Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 15a

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 15a


@Kelas XI IPA 1

Sepertinya suasana pembelajaran yang menyenangkan akan berlaku pada saat pelajaran Bu Uchie guru Bahasa Indonesia. Dan begitu juga saat ini waktu Bu Uchi menugaskan muridnya untuk membuat Skrip tentang Lingkungan Hijau di Daerah Jakarta dengan pembagian kelompok satu kelompok 2 orang. Meski agak menyebalkan karena pemilihan kelompok sendiri mesti ditentukan Bu Uchi. Suatu hal yang membuat masing-masing individu terpisah dari sahabat kentalnya.
“Baiklah, nama kelompok sudah ibu bagikan, harap dengarkan  baik-baik. Ashilla-Mario, Angel-Cakka, Irva-Bastian...........” Bu Uchi terus mendikte pasangan kaum hawa dan adam yang terbagi dalam sebuah kelompok tersebut.
“Kita terpisah Yo” Ucap Cakka mendesah kecewa.
“Yoi, tapi ga papalah, sekali-sekali” Kata Rio tersenyum sambil menepuk pundak sahabatnya.
“Loe mending sama Shilla, udah biasa ketemu. Gue ama Angel” Kata Cakka masih tak terima.
“Terima aja Sob, takdir tidak mempersatukan kita” Ucap Rio Lebay.
“Lebay loe Yo berasa maho gue” Ucap Cakka sewot sambil menoyor Rio.
Rio nyengir.

***
Bel pulang sekolah telah berkumandang sejak 10 menit yang lalu tapi tidak membuat kedua insan ini beranjak dari keluar kelas.
“Jadi gimana Yo?” Tanya Shilla.
“Menurut loe survei kita bagusnya dimana?” Tanya Rio.
“Ehm, gimana kalo ditaman-taman kota setiap wilayah di Jakarta aja. Misalnya Taman Suropati gitu. Gimana?” Jawab dan Tanya Shilla.
“Ide bagus, hari minggu aja, ya kita observasinya” Usul Rio.
“Kenapa ga besok aja Yo setelah pulang sekolah. Biar kerjaannya ceper kelar” Ucap Shilla.
“Gimana Ya? Apa loe nanti ga kecapean?” Tanya Rio.
“Ga kok tenang aja” Jawab Shilla mantap, karena menurutnya waktu bersama Rio pasti akan menyenangkan.
“Oke deh, besok sepulang sekolah kita langsung kesana. Jangan lupa ijin nyokap loe” Kata Rio setengah menggoda sambil memperlihatkan senyum manisnya.
Mau tidak mau Shilla ikut tersenyum mengamini senyum malaikat dihadapannya.
“Alah loe ada-ada aja deh, emang kenapa kalo ga ijin” Tanya Shilla.
“Ya, gue takut aja dilaporin Pak RT karena bawa anak gadisnya pulang telat buat ngerjain tugas. Haha” Ucap Rio tertawa renyah.
Entah udara yang sedang panas atau sulur kehangatan kini merayapi hati seorang Ashilla, membuat mukanya memerah.
“Apadeh lo. Okelah” Ucap Shilla menyetujui.

***

“Kenapa sih Pah? Nyuruh Alvin pulang cepet-cepet?” Ucap Alvin suntuk.
“Alvin. Kamu apa-apaan sih? Baru datang langsung seperti itu. Ga diajarin sopan santun kamu ya” Bentak Papa Alvin.
“Yayaya.. Kenapa Papa nyuruh Alvin pulang cepet? Oke? Begitukan” Ucap Alvin ga ikhlas.
“Kamu duduk dulu, Papa mau mengenalkan kamu pada seseorang” Ucap Papa Alvin agak merendah.
Alvin mengernyitkan alis, tapi tetap menuruti Papa nya untuk duduk.
“Kenalkan Vin, Ini Kinan Relasi Papa di Sindunata Group” Ucap Papa Alvin.
“Ya terus?” Ucap Alvin memotong.
“Kalo Papa ngomong tolong jangan dipotong” Ucap papanya mulai naik lagi intonasinya.
“Hmm. Terus?” Tanya Alvin malas.
“Papa mau kamu dan dia dapat saling mengenal satu dengan yang lainnya” Ucap Papa Alvin.
“Lho? Kan papa yang kerja. Kenapa mesti aku?” Protes Alvin.
“Oke Alvin.. Begini, Papa harap kamu mau mengerti. Setelah bertahun lamanya Papa ditinggal Mama kamu, Papa merasa kasihan dengan kamu karena tidak ada yang memperhatikan...”
“Intinya?” Potong Alvin.
“Tante Kinan yang nantinya akan menemani Papa mengganti mama...” Ucapan Papa Alvin  terputus dengan bentakan keras.
“APA MAKSUD PAPA? PAPA BILANG MERASA KASIAN DENGAN AKU? BILANG AKU GA ADA YANG MERHATIIN? AKU GA BUTUH SOSOK LAIN PENGGANTI MAMA. CUKUP OMA ! DAN AKU GA BUTUH YANG LAIN” Ucap Alvin.
“APA-APAAN KAMU ALVIN KAMU SEPERTI GA PERNAH PAPA AJARKAN SOPAN SANTUN...”
“MEMANG GA PERNAH KAN PA? PAPA TERLALU SIBUK ! BAHKAN DIBANDING ALVIN PAPA PASTI LEBIH MILIH KERTAS-KERTAS YANG BUTUH TANDA TANGAN PAPA DARI PADA MENANYAKAN KEADAAN SEKOLAH ALVIN.. IYA KAN?”
PLAKKKK
Sebuah tamparan melayang di pipi mulus Alvin.
“Mas, jangan pukul Alvin” Ucap Tante Kinan berusaha berdiri diantara Alvin dan Papanya.
“Gak perlu sok manis loe, percuma. Gak berharga dimata gue” Sinis Alvin
“ALVINN” bentak Papa Alvin.
“Sorry Pah, ada pertemuan club fotografi sekarang. Ga ada waktu lagi” Ucap Alvin dingin. Sambil berjalan keluar dan melesat dengan cagiva hitamnya.

***

Malam ini Acha dan Ozy pergi dinner di Cafe SweetLove. Tempat dengan aksen romantis dengan keadaan outdoor beratap yang dikelilingi oleh tanaman bunga mawar merah. Belum lagi ditambah meja berukuran sedang yang diatasnya diihias oleh lilin bercahaya remang dan setangkai bunga mawar disebelahnya. Aksen romantis ditambah dengan adanya kolam air manur yang ditengahnya terdapat lilin kecil yang tidak mati walau terciprat air mancur kecil tersebut. Acha masih memandang kagum disekelilingnya. Dia pernah kesini bersama para sahabatnya d’V-mile. Tapi entah mengapa Cafe ini tersa sangat berbeda apalagi bersama sang kekasih yang kini duduk manis dihadapannya.
“Gimana cha? Suka?” Tanya Ozy yang dibalut kemeja biru tua dilipat sampai siku menampakkan jam tangan swiss miliknya.
“Suka Banget Zy, dulu aku pernah kesini sama d’V-mile tapi entah kenapa saat sama kamu beda rasanya, Romantis” Aku Acha.
Jantung Ozy sendiri pun seperti tidak bisa siajak kompromi dengan kata-kata Acha barusan. Ya, walau sering bersama gadis mungil yang kini menjadi peri kecilnya entah kenapa sampai saat ini baik Acha maupun Ozy masih belum bisa mengendalikan detak jantung meraka yang seakan berlomba saat berhadapan.
“Ya mungkin suatu saat kita akan kesini lagi” Ucap Ozy sambil mengelus lembut Pipi Acha, Dan menghayati setiap lekukan wajah ukiran maha sempurna dari sang Pencipta, begitu sebaliknya Acha yang menggengam tangan Ozy yang bebas.
“Sebentar ya ada yang aku mau kasih ke kamu” Ucap Ozy sebelum berdiri setelah menggenggam lebih erat tangan Acha, dilangkahkan kakinya menuju mini panggung di Cafe tersebut.
“Selamat malam semua, saya Ahmad Fauzy, hanya ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk My Lil Fairy, Raissa Arif. Love You Dear. This Song Just For You” Ucap Ozy sambil memperlihatkan senyum manisnya.


Lihat ku disini
Kau buat ku menangis
Tak ingin menyerah
Tapi tak menyerah
Mencoba lupakan
Tapi ku bertahan

Reff:
Kau terindah kan selalu terindah
Aku bisa apa 'tuk memilikimu
Kau terindah 'kan selalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya
Kau pemilik hatiku

Mungkin lewat mimpi
Ku bisa 'tuk memberi
Ku ingin bahagia
Tapi tak bahagia
Ku ingin dicinta
Tapi tak dicinta

Kau terindah kan selalu terindah
Aku bisa apa 'tuk memilikimu
Kau terindah 'kan selalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya
Kau pemilik hatiku

Kau pemilik hatiku
Kau pemilik hatiku
Kau pemilik hatiku

“I will Keep You In My heart, I love You Raissa Arif.” Ucap Ozy mengakhiri lagunya dan menghampiri sang gadis yang telah menjadi pemilik kunci hatinya Yang tengah menunduk menahan rona merah diwajahnya.

***

Ditempat lain, tepatnya dikamat Cakka. Cakka tengah mengobrol dengan Oik via telepon.
“Jadi masih tetep ga bisa Ik?” Ucap Cakka memelas.
“Aku ga tau kak, tapi aku akan tetap nyoba kak. Sampai saat ini kak Agni juga belum mau ngomong sama aku” Ucap Oik.
“Ya, mungkin emang ga bisa” Lirih Cakka.
Oik tertegun, baru kali ini dia mendengar nada putus asa dari seorang laki-laki yang pernah menyakiti hatinya. Bahkan saat merasa bersalah dengan Oik Cakka tidak sampai seperti ini.
“Ik, loe masih disiitu kan? Loe denger gue kan?” Tanya Cakka karena merasa Oik diam saja.
“Ah.. Eh.. Hah? Iya kak. Denger kok sambil ngerjain tugas jadi rada kebagi dua pikirannnya” Ucap Oik berbohong.
“Oh, gue ganggu dong?” Tanya Cakka.
“Ga kok kak. Udah mau selesai tugasnya. Dan aku akan tetap bantu kakak untuk baikan sama kak Agni” Ucap Oik cepat.
“Hahaha, makasih ya Ik” Ucap Cakka.
“Iya kak, hitung-hitung penebusan rasa bersalah aku sama kalian” Ucap Oik Lirih.
“Gak kok Ik, kalo ada yang patut disalahkan itu gue. Maaf ya untuk semuanya” Ucap cakka bernada serius.
“Iya kak sama-sama kita bersalah” Kata Oik.
“Udah dulu ya Ik, salam good night buat Agni” Salam Cakka.
“Sipp, aku sampaiin nanti, malem kak” Ucap Oik
“Malem”
Akhirnya pembicaraan Caik via telepon berakhir. Banyak pikIran yang kini telah ada dikepala Oik. Sikap Cakka? Sikap Agni? Ah, membingungkan, entah kenapa, walau masih ada rasa kecewa terhadap Cakka. Oik berpendirian kuat untuk tetap mengakurkan CaGni. Ahh, walau ada sedikit perasaan tidak rela.

***
Paginya Ify diantar ke sekolah bersama Gabriel dengan Rush hitamnya. Sedangkan Deva lebih memilih berangkat dengan Jaguarnya. Saat didalam mobil seperti sepasang kakak-beradik ini lebih memilih diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing yang menggelayuti bathin mereka.
“Fy?” Panggil Gabriel mengakhiri keheningan.
Ify menoleh sekilas, dengan tatapan mata mengisyaratkan ADA-APA?
“Loe kenapa? Deva tadi pagi juga suntuk mukanya. Apa yang terjadi semalam?” Tanya Gabriel
Ify menggeleng. “Bukan semalem, tapi tadi pagi” Jawab Ify.
“Kenapa?” Tanya Gabriel lagi.
“Deva maksa untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu” Jawab Ify lirih.
Gabriel menghela nafas berat. “Tapi suatu saat nanti dia akan tahu jawabannya” Kata abriel yang masih tetap fokus menyetir.
“Entah dari loe atau gue” Lanjut Ify.
“Tapi masa itu pasti datang, masa saat kita ga akan bisa lagi sembunyiin semuanya dari dia” Ucap Gabriel.
Ify tersenyum miring.
Sesampai dihalaman parkir SMA Cagvairs. Bersamaan pula Rio turun dari mobilnya dibarengi oleh Shilla dan Ray.
“Hey Shill, tumben bareng Rio?” Goda Ify.
“Apa sih loe Fy, gue ama Rio ntar sore mau ngerjain tugas makanya agi ini gue bareng” Jawab Shilla.
“Oh, gue pikir hari ini gue bakal dapat traktiran Pajak Jadian” Ucap Ify asal.
Rio menoyor Ify.
Gabriel menaikan alisnya mendengar pernyataan Ify. ‘Nih anak pinter banget Nyembunyiin keadaan’
“Woy Bro, bengong aja” Ucap Rio sambil menyenggol lengan Gabriel.
“Hah? Gak” Jawab Gabriel singkat.
“Berangkat bareng loe berdua?” Tanya Rio.
“Iya” Jawab Ify.
“Oh” Jawab Rio singkat karena entah mengapa ada perasaan tidak rela pada dirinya.
“Ehemmm, gue dicuekin nih?” Tanya Ray, yang dari tadi diam.
“Hehe, sorry Ray yang makin caem” Ucap Ify cengegesan, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
“Thank You Kakak Cantik. Dicari Mama Tuh” Ucap Ray.
“Kacau lo Fy, ngegombal ama adek gue” Ledek Rio.
“Kenapa loe sirik, Oh ya, salam deh. Kapan-kapan gue kerumah lagi” Ucap Ify sambil melihat kearah Ray.
“Loe kerumah Rio Fy?” Tanya Shilla takjub
“Hha, iya waktu itu loe siang yang gue bolos ekskul” Jawab Ify.
“Ohh” Jawab Shilla singkat, lebih tepatnya kehilangan kata-kata karena kesal dengan jawaban Ify.
“Yaudah deh gue duluan ya kakak-kakak Cantik, dan kakak-kakak Ganteng tapi masih gantengan gue bye” Pamit Ray.
“Ray” Panggil Ify dan Gabriel Kompak.
“Kompak amat loe kayak Pramuka” Ucap Rio.
“Titip Deva ya Ray” Pesan Ify.
“Kalau dia suntuk diemin aja” Ucap Gabriel.
“Hha, emang Deva kenapa?” Tanya Ray.
“Tau. Lagi PMS kali” Ucap Ify ngasal.
Ray ngakak “Oke-oke, Sip Bos” Ucap Ray memberi hormat lalu berjalan menjauhi Ify, Gabriel, Rio, Shilla.
“Emang Deva kenapa yel? Ada masalah ama loe dan Ify?” Tanya Rio.
“Biasa lagi galau kayaknya” Ucap Gabriel mencoba tertawa.
“Bisa aja loe” Ucap Rio meninju pelan bahu Gabriel.
Gabriel terkekeh. Dan ada seseorang yang merasa De Javu saat melihatnya.
“Ayo kekelas” Ajak Rio sambil merangkul gabriel. Yang lain mengamini.

***



“Morninggg Guyss” Salam Ray didedepan kelas.
“Apadeh lo Ray. Sok ngartis” Seru Olivia.
“Bodoo wlee” Kata Ray tak acuh. Olivia melengos.
“Pagi Bro” Sapa Obiet dan Lintar kompak.
“Yap, bayteway, aniway, dijakarta banyak busway. Soulmate gue mana ya?” Tanya Ray.
“Deva? Belum dateng. Tau tuh tumbenan” Jawab Obiet.
“Oh” Jawab Ray singkat. Baru saja Ray akan mendaratkan dirinya dikursi...
BRAKKK
“Subhanallah, gue cakep. Obiet Jelek” Latah Ray, yang langsung mendapat bonus toyoran dari Obiet.
“Latah-latah aja, ga pake minta gue timpuk bola basket” Ucap Obiet sambil memainkan bola basket dikakinya *bola basket taro dikaki? Sarap !*
“Ray nyengir.
“Kenapa sih Dev?” Tanya Lintar pelan karena mengerti sepertinya Deva sedang emosi. Dengan cara membanting tasnya saat baru datang tadi.
Deva menatap Lintar tajam, lalu memejamkan matanya sejenak. Menenangkan pikiran. Lalu mengalihkan pandangan sambil beranjak berdiri.
“Mau keman..”
“Gue ijin sampai jam pelajaran istirahat, gue di uks” Ucap Deva sukses memotong pertanyaan Ray.
Ray baru saja mau bangkit menawarkan diri untuk ikut membolos. Tapi langsung dicegah Deva yang berbalik.
“Gue mau sendiri” Ucap Deva dengan nada ketegasan.
Ray, Lintar, Obiet dan satu kelas yang dari tadi memperhatikan sejak kejadian Deva membanting tas hanya dapat terhenyak melihat kejadian dihadapan mereka.

***


@Jam Istirahat

Ify memilih untuk ke kelas adiknya Deva dibandingkan makn dikantin bersama d’V-mile lainnya. Yah, sekalian melihat keadaan Deva yang mengamuk tadi pagi.

FLASHBACK ON

“Kak, jujur kak sama gue sebenernya waktu Papa pergi dari rumah ada kejadian apa? Apa alasannya?” Tanya Deva nekat tapi takut-takut membuat Ify tersinggung.
“Gue udah cerita sama loe kan Dev? Papa pisah sama Bunda karena mereka ga cocok ! Dan menurut gue itu biasa” Ucap Ify berusaha santai.
“Kak, bukan jawaban itu yang gue minta, pasti ada faktor tertentu kan?” Tanya Deva lagi.
“Faktornya mereka ga cocok. Dan gue rasa loe ga perlu bahas apa-apa lagi” Tegas Ify.
“Kak, gue butuh jawaban ! Dan gue sangat yakin ada yang loe sembunyiin dari gue !” Tanya Deva yang masih belum puas.
“Cukup Dev ! Ga ada yang gue sembunyiin” Tegas Ify.
Deva menghela nafas “Gue tau Kak. Gue kenal loe. Loe kakak gue, sau-satunya kakak yang paling gue kenal, dan gue ga suka liat loe tersiksa kayak semalam” Lirih Deva sambil berjalan menjauhi Ify.
Ify terkesiap. Yah, dia sangat bodoh menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi saat itu yang  menyangkut Deva. Tapi menurutnya akan lebih bodoh lagi jika dia memberitahukan pada Deva apa yang terjadi. Hanya sebuah alasan klasik yang mendasari mengapa dia tidak jujur kepada Deva. Karena Ify MENYAYANGI Deva dan ingin menjaga hatinya.

Kadang rasa sayang diungkapkan dengan suatu cara tersirat. Yang sukar dimengerti oleh sebagian orang. Tapi ketika kita dapat memaknai apa yang mendasari cara itu. Yang pasti kita lakukan adalah berusaha berlomba-lomba untuk membalas dengan kasih sayang yang lebih besar.

FLASHBACK OFF

“Kak Ify, kenapa disini?” Tanya Obiet, yang kebetulan ingin beristirahat.
“Deva dari pagi udah ngabur” Jawab Obiet.
Ify menunjukkan wajah kecewa.
“Kenapa kak? Loe ada masalah sama dia? Dari tadi mukanya suntuk banget” Tanya Obiet.
Ify tersenyum miring. Obiet langsung mengerti.
“Udahlah daripada madesu mending maen basket yuk sama gue” Ajak Obiet.
Ify mengangkat alis. “Males” Jawabnya.
Obiet melengos “Yaudah kalo gitu loe jadi tour gaet gue keliling sekolah ini tunjukkin tempat-tempat yang enak buat cabut, jalan pintas kalo terlambat, tempat merenung, dan yang lainnya” Ucap Obiet.
Ify mengangkat sebelah alisnya tanda ingin memprotes tapi langsung dipotong Obiet.
“Ga pake protes, ayo !” Kata Obiet maksa sambil menarik tangan Ify yang membuat Ify tidak menolak.

***

Untuk menghabiskan waktu istirahat Ray lebih memilih menuju Ruang UKS menengok Deva. Karena walau rusuhnya bagaimanapun Ray dan Deva merupakan dua orang yang diikat dengan tali bernama persahabatan.

“Dev” Panggil Ray pada Deva yang sedang menyenderkan badannya ditempat tidur kesehatan sambil memainkan BB miliknya.
“Hmmm” Deva menoleh.
“Loe kenapa?” Tanya Ray.
Deva menghela nafas berat, lalu menggeleng.
“Dev, jangan kayak gini. Ini sifat buruk loe dari dulu, ada masalah dipendem sendiri. Loe anggep gue apa? Pajangan? Cuma buat seru-seruan?” Ucap Ray mengeluarkan unek-uneknya.
“Bu.. Bu.. Bukan gitu Ray” Deva malah gelagapan sendiri.
“Terus karena apa? Anggep gue Dev sebagai sahabat loe ! Gue ga mau saat loe luka kayak gini gue ga bisa apa-apa !” Ucap Ray.
“Seharusnya loe ngerti gue Ray. Gue mau sendiri kenapa loe jadi urusin gue sih?” Ucap Deva yang langsung berdiri karena terpancing emosi.
“Loe minta gue ngerti? Selalu Dev. Selalu. Dulu saat loe minta sendiri gue selalu kabulin permintaan loe karena mungkin loe butuh space. Tapi apa loe ngerti posisi gue?” Ucap Ray tak kalah sengit.
CKLEKK.. Pintu UKS terbuka. Tampaklah sosok Keke dan Olivia yang berdiri di ambang pintu.
“Sorry, kita ganggu” Ucap Keke.
“Ki. Kita ga bermaksud nguping kok” Ucap Olivia.
Tak ada satupun antara Ray dan Deva membahas Ucapan Olivia dan Keke.
“Gue pergi” Ucap Ray sambil berlari keluar dari UKS dan saat melewati pintu tidak sengaja menabrak bahu Olivia.
“RAY” Panggil Olivia, entah ada dorongan apa dia memanggil Ray dan meninggalkan Keke yang berdiri diambang Pintu UKS untuk menyusul Ray.
Sedangkan Keke masih terpaku ditempatnya. Terdiam bingung ingin melakukan apa melihat Deva yang masih emosi seperti itu. Dan entah ada anging apa yang mendorong keberanian Keke untuk maju dan menepuk pundak Deva. Deva menoleh.
“Ray ga minta lebih. Dia Cuma minta haknya sebagai sahabat dari kamu” Ucap Keke lembut namun terdengar tajam ditelinga Deva meminta untuk otaknya agar mencerna setiap kata yang Keke lontarkan. Setelah beberapa menit.
“Gue kekelas dulu” pamit Keke yang hendak pergi namun lengannya ditarik oleh Deva.
“Thanks” Ucap Deva singkat dengan tatapan bersahabat.
Keke hanya tersenyum dan mengangguk kecil.

***

Dibelakang Sekolah.
“Ray” Panggil Olivia yang terengah-engah karena habis mengejar Ray yang tentunya berlari lebih cepat darinya.
Ray hanya menoleh namun kembali membuang muka.
Olivia berjalan kehadapan Ray. “BODOH!!” Semprotnya.
Ray mengangkat kepalanya menunjukan muka protes.
“LOE BODOH” Ucap Olivia seenaknya.
“Atas dasar apa loe bilang gue bodoh?” Tanya Ray sengit.
“Mana ada sih orang pinter yang ngomelin sahabatnya saat sahabatnya ada masalah?” Sindir Olivia sambil berjalan mengitari Ray tanpa memperdulikan pertanyaan Ray. Ray terdiam.
“Mana ada orang cerdas yang ninggalin sahabatnya yang mungkin butuh seseorang untuk membantu menyelesaikan masala....”
“Deva ga butuh gue !” Potong Ray.
“Of Course Ray ! Loe terlalu egois dan kekanakan mau tahu semuanya. Terlalu memaksa !” Tegas Olivia. Ray terpaku mendengar penuturan Olivia.
“Loe memaksa saat emosi Deva sedang ga bagus, wajar Deva emosi sama loe !” Ucap Olivia.
“Tolong ngertiin Deva, ambil sisi positifnya, Anggep Deva menyimpan semua masalahnya sendiri karena mau menghargai loe sebagai sahabat dan ga mau nyusahin loe” Ucap Olivia.
Ray terdiam sambil mencerna semua kata-kata yang diucapkan dari Rivalnya.
“Well, gue salah” Lirih Ray.
“Sorry, kalo kata-kata gue menyinggung loe” Sesal Olivia.
Ray tersenyum. “Ga ada yang salah. Thanks atas penjabarannya” Ucap Ray.

***

“Bukan Kak, lay up tuh kerennya dari pinggir sini, langkah kesini dan shoot” Ucap Obiet sambil mempraktekkannya dengan jari tangannya. Entah mengapa tour keliling sekolah ini diisi oleh perdebatan tentang teknik basket.
“Dih, itu mah basi. Loe liat Rio. Lay-up nya tuh banyak di copy paste sama Team lain. Karena menarik dan anggun.” Ucap Ify ga mau kalah dan sepertinya lupa dengan masalah Deva.
“Yee, kak Rio profesional Kak” Ucap Obiet ngeles.
“Loe kan nanti juga jadi profesional, jadi mesti bisa nyiptain gaya sendiri jangan copas” Saran Ify.
“Ahh, ribet nyari tema begini begitu terus....”
BRUKKK
Ucapan Obiet terputus karena menabrak seseorang yang tengah membawa banyak lembaran kertas.
“Ya ampun jatuh semua lagi” Keluh anak cewek yang ditabrak Obiet sambil berjongkok untuk mengumpulkan kertas-kertasnya.
Ify langsung berjongkok membantu.
“Oik” panggil Ify setelah memperhatikan baik-baik.
“Eh Kak Ify” Ucap Oik singkat sambil kembali merapika kertas-kertas.
Merasa ada yang kurang Ify kembali sambil menyenggol lengan Obiet yang cuek bebek seperti tidak terjadi apapun.
“Bantuin ga loe” Ucap Ify.
“Males” Jawab Obiet singkat.
“Bantuin”
“Ga mau”
Karena merasa putus asa, Ify langsung menarik dasi yang dipakai Obiet untuk ikut berjongkok. Membantu Oik.
“Kakak apaan sih?” Keluh Obiet.
“Bantuin ! Tanggung Jawab yang nabrak elo ! Cowok bukan sih loe” Ucap Ify geram.
“Iya-iya” Ucap Obiet ga ikhlas dan akhirnya membantu Oik membereskan kertas.
Sedangkan Ify menjadi mandor :P
Setelah selesai Obiet dan Oik berdiri. Oik mengucapkan terima kasih pada Obiet dan Ify.
“Eh. Ik, mau kemana?” Tanya Ify sebelum Oik pergi.
“Ke Ruang Guru kak, nganter ini” Jawab Oik sambil menunjukkan kertas ditangannya.
“Sini Ik” Ucap Ify sambil mengambil alih kertas ditangan Oik. Membawanya dengan satu tangan. Dan satu tangan yang bebas, mearik tangan Obiet lalu menaruh kertas-kertas tadi ditangan Obiet. Obiet menatap Ify dengan tatapan. Apa-apaan-sih-lo-kak?
“Nih, tour gaet loe yang baru” Ucap Ify sambil menunjuk Oik. “Lumayan study tour keruang guru” Ledek Ify. “Gue duluan” Pamit Ify meninggalkan Obiet yang kesal setengah mati dengan tindakan Ify yang suka seenaknya. Dan juga Oik yang masih bingung ditempatnya. Tour Gaet? Study Tour?

***

“Hey Fy, darimana aja loe?” Sapa Rio dengan memainkan bola basket ditangannya.
“Dari hatimuu” Gombal Ify sambil mengambil bola basket ditangan Rio. Entah mengapa ada rasa yang menggelitik didalam hati Rio mendengar ucapan Ify.
“Gaya loe” Ucap Rio menoyor Ify.
Ify nyengir. “Muter-muter aja” Jawab Ify santai.
“Muter-muter dimana?” Tanya Rio
“Disekolah lah. Emang dimana?” Tanya Ify balik.
“Kali aja dihati gue abis dari tadi loe bolak-balik dihati gue sih” Gombal Rio, aslinya sih mengungkapkan isi hati =)
“Apadeh loe” Toyor Ify pada Rio. Dan omongan Rio sukses membuat sesuatu bergejolak didalam dirinya.
Akhirnya RiFy tertawa bersama karena canda yang dilontarkan masing-masing. Saat sedang asyik bercanda ada sebuah pandangan yang membuat mereka menghentikan tawa.

Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar