Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 27
‘Selama ini ternyata kayak gitu kisah gue? Miris banget sih. Dibohongin sama kakak yang paling gue sayang, orang yang paling gue percaya’ Deva tersenyum miring kepada dirinya sendiri. ‘Gak ada guna juga gue tinggal disana’ Pikir Deva.
Seketika lamunan Deva buyar karena mendengar suara raungan gas motor yang semakin mendekat. Deva menoleh. “Kak Gabriel?” Ucap Deva menebak-nebak pengendara yang memacu motornya kearah dirinya. Cagiva hijau itu semakin mendekat, tidak memperlukan waktu lama untuk memastikan dengan benar siapa pengendara Cagiva hijau tersebut, Deva langsung memakai helmnya dan sudah bersiap diatas ninja putih. Tak kembali dipikirkan dipacunya Ninja Putih tersebut dengan kecepatan diluar batas.
Sudah 20 menit dari tempat Deva melamun tadi, berarti sudah 20 menit juga Deva dan Gabriel saling kejar dengan memacu motor masing masing gila-gilaan. Selama itu juga Deva masih bertahan dengan kecepatan motornya yang maksimal dan Gabriel yang mengikuti kecepatannya. Namun malang bagi Gabriel, ketika menghadapi tikungan dirnya gagal mengendalikan laju motornya sendiri sehingga menabrak pembatas jalan. Dan belum sampai disitu, dengan kecepatan yang begitu besar sebelumnya motornya seakan bergerak sendiri dan langsung menghantam pohon dipinggir trotoar tersebut. Sedangkan tubuh Gabriel sendiri terhimpit diantara Cagiva dan pohon tersebut.
Deva reflek mengerem laju motornya setelah mendengar hantaman keras dibelakangnya. Dengan perasaan tidak enak sekaligus alasan yang tidak diketahuinya mengapa Gabriel tidak ada dibelakangnya saat ini membuat berputar balik mengetahui keadaan.
Deva langsung turun dari atas Ninja Putihnya begitu melihat Gabriel yang sudah tidak sadarkan diri terhimpit, dibenarkannya letak Cagiva hijau yang sudah setengah hancur tersebut agar tidak menindih badan Gabriel, lalu dibaringkannya tubuh Gabriel diatas rumput dengan benar agar tidak terjadi pergeseran tulang. Sedangkan tangan satunya kini sibuk memeriksa denyut nadi Gabriel dan yang satunya sibuk merogoh sakunya untuk menelpon ambulance.
Setelah yakin dengan denyut nadi Gabriel yang stabil walau keadaannya agak parah, dan memastikan ambulance sedang berjalan kearah mereka. Deva langsung beranjak pergi menuju kendaraannya dan bersiap untuk pergi kembali.
“Maafin gue kak” gumam Deva pelan.
***
Lamunan Deva tentang kejadian hari ini berakhir, sambil memainkan bunga-bunga yang tadi ditaburkannya diatas makam sang bunda.
“Tadi aku nyelakain Kak Iel Bun” Ucap Deva kepada makam Bundanya. “Deva sebenarnya anak siapa sih Bun? Deva masih boleh manggil Bunda lagi gak ke Bunda?” Tanya Deva lagi. Sedangkan semilir angin malam sudah semakin menyelimuti dirinya. Yap, Deva pergi ke Bandung tepatnya berziarah ke makam Bundanya, setelah kejadian soal Gabriel tadi, setelah memastikan Gabriel sudah dibawa mobil ambulance dari kejauhan.
“Gak ada alasan lagi aku buat jaga kak Ify seperti kata Bunda. Sudah ada kak Iel, kakaknya Kak Ify yang jaga dia. Maaf ya Bun” Ucap Deva sambil menahan isaknya.
“Maaf ya udah buat Bunda kepisah sama Papa. Maafin Deva Bunda” Ucap Deva sambil telungkup dimakam Ibunya dengan tidak mempedulikan angin malam yang semakin menusuk tulang.
“Aku... Aku gak tau harus kemana lagi. Deva pamit pergi Bun” Akhir kata dari Deva sebelum akhirnya berdiri dan melangkah pergi dari lingkungan Pemakaman tersebut.
***
Bukannya hanya Ify yang terkejut atas kedatangan Tn. Damanik Papanya sendiri. Sebaliknya Papa Ify juga begitu. Bagaimana tidak? 10 tahun sudah mereka tidak bertatap muka seperti sekarang. Pertemuan kembalipun tidak membuat jarak waktu yang memisahkan mereka kembali mendekat. Tidak diawali sebuah pelukan hangat antara anak dan ayah maupun sebuah sapaan sebuah gejolak rindu dari masing-masing pihak.
“I... Ify?” Ucap Tn. Damanik.
“Alyssa Saufika UMARI” Ucap Ify tegas sambil menekankan nama belakang keluarga Ibunya. “Ify Cuma panggilan sayang dan akrab dari orang yang saya kenal ! Dan saya? Tidak mengenal anda” Ucap Ify dingin.
