Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 37b

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 37b


***

“Kyaaa. Agni loe sembarang deh ngacak-ngacak file pribadi gue” Keluh Shilla kesal.
“Maap Shill, ide si Dea nih” Ucap Agni ngeles sambil menyembunyikan BB nya dibalik punggung.
Shilla mendelik kearah Dea.
Dea hanya membalas dengan cengirannya.
Shilla merengut sebal kearah teman-temannya.
“Yah yah yah, Shilla ngambek deh” Ucap Acha
“Yah, maafin deh Shill” Ucap Agni memelas.
Shilla memejamkan mata sejenak. “Kalo Cuma dikirim ke elo-elo pada sih gue gak masalah. Tapi..............” Ucapan Shilla menggantung. “Kenapa harus di forward ke Rio juga sih” Ucap Shilla sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“Abis loe sama Rio gak ada kemajuannya sih” Ceplos Dea.
Shilla mendongakkan kepalanya. “Gak gini juga caranya. Aduh mati deh gue, gimana kalo nanti ketemu” Ucap Shilla lirih.
“Ya hadepin dong Shill” Ujar Zahra sambil merangkul Shilla.
“Gak tau ah” Ucap Shilla acuh sambil melangkahkan kakinya keluar kelas.

***

Yap! Pilihan keluar kelas sepertinya tidak tepat saat ini. Pemandangan dari lantai dua tempatnya berpijak kini langsung mengarah pada lapangan Basket outdoor. Letak kelas yang strategis membuat Shilla makin bebas memandang keseluruh penjuru lapangan tanpa terhalang apapun, seperti pohon misalnya. Dan dia menyesali itu.

Pemandangan dilapangan tampak Cakka yang baru saja meninggalkan Rio dan hmm... Ify. Kenapa harus teman dekat bahkan sahabatnya sih. Rutuk Shilla dalam hati.

BRUKKKK...
Tabrakan antara bola dan papan pantul yang lalu membuat bola bergulir masuk kedalam ring cukup menyentakkan Shilla akan ketermenungannya. Shilla langsung berusaha memfokuskan diri kepada dua orang tersebut. Tapi sia-sia karna memang jarak yang terbentang tidak akan mungkin memberinya kesempatan untuk mendengar pembicaraan yang sepertinya dibuat hanya mereka berdua yang mendengar.

Ada sesuatu yang janggal bagi Shilla melihat pemandangan tersebut. Hampir saja semuanya luruh karena Rio yang tiba-tiba membuat jarak dengan Ify dilanjut Ify yang mem-passing bola kearah Rio. Dugaannya jika mereka akan tanding kecil-kecilan langsung meleset total melihat tindakan Rio yang hanya menerima bola, berbicara sebentar –sepertinya- lalu kembali melempar bola kearah ring hingga menimbulkan bunyi yang mencuri perhatian disusul dengan Rio yang langsung meninggalkan lapangan.

“Mereka kenapa?” Gumam Shilla pelan.
“Biasa, problem anak remaja” Cetus seseorang disampingnya.
Shilla menoleh kaget. “Gabriel” Pekiknya kaget sambil memukul pelan lengan Gabriel. Gabriel langsung terkekeh.
“Loe bikin kaget tau” Ucap Shilla sewot.
Gabriel kembali tertawa. Namun ketika melihat ekspresi kecut dihadapannya. Gabriel berusaha menekan tawanya. “Maaf deh maaf” Ucap Gabriel sambil menyatukan kedua telapak tangan didepan wajahnya.
Shilla menghembuskan nafasnya pelan. “Iya, iya.” Ucap Shilla kembali memandanga kearah lapangan yang sudah kosong. Ify sepertinya sudah beranjak, pikirnya. Shilla menghela nafas. Pemandangan Rio Ify barusan seakan sudah lewat begitu lama.
“Yah ngelamun” Ucap Gabriel.
Shilla menoleh. “Nggak ngelamun” Elak Shilla.
“Barusan ngapain?”
Shilla mengibaskan tangannya lalu menghadap kearah Gabriel. “Gak penting. By the way, sejak kapan loe disini?”
“Sejak dari tadi mandangin elo” Cetus Gabriel.
Shilla tertawa “Gombal loe” Ucapnya sambil mendorong pelan pundak Gabriel.
“Gue serius tau” Dengus Gabriel.
“Maaf mas, gak ada receh” Ledek Shilla masih sambl tertawa.
“Yaudah mbak, pake uang ribuan aja. Maksudnya ribuan hatimu ya. Tapi maaf gak ada kembaliannya #halaah-__-v” Balas Gabriel lagi.
Shilla tertawa lebih lepas dari sebelumnya. “Haduhhh yel, udah ya udah. Loe kayaknya mesti balik ke kelas deh. Gue bisa gila kalo terus sama loe” Ucapnya kembali tertawa.
Gabriel ikut tertawa. “Gue balik kalo nanti pulang sekolah loe mau pulang bareng gue” Ucapnya.
“Wah, modus banget loe” Ucap Shilla sambil memukul lengan Gabriel lagi.
“Waduh loe lebih sadis dari Ify deh dari tadi mukul mulu” Ucap Gabriel sambil mengusap lengannya.
“Yah maaf deh maaf” Ucap Shilla menyesal sambil menarik lengan Gabriel kemudian mengusapnya pelan.
“Gue maafin kalo loe balik bareng gue ya?” Ajak Gabriel.
“Heuu, maunya elo itumah” Cibir Shilla.
“Yee, lagian elo kayaknya dari tadi nolak mulu” Balas Gabriel.
“Emang gue bilang gue gak mau?” Tanya Shilla balik.
“Berarti loe nerima?” Ceplos Gabriel.
“Gue gak bilang juga” Sahut Shilla
“Jadi? Bisa dijawab sekarang Nona?” Tanya Gabriel sambil menatap Shilla dengan tatapan teduhnya.
Shilla merasa jengah sendiri dipandangi seperti itu. Lalu setelah memutar bola matanya sebentar. “Tapi traktir gue ya?”
“Everythings for you, Ashilla” Ucap Gabriel lengkap dengan senyum manisnya.
Shilla merasa sepertinya pipinya mulai memanas, belum lagi debaran di dadanya sepertinya tidak bisa dikendalikan saat ini.
“Sampai ketemu nanti, See you soon Beauty” Ucap Gabriel sambil berlalu setelah sebentar mengacak puncak kepala Shilla.
Sementara Shilla hanya mematung ditempatnya, perlakuan Gabriel barusan benar-benar membuatnya melayang. Hingga tanpa sadar dia telah melupakan kejadian Rio dan Ify di Lapangan tadi.

***

“Gue duluan ya” Pamit Ify pada Alvin, Sivia dan Gabriel.
“Lho? Gak balik bareng loe Yel?” Tanya Sivia pada Gabriel yang sedang membuka mobil.
“Gue balik bareng Kak El. Udah ya gue duluan orangnya udah nunggu. See yaa” Samber Ify yang langsung berlari kearah gerbang.
“Ify jangan lari-lari” Teriak Gabriel.
“Iya-iya maaf” Balas Ify teriak lagi, sambil mengatur langkahnya menjadi jalan cepat.
Sepeninggal Ify.
“Kok kayaknya rada diem ya tuh anak tadi” Ucap Alvin sambil mengeluarkan cagivanya.
“Tadi ada kejadian lagi di Lapangan. Sama Rio. Tapi gue gak tau apa, nanti malem coba gue tanya” Ucap Gabriel.
“Kayaknya bukan hal yang baik kalo ngeliat reaksinya begitu.” Ucap Sivia sambil memandang kearah gerbang, dimana Ify sudah menaiki Jazz merah milik Elang.
“Akhir-akhir ini kalo berhubungan Ify dan Rio apa pernah baik? Kalopun baik, itu hanya MENURUT mereka baik” Ucap Gabriel.
“Yaudah, ntar malem loe kabar-kabar ya. Gue duluan sama Sivia” Pamit Alvin.
“Duluan Yel” Pamit Sivia.
Gabriel mengangguk. “Hati-hati loe” Pesan Gabriel, yang hanya dibalas anggukan Alvin dibalik helm full facenya.
“Hey, maaf lama” Ucap seseorang dengan nafas yang agak terengah-engah, Shilla
“Hey, loe lari ya kesini?” Tanya Gabriel
Shilla tersenyum malu, sambil mengelap peluh didahinya. “Niatnya, tapi jatuhnya kayak jalan cepet” Jawab Shilla sambil nyengir.
“Nunggu loe satu jam lagi gue juga mau kok asal loe gak lari-lari kayak tadi. Jahitan di ginjal loe kan belum kering sepenuhnya. Gimana nanti kalo kenapa-napa lagi?” Nasihat Gabriel, gurat kecemasan bercampur kesal sudah menjadi satu diwajahnya.
Shilla meringis.
“Maaf, maaf. Gue gak maksud marah sama loe” Ucap Gabriel menyesal.
“Gapapa kok. Gue nya aja yang bandel. Maaf ya” Ucap Shilla sambil menunduk.
“Minimal, kalo loe gak bisa ngehargain ginjal baru loe saat ini, hargain hidup yang loe punya sekarang akibat ginjal itu” Ucap Gabriel pelan.
Shilla mengangguk.
Gabriel berjalan memutar lewat depan mobilnya. Lalu membukakan pintu disamping kemudi. Yang disusul Shilla masuk kedalamnya. Setelah memastikan pintu tertutup dengan benar, Gabriel kembali berjalan memutar dan masuk kemobil duduk dikursi pengemudi.
Gabriel memasang seat beltnya dalam diam, diikuti Shilla disampingnya.
“Yel, loe marah ya” Tanya Shilla hati-hati setelah selesai memasang seatbeltnya.
Gabriel menghentikan niatnya untuk menyalakan mesin. Lalu menghela nafas pelan. Kekhawatirannya pada Shilla sekaligus rasa kesalnya karena pengorbanan Ify seperti disia-siakan membuatnya susah mengendalikan diri. Sekali lagi Gabriel menghela nafas berat. Menoleh kearah Shilla sebentar, lalu merogoh saku celananya mengambil sapu tangan miliknya. Gabriel melepaskan kembali seatbeltnya lalu menghadap kearah Shilla. Tanpa permisi, Gabriel langsung mengusap sedikit peluh pada dahi dan pipi Shilla dengan sapu tangannya. Mendadak nafas Shilla seperti berhenti bernafas dengan perlakuan Gabriel yang pasti menurut dirinya bahkan cewek lain ih-wow-ini-romantis-abis!
“Hargai hidup loe saat ini, paling gak sebagai ucapan terima kasih sama orang yang mendonorkan ginjalnya buat elo” Ucap Gabriel lirih.

***

“Lemes banget Fy?” Tanya Elang yang tengah asik memilih-milih buku.
“Hah?” Respon Ify agak tersentak.
“Loe ngelamun ya?” Samber Elang yang langsung menaruh buku yang tadi dibacanya dan langsung fokus ke Ify.
“Engg.. Sedikit” Ringis Ify. “Tadi loe nanya apa?” Tanya Ify balik.
Elang menghela nafasnya pelan. Elang tahu pasti, raga Ify memang bersamanya sekarang, tapi jiwanya entah kemana. “Tadi gue tanya, loe udah makan belum?” Tanya Elang berbohong.
Ify menggaruk kepalanya nampak berpikir. “Kayaknya belom” Ucapnya sambil nyengir.
Untuk kali ini lebih parah. Wajahnya memang menyiratkan kesenangan bercampur kepolosan. Tapi tetap saja, mata Ify terasa kosong. Sepertinya memang benar, ada masalah pada gadis ini.
“Kita makan dulu yuk” Ajak Elang sambil menarik tangan Ify.
“Lho.. lho.. lho.. katanya mau beli buku?” Tanya Ify.
“Bukunya gak ada. Mungkin stoknya lagi habis. Yuk kita ke food court” Ajak Elang sambil menarik Ify tanpa bantahan lagi empunya.

***

“Sampai Shill” Suara pertama yang dikeluarkan Gabriel setelah sepanjang perjalanan dari sekolah keluar. Sementara Shilla yang dari tadi hanya asyik dengan pikirannya langsung mengarahkan pandangannya keluar mobil dengan bingung.
“Jangan kelamaan bengongnya. Yuk” Ajak Gabriel yang tau-tau sudah disamping pintu mobil membukakan pintu mobil untuk Shilla.
Melihat reaksi Shilla yang masih diam ditempatnya membuat Gabriel terpaksa menarik turun Shilla dari mobilnya. “Tenang, gue gak nyulik elo kok. Gak bakal gue apa-apain juga. Kalo gue apaapain gue juga tanggung jawab” Goda Gabriel melihat Shilla yang masih belum bereaksi.
Shilla reflek memukul lengan Gabriel. “Sembarangan! Maunya elo itu sih” Cibir Shilla.
Gabriel terkekeh sambil mengusap lengannya. “Lagian dari tadi diem aja” Sindir Gabriel.
“Mood loe cepet banget sih berubah kayak Ify” Delik Shilla.
“Itu tandanya kita cepet move on, gak suka galau. Udah ayo masuk” Ajak Gabriel yang mengajaknya memasuki lingkungan yang sepertinya hutan kecil namun masih terlihat terang dan sangat asri.
“Ini dimana sih” Tanya Shilla bingung bercampur ngeri. Ngapain coba pergi ketempat kayak gini, tadi kan janjiannya Cuma traktir, pikirnya.
“Ya Ampun Shillaa.. Muka loe horor banget deh. Sumpah ya gue gak akan ngapa-ngapain loe. Kita kesini ya emang kita mau makan disini” Jelas gabriel.
Shilla meringis malu begitu Gabriel membaca ekspresinya. “Makan ditempat apaan kayak gini. Jangan-jangan loe nuduh gue satu species sama sapi ya?” Ucap Shilla sambil memandang berkeliling yang bisa dilihat hanya pohon hijau.
Tawa Gabriel meledak. Shilla langsung mendelik. “Maaf, maaf. Bukan gue nyamain loe sama sapi. Tapi emang bener kita makannya disini. Dan makannya ya makanan beneran kok. Bukan oseng rumput sama opor ranting pohon” Jelas Gabriel sambil sesekali masih terkikik.
Shilla manyun. “Jadi kita mau kemana?” Tanyanya lagi.
“Kesana” Tunjuk Gabriel ke arah tulisan yang tertancap pada tanah, yang dibelakangnya ada belasan anak-anak tengah bermain dan ada juga yang belajar. Pada papan itu tertulis. “Taman Bermain & Belajar Dik Doang”
Shilla menahan lengan Gabriel “Yel, elo kan tau gue gak suka.....”
“Belum suka, dan saat ini loe harus belajar untuk menyukai mereka” Tegas Gabriel.
“Tapi kan.. gue takut buat kekacauan” Ucap Shilla was was.
“Kata siapa? Kemarin waktu di rumah singgah loe bisa enjoy kan sama mereka? Ayolah, ada gue.” Bujuk Gabriel.
“Loe jangan jauh-jauh dari gue ya” Pinta Shilla, sambil mencengkram lengan baju Gabriel.
“Mau banget ya deket-deket gue” Ledek Gabriel.
Shilla kembali memukul lengan Gabriel. “Gatau ahh”
“Iya Nonaaa. Yuk” Ajak Gabriel sambil menggengam tangan Shilla erat.

***

“Gak makan kak?” Tanya Ify yang sudah menyantap makanannya lebih dulu, karena jam minum obatnya sudah telat 1 jam.
“Loe beneran gak salah pesanan Fy?” Tanya Elang melihat menu Ify. Nasi dengan serba sayuran diatasnya dan minumannya Jus Mangga.
Ify menggeleng. “Emang gue tadi pesan ini kok” gantian Ify yang heran.
“Loe kan biasanya pesan fast food dan minumannya gak jauh-jauh dari mocca dan teman-temannya.” Ucap Elang.
“Ternyata loe juga hafal ya menu-menu gue.” Ucap Ify tertawa hambar.
“Emang siapa aja yang hafal? Gue yakin banyak. Secara emang rutin” Sahut Elang.
Ify menggedikkan bahunya. “Hitung-hitung hidup sehat dikit lah”
“Hidup sehat tapi makan telat mulu” Cibir Elang.
Ify nyengir.
“Oh iya, bisa titip ucapan terima kasih?” Tanya Elang.
Ify mengerutkan keningnya. “Buat?”
“Rio”
Ify melemas tanpa bereaksi apapun lagi, selera makannya mendadak hilang mendengar satu nama tersebut.
“Gue belum bilang terima kasih soal pembetulan piano dirumah singgah waktu itu” Lanjut Elang yang masih belum menyadari perubahan keadaan karena sedang sibuk memotong tenderloin steaknya. “Ternyata loe guru yang baik juga ya, ngajarin semuanya sekaligus. Gak Cuma bisa main, Rio juga bisa setting” Jelas Elang lagi.
Ify semakin kaku ditempatnya. Kepalanya sudah ditundukkan.
“Bisa gak Fy?” Elang menghentikan niatnya untuk melahap potongan daging yang tadi susah payah dipotongnya.
“Fy?”
Ify masih belum bereaksi.
Elang menaruh garpu dan pisau makannya, selera makannya langsung menguap begitu saja. Tapi disadarinya satu hal. Satu hal yang dipikirkannya sejak tadi. Raga gadis ini memang bersamanya tapi jiwa gadis ini tengah pergi ke satu nama yang barusan disebut. Menyentakkannya jika makin kecil peluangnya untuk menganggap gadis didepannya lebih dari adik.
“Fy” Elang meraih tangan Ify yang membuat Ify langsung sadar sepenuhnya.
“Mmm.. Bisa kak bisa” Sahut Ify langsung sambil berusaha melepas genggaman Elang. Tapi tidak bisa, genggaman itu lebih kuat dibanding sisa tenaganya saat ini.
”Gue nanti ngomong langsung aja” Ucap Elang lembut.
“Tapi kan....” Ada rasa tidak enak namun lega karena tidak jadinya permintaan Elang tersebut.
“Gue sendiri aja. Besok pulang sekolah gue ke Cagvairs lagi.” Sahut Elang.
“Maaf ya” Ringis Ify.
“No prob Fy. Jadi?.........” Ucapan Elang menggantung.
Ify mengernyitkan alisnya.
“Ini yang membuat loe lebih diem dari tadi dan kejanggalan Rio dirumah singgah kemarin” Tanya Elang.
Ify diam.
“Gue tau loe gak akan cerita. Tapi gue mohon jawab pertanyaan gue kali ini” Pinta Elang.
Ify menghela nafas. “Iya” Jawab Ify nyaris tanpa suara.
Terjawab sudah. Kepastian ada hubungan lebih dari persahabatan antara Rio dan Ify sudah tertebak.
“Kenapa jadi begini?” Tanya Elang lagi.
Ify bungkam.
Sudah pasti pertanyaannya takkan terjawab lagi. Elang mempererat genggamannya. “Gue udah tau semuanya dari mata loe. Mata loe bercerita semua dari tadi. Loe terlalu istimewa membiarkan mata loe yang bercerita. Cinta membuat orang bahagia, tapi saat dia mulai menyakiti perlahan dia akan mulai membunuh. Loe mau terbunuh karena ini? Gue tau loe bisa kuat. Loe Cuma belum terbiasa. Jangan biarkan semuanya menyakiti elo. Dan loe harus tetap bertahan buat kebahagiaan loe sendiri”

***

Ternyata kegiatan sore bersama Gabriel saat ini tidak seburuk bayangan Shilla. Anak kecil yang disangkanya akan nakal dan segalanya justru malah patuh dan terus memanggilnya dengan sebutan ‘kakak cantik’ Dan sebagian besar yang mengikutinya adalah anak laki-laki yang berusia 5 tahun, yang sedang diajarinya melukis.
“Waduh.. gue bisa patah hati nih liat loe dikelilingi cowok semua” Goda Gabriel yang tiba-tiba disamping Shilla.
Damn! Kenapa sih laki-laki ini tidak pernah berhenti menggodanya? Rutuk Shilla dalam hati.
“Apasih, kayak bocah deh” Cibir Shilla.
Gabriel terkekeh. “Gimana? Mereka menyenangkan gak?” Tanyanya
“Menyenangkan banget, anaknya nurut-nurut. Baik, gak bandel. Udah gitu pada berbakat juga. Trus.....”
“Bukan karena mereka manggil elo ‘kakak cantik’ kan? Jadi loe balik muji-muji mereka juga.” Potong Gabriel seenaknya.
“Ihh, maen asal samber aja.” Keluh Shilla sambil kembali memukul lengan Gabriel.
“Ya Ampun... Shill, cowok yang jalan sama loe kayaknya harus punya body kayak agung hercules dulu kali ya biar tahan banting dipukulin mulu” Ledek Gabriel.
Niat ingin minta maaf jadi tidak jadi mendengar celotehan Gabriel. “Ngapain Agung Hercules, loe aja udah tahan banting kan?” Ucap Shilla.
“Ciee.. Mau jadi cewek gue nih?” Ucap Gabriel PD
Shilla menutup mulutnya. “Salah ngomong deh gue depan penyamun” keluhnya.
“Penyamun hatimu ya?” Goda Gabriel makin gencar.
Shilla langsung menutup mukanya dengan kedua telapak tangan miliknya. “Berhenti godain gueeeee”

***

Rio memejamkan matanya kuat-kuat. Hari ini dia benar-benar menjadi loser total!!. Setelah melepas Ify, Rio hanya bisa diam begitu melihat Shilla dan Gabriel bercanda didepan matanya. Hanya bisa memandang marah begitu Ify masuk mobil Elang, padahal tadi dia sudah melepasnya. Dan hanya bisa terima kenyataan begitu Shilla pulang dengan Gabriel.
“Ahhhhhhhhh... gue kenapa sih?” Keluh Rio langsung bangun dan duduk dipinggir tempat tidurnya lalu mengacak rambutnya frustasi.
“Ify... Shilla... Ify... Shilla.. Ck!”
Rio menyambar bingkai foto dengan foto Bian didalamnya. “Maaf ya Bi, kakak ingkar janji. Kakak gak bisa sama kak Ify lagi” Ucap Rio sambil mengusap pelan foto Bian yang tengah tersenyum ceria sebelum menaruhnya kembali. Gantian, Rio menarik foto dirinya bersama Ify waktu meraih kemenangan basket minggu lalu. Dimana mereka sama-sama memegang piala kemenangan. Rio tersenyum miring. “Maaf Fy” Rio langsung melepas penyanggahnya, membuka laci disamping tempat tidurnya. Kemudian dimasukkannya foto itu disana dan dikunci rapat-rapat.
Meski Rio sendiri sadar. Kenangan tentang mereka tidak akan mudah dikunci serapat laci tersebut menyembunyikan foto dirinya bersama Ify.

***
Kemarin sore sepulang pergi bersama Gabriel mood Shilla benar-benar membaik. Bahkan dia sudah melupakan tentang Rio dan Ify kemarin. Namun pagi ini semua seperti dibalikkan 180 derajat. Efek bangun pagi karna begitu semangat membuat Shilla datang kepagian melebihi teman-teman satu sekolahnya. Membuatnya memutuskan untuk merapikan seragam cheersnya di lemari lapangan basket indoor.

Beberapa langkah sebelum sampai dilapangan basket Shilla sudah mendengar hentakan bola basket yang di dribble seseorang dan diakhiri dengan shoot ke arah ring begitu keras. Membuat Shilla agak tersentak kaget. Shilla melangkah pelan memasuki lapangan basket indoor. Tidak ada orang ditengah lapangan, dan bola yang-sepertinya-tadi digunakan-untuk-tadi-bermain bergulir begitu saja ke luar lapangan. Shilla mengedarkan pandangannya kearah penjuru lapangan. Dan tepat ditribun ke 3. Tampak laki-laki yang sudah tak asing lagi untuknya tengah memejamkan mata.

Shilla memutuskan untuk menghampiri laki-laki tersebut. Namun hanya tinggal beberapa langkah lagi dia sampai, suara berat sudah menyapanya terlebih dahulu.
“Ngapain loe kesini?”
Shilla langsung menghentikan langkahnya. “Gue.. gue...”
“Kalo emang gak punya alasan mending loe keluar” Potong suara tadi.
“Yo!!”
“Apa?” Tanggap Rio yang sudah duduk. “Oke, gue yang keluar” Ucap Rio acuh tak peduli sambil melangkahkan kakinya keluar.
Meninggalkan Shilla dengan mata yang mulai memanas.

***

Rio berjalan kearah pintu gerbang. Karena dipesan oleh anak kelas X ada yang tengah mencarinya. Rio mengedarkan pandangannya ke luar gerbang. Tak ada sosok yang dikenalnya.
“Hay Yo!” Sapa seseorang.
Rio terkejut dengan seseorang yang menyapanya. Tapi berusaha mengendalikan diri. “Gue gak sekelas sama Ify” Ucap Rio langsung tanpa berniat berbasa-basi lebih.
“Gue gak nyari Ify, gue nyari elo” Ucap Elang santai.
“Gue? Untuk?”
“Iya, terima kasih. Atas pembetulan piano di rumah singgah. Suaranya makin enak Yo. Waktu itu gue lupa bilang sama loe” Ucap Elang.
“Not special” Tanggap Rio singkat.
Elang jadi salah tingkah menghadapi Rio yang mendadak tak banyak omong. Sama seperti menghadapi Cakka dulu.
“Ada lagi?” Tanya Rio melihat reaksi Elang.
“Mmm.. Soal Ify...”
“Oh dia. Gue bukan siapa-siapanya. Jadi loe bisa langsung ngomong ke dia.” Potong Rio. Mendadak sakunya bergetar. Ternyata ada BBM dari Agni.

Agni Tri NRG : Shilla loe apain sih? Dari pagi dia diem aja. Dan skrg nangis dilap. indoor, klo smpe kondisinya nurun. Loe org yg pertama kali gue salahin!

Rio menghela nafas. Satu masalahnya bertambah.
“Yo?!!” Panggil Elang sambil menggoyangkan lengan Rio.
Rio tersentak.
“Gue Cuma mau bilang. Tetap ikutin kata hati loe. Jangan mentingin ego pribadi loe. Loe Cuma harus belajar mengerti semuanya. Gue pamit” Ucap Elang sambil berlalu meninggalkan Rio.
Sebenarnya Rio masih agak bingung maksud Elang mengatakan hal tersebut. Tapi penuhnya pikiran membuat dirinya tidak menyempatkan waktu lagi untuk mencernanya. Rio langsung memutar langkahnya menuju lapangan basket indoor.

***

Ify berjalan pelan kearah parkiran, belakang pinggangnya agak nyeri seperti ditusuk. Hingga BB ditangannya bergetar tanda BBM masuk.

Agni Tri NRG : Fy, bisa ke lapangan basket indoor bentar gak? Gue mau tanya2 soal invest gudang.
Ify Alyssa : Ok(:!!

Ify melirik jam ditangannya, baru telat 30 menit dari jam minum obat. Kemarin 2 jam saja Ify masih bisa. Sambil menahan sakitnya, Ify langsung memutar langkahnya, yang tadinya menuju lapangan parkir jadi kearah lapangan basket indoor.

***

Rio baru saja ingin langsung memasuki lapangan basket indoor, namun suara petikan gitar accoustic yang menggema ke seluruh ruangan menghentikkan langkahnya untuk tetap stay diluar.

Lama aku merasa
Kau tak pernah menyimpan cinta pada diriku
Pedih hati ku ini

Suara Shilla mengalun pelan menyeimbangi permainan gitarnya sendiri. Suaranya agak serak, mungkin habis menangis? Membuat Rio mengingat perlakuan tidak seharusnya tadi pagi kepada Shilla.

Slalu kucoba menutup mata
Berharao nanti kau baik hati
Namun ternyata tak jua sirna
Cintamu padanya tetap kau jaga

Bertepuklah sebelah tangan
Cintaku ini pada dirimu
Sakitnya hati ini saat bersaksi
Melihatmu lagi bersamanya

Rio menyenderkan tubuhkan ke pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Kalo sudah begini apa yang harus diselesaikan? Ralat! Bagaimana penyelesaiannya?

Aku beranjak dari hidupmu
Dari masalah dari belenggu
Tlah kau sakiti Kau khianati

Rio menghela nafas. Haruskah? Rio menggelengkan kepalanya membuang pikiran yang menurutnya negatif.

Semua mimpi mimpi indahku
Aku menyerah untuk mencinta
Ajari aku melupakanmu...

Tapi sepertinya memang Rio harus melakukannya. Ini kan yang diinginkan ‘dia’? Rio harus melakukannya. Entah ini memang benar atau kesalahan terbesarnya.........

Kini kusadari didalam sepi
Meski berbagi, cinta tak ada lagi...

Prok... prok... prok..  Rio memutuskan untuk ‘melakukannya’ dan memasuki lapangan indoor. “Permainan gitar loe bagus Shill” Puji Rio setelah menyelesaikan applausenya.
Shilla mendadak salah tingkah dengan kedatangan Rio. Apalagi dengan sisa air mata yang sepertinya masih ada di pipinya.
Rio melangkah untuk lebih mendekat ke arah Shilla. Begitu sudah dihadapannya, Rio memegang kedua pipi Shilla dan menghapus jejak-jejak air mata tadi dengan ibu jarinya. “Ini karena gue ya” Tanya Rio pelan.
Shilla yang tidak menyangka perlakuan Rio, hanya diam speechless.
“Gue sebenernya tau semuanya.” Ucap Rio setelah air mata Shilla sudah tidak lagi terlihat. “Jahatnya gue, gue berusaha untuk gak peduliin itu semua” Kata-kata Rio masih menggantung. “Tentang elo sama gue, gue sama.....Ify” Ucap Rio berat mengucapkan nama terakhir.
“Gue yang harusnya gapunya perasaan ini. Maaf” Kata-kata Shilla akhirnya keluar.
“Gak ada yang salah sama perasaan elo Shill. Semua mengalir tanpa dipaksa. Kalo ada yang salah, jelas gue. Gue yang lebih ngutamain ego pribadi gue sendiri. Dan menjadikan elo sebagai korban” Jelas Rio.
Rio mulai menggengam tangan Shilla lalu merendahkan lututnya. “Apa masih ada kesempatan kedua untuk gue? Gue janji gak menyia-nyiakan itu semua.” Rio menghela nafas lebih berat dari sebelumnya. “Hmm... Ajarin gue.............. mencintai loe”
Shilla terkejut bukan main, selama ini yang diharapkannya terwujud saat ini. Harusnya dia senang, tapi mengapa ada rasa lain? Apa ternyata sudah ada nama lain tanpa disadarinya? Namun Shilla berusaha menepis itu semua, ini mimpinya. Saat ini sedang terwujud.
“Shill” Panggil Rio menggoyangkan lengan Shilla dalam genggamannya.
Shilla tersentak. “Selalu ada kesempatan Yo. Dan aku gak pernah menamakannya pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.. Tapi gue gak yakin bisa untuk yang terakhir” Ucap Shilla lirih.
Rio kembali berdiri. Mengangkat wajah Shilla utnuk mengarah padanya. “Kalo hanya yang terakhir pasti berat.” Rio menghela nafas. “Ajari aku mencintai kamu, dan melupakan dia” Ucap Rio sungguh-sungguh.
Shilla menatap mata tajam tersebut, dia tahu mata itu penuh luka. Dan sekarang dia diminta untuk mengobatinya. Perlahan Shilla mengangguk pelan