sendiri.
Agni dan Acha saling berpandangan lemah, seakan memiliki kemampuan bertelepati. Tapi mereka yakin dalam hati mereka masing-masing kini ada alasan yang sama dibalik semuanya.
Sedekat apapun kita dengan seseorang, tidak akan menjamin kita akan memahaminya meski hanya seujung kuku....
***
Ruang Musik.
Semua sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ify yang tengah merapikan piano yang dari tadi dimainkannya. Shilla yang sedang menaruh gitar dipojok ruangan. Rio yang tengah merapikan kabel-kabel yang tersambung paralel karena latihan hari ini, dan terakhir Bu Ucie yang sibuk memasukkan kertas-kertas kedalam tas nya.
“Kamu pulang bareng ibu lagi Fy?” Tawar Bu Ucie pada Ify yang tengah menyelempangkan tasnya.
“Gak perlu Bu, hari ini dijemput Deva kok” Jawab Ify sambil melirik pada jam tangan yang melingkari tangannya.
Detik berikutnya, ada ketukan pelan dipintu Ruang musik disusul dengan terbukanya Pintu tersebut.
“Sore semua” Sapa orang tersebut yang kemudian melangkah masuk ke Ruang Musik dan menyalami Bu Ucie.
“Jemput Ify Yel?” Tanya Bu Ucie langsung, Gabriel mengangguk.
“Kok elo?” Hanya itu yang meluncur dari mulut Ify.
Gabriel menggedikan bahunya. “Deva sibuk sama Ray ngerjain tugas kesenian, ruang tamu dirumah aja udah kayak di bom sama mereka. Alvin lagi sibuk sama Via. Ya kesisa gue” Jelas Gabriel.
“Alvia balikan?” Tanya Ify antusias, karena memang sepanjang hari dikelas Sivia tidak pernah membicarakan Alvin.
Sekali lagi Gabriel menggedikan bahunya. “Emang pernah putus?” Tanya Gabriel balik.
Ify menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. “Nggak tau deh, Via gak cerita apa-apa”
“Naah! Via bales dendam sama loe yang gak suka cerita apa-apa” Sahut Gabriel mantap.
Ify manyun.
“Tapi.. That’s All... semua baik-baik aja. Alvia kan Cuma salah satu diantara pasangan aneh lainnya kayak.......”
“Ahh... omongan loe makin ngelantur” Sambar Ify memotong ucapan Gabriel yang nampak menggantung. “Ayoo kita pulang sekarang...” Ajak Ify sambil mengamit lengan Gabriel. “Bu Ucie berhubung saya udah ada yang jemput, saya duluan.” Pamit Ify sambil menyalami punggung tangan Bu Ucie. “Yo, Shill, thanks atas latihan hari ini. Nice day” Untuk kali ini Ify memaksa senyumannya untuk terlihat biasa saja. “Ayo pulaangg” Ajak Ify sambil menarik lengan Gabriel dengan sedikit perlawanan kecil dari empunya.
“Ehh.. Fy.. Fy, besok latihan terakhir yaa” Ucap Bu Ucie setengah berteriak karena Ify dan Gabriel hampir saja menutup pintu ruangan.
Ify mengacungkan jempolnya dengan tangan yang bebas sebelum akhirnya menutup pintu.
***
“Yah, tadi didalem aja rame, ampe luar manyun lagi” Gerutu Gabriel sambil membuka autolock mobilnya. Ify hanya acuh dan langsung masuk kedalam mobil. Gabriel mengikuti.
“Mau sampai kapan sih gini terus?” Tanya Gabriel sambil menyandarkan punggungnya pada jok mobil. Ify menghentikan niatnya untuk memasang seat belt, namun tetap tidak mengeluarkan reaksi apapun.
“Loe bener” Ucap Ify pelan.
Gabriel memandang Ify dengan ekspresi bingung. “Apanya?”
Ify tidak menjawab.
“Apa sebaiknya semua diakhiri aja? Bilang jujur ke mereka tentang hubungan kita” Tanya Gabriel.
“Dan hancurin sebuah hubungan yang baru aja mereka rintis?” Tanya Ify balik sambil memandang kearah luar mobil. Tampak Rio yang tengah membukakan pintu mobilnya untuk Shilla. Gabriel terdiam.
Ify menghela nafas pelan, lalu menggeleng. “Bukan itu”
“Mungkin udah saatnya untuk lupa, lebih tepatnya melupakan” Jelas Ify lagi.
“Gue gak ngerti”
“Setelah acara nanti, gue akan ikut nyokap ke Singapore. Untuk lupa semuanya, gue harus belajar melepas” Jelas Ify.
Gabriel menghempas tubuhnya. “Gue gak tau kalo nanti seandainya gue gak bisa ngejaga loe lagi”
“Loe juga mau pergi?” Tanya Ify.
“Bukannya loe yang ninggalin gue?” Tanya Gabriel balik.
Ify tidak bereaksi.
Gabriel menggeleng. “Diposisi kayak gini, gak akan membuat gue permanen untuk tetap dirumah dan jaga elo dan Deva.....”
“Jadi loe mau pergi?” Potong Ify.
“Bukan mau, tapi dipaksa” tegas Gabriel.
Ify diam lagi.
“Everythings gonna so well Fy. Jangan mikirin macem-macem. Kesehatan loe lebih penting untuk saat ini” Ucap Gabriel sambil mengusap puncak kepala Ify.
***
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mbk, lanjutin ya....!!!!!!!!!
BalasHapuspenasaran banget nich..........,,,,