Rahang Tn. Damanik mengeras, menahan gejolak campuran emosi terhadap gadis dihadapannya. Sosok gadis kecil yang ditinggalkannya 10 tahun lalu yang kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang begitu cantik. Sosok gadis yang pernah dia pisahkan dari saudara satu ruang rahim terdahulunya. Ingin rasanya memeluk gadis dihadapannya sekarang, namun gengsinya meningi setelah mendengar ucapan sang gadis yang juga anaknya barusan mengalahkan hati kecilnya yang begitu rindu untuk memeluk anak gadisnya.
“Bunda kamu sepertinya tidak mendidik kamu secara baik dan benar” Ucap Tn. Damanik angkuh.
Gantian Ify yang kini menahan emosinya. Ify tersenyum miring. “Bukannya kebalik? Anda yang tidak mendidik...” Ify menoleh kearah Gabriel, lalu kembali menatap Tn. Damanik tepat dimata tajamnya. “Anda yang tidak mendidik Gabriel secara benar” Ucap Ify meremehkan.
“Tau apa kamu? Anak kecil yang sok mengurusi urusan orang lain? Gabriel, Papa didik secara baik Fy!” Ucap Tn. Damanik tegas.
“Oh ya? Secara baik darimananya? Bahkan sampai dia kabur dari rumah anda karena tidak nyaman dengan anda. Apa benar didikan anda baik Tuan? Dan satu lagi ? Jangan panggil diri anda sendiri terhadap saya dengan sebutan Papa. Sepertinya nama PAPA dalam hidup saya sudah terkubur tanpa sebab dari 10 tahun yang lalu” Ucap Ify dingin.
Tn. Damanik terperanjat. “Dan kamu pikir, kamu lebih baik dari Papa Fy? Tak ada yang bisa didunia ini untuk memotong hubungan darah diantara kita semua...”
“Tentu ada yang bisa” Potong Ify cepat. “Ada yang bisa memutuskan hubungan darah diantara kita, terutama saya dan anda !” Ucap Ify dengan nada lugas.
“Apa?” Tanya Tn. Damanik.
“Sikap ANDA” Jawab Ify tegas.
“Dan sikap kamu sendiri bagaimana? Cuma anak kecil yang sok mengatur berbagai kehidupan. Kamu liat hasilnya Fy? Gabriel kecelakaan ! Dan mana anak buangan yang selalu dibela Bunda mu itu? Atau jangan-jangan dia yang menyebabkan ini semua? Dasar anak tidak bertanggung jawab” Ucap Tn. Damanik emosi.
Telak. Ify terdiam mendengar kata-kata Tn. Damanik barusan. Emosinya benar-benar campur aduk saat ini. Karena memang dirinya tidak mengetahui bagaimana kronologi kejadian Gabriel kecelakaan.
“Kamu tidak menjawab, saya anggap sebagai jawaban membenarkan ucapan saya. Gabriel akan tinggal dirumah saya lagi setelah dia sadar. Dan kamu Fy, harus sepenuhnya sadar. Walau kamu membunuh saya dalam hidup kamu. Tetap tidak ada yang memungkiri, jika sebuah hubungan darah memang tidak ada diputuskan begitu saja. Gabriel dan Kamu sebagai saudara dinding rahim. Begitupun dengan kamu dan saya. Hubungan anak dan ayah! Selamat Malam” Ucap Tn. Damanik sambil melangkahkan kakinya pergi keluar ruang inap Gabriel. Final!
Ify tertunduk berdiri mematung ditempatnya. Sama sekali tidak membalas ucapan Papanya. Suara pintu kembali terbuka tak lama setalah tertutup dengan keluarnya Tn. Damanik. Ify mengangkat wajahnya, Nampak Alvin dan Sivia berdiri di pintu masuk dengan wajah heran, bingung bercampur khawatir. Sepertinya mereka mendengar semua percakapan Ify dengan Tn. Damanik yang bisa dibilang dengan volumen tinggi dari masing-masing.
“Fy, gue....”
“Gak perlu dilanjut. Tolong jangan bilang hal barusan ke orang lain. Gue janji akan cerita kekalian setelah ini semua selesai. Sementara jangan ada yang tau dulu. Gue mohon” Pinta Ify.
Alvin dan Sivia mengangguk mengerti. Ify hanya tersenyum berterimakasih.
Keadaan menghening, Ify larut dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Alvin dan Sivia cukup mengerti dengan keadaan Ify dan membuatnya sendiri agar lebih tenang. Tak lama Rio datang membawa beberapa bungkus makanan dan minuman dengan Ray disebelahnya.
“Kok, pada diem-dieman gini?” Tanya Rio.
“Ini rumah sakit dodol, bukan lapangan basket” Ucap Alvin berusaha mencairkan suasana.
Rio nyengir. Lalu pandangan Rio beralih kepada Ify yang duduk terpisah dari alvin dan Sivia terlihat seperti berpikir. Raut wajah gadis itu begitu lelah.
“Makan dulu Fy” Sambil mengangsurkan sebungkus nasi pada yang dibelinya tadi.
Ify menggeleng. “belum laper”
“Bohong banget Fy. Tadi pulang rapat loe langsung kerumah Cakka, tapi katanya Cuma sebentar. Ampe rumah, baru sebentar langsung pergi nyari Deva dan Ray ampe sekarang. Ayo makan. Gue tau loe punya maag” Bujuk Rio.
“Gue gak laper Rio” Tolak Ify lagi.
“Fy, loe mau sakit apa? Kerjaan loe banyak. Gabriel masih sakit. Deva belum ketemu. Nanti loe ikut sakit. Makan ya. Gue suapin deh” Kali ini Sivia yang membujuk sambil duduk disamping Ify.
“Gue bisa makan sendiri Via” Ucap Ify.
“Yaudah makan sekarang ya” Pinta Rio.
Ify menggeleng. “Ntar aja kalo Iel sadar”
“Justru kalo Gabriel sadar biar elo bisa ngurus dia. Sekarang loe makan dulu ya” Bujuk Alvin.
“Kak Ify makan ya. Gue bantu deh dalam pencarian Deva. Kalo perlu malem ini juga” Bujuk Ray.
“Gue beneran gak laper. Gue bisa makan sendiri kalo gue mau. Kalian aja yang makan” Tolak Ify secara halus.
“Tapi bener ntar makan ya?” Tanya Sivia.
“Iya, Siviaaaa” Ucap Ify sambil tersenyum.
“Errr...” Sebuah erangan tertahan dari mulut Gabriel.
Semua kompak langsung mengelilingi tempat tidur Gabriel.
“Gue panggil Dokter” Ucap Alvin sambil berlari keluar.
“Yel” Panggil Rio.
Perlahan Gabriel membuka matanya. Tepat saat itu juga Dokter langsung datang dan memeriksa keadaannya.
“Saat ini kondisi Gabriel stabil. Tapi tolong jangan terlalu banyak bicara. Istirahat sangat perlu untuk menjaga tulangnya yang bergeser” Ucap sang Dokter. Yang lain hanya mengangguk setelah sang Dokter keluar ruangan.
“Deva mana?” Tanya Gabriel langsung.
Tidak ada yang menjawab.
“Fy?” Tanya Gabriel.
“Sama sekali gak ketemu sama gue Yel” jawab Ify menyesal.
Gabriel memejamkan matanya sejenak menenangkan pikirannya. “Dimana elo saat elo kalut? Dan dimana Deva saat dia kalut?” Tanya Gabriel.
Ify sejenak berpikir. Ketika dirinya kalut ataupun Deva sama-sama butuh tempat mengadu. Bedanya Ify mengadu akan ke makam Bundanya sedangkan Deva pasti kepada dirinya. Tapi Deva kalut karena dirinya dan gak mungkin Deva akan mengadu kepada dirinya. Dan satu-satunya tempat yang mungkin dituju Deva saat ini adalah..
“Gue tau!” Ucap Ify.
Semua menoleh kearah Ify.
“Gue tau Deva kemana, dan gue yakin disana, Kita harus kesana. Sekarang. Malam ini juga” Ucap Ify.
“Kemana Fy?” Tanya Rio.
“Bandung” Jawab Ify singkat.
Jawaban yang begitu singkat tapi cukup membuat yang lain membelalakan matanya.
“Gak, gue gak setuju kalo kita kesana malem ini.. aww” Erang Gabriel.
“Jangan banyak gerak dulu Yel” Pesan Sivia.
“Gue yang bakal kesana” Ucap Ify.
“Gue gak ngizinin. Kan bisa besok pagi” Ucap Gabriel
“Gak, gak bisa besok. Gue yakin dia udah pergi dari sana” Ucap Ify.
“Loe tau dari mana? Disana loe punya rumah fy” Ucap Gabriel.
“Deva adek gue dan gue tau itu, Dan gue akan kesana sekarang juga. Sendiri juga gak masalah” Ucap Ify keras kepala.
“Oke-oke. Gini aja Yel. Gue kesana nemenin Ify bareng Ray. Lumayan buat berpencar. Dan Elo Vin ama Sivia disini aja jaga Gabriel. Kita bisa saling telepon kalo ada apa-apa” Ucap Rio memutuskan. Yang lain mengangguk setuju.
Gabriel tidak menjawab apapun. Dirinya memang sangat khawatir pada Deva. Tapi lebih khawatir lagi pada Ify. Adik perempuannya.
“Gue janji akan jagain Ify buat elo Yel. Dan nemuin Deva buat kita semua” Ucap Rio.
Gabriel menghembuskan nafasnya dan mengangguk. “Gue pegang janji loe”
***
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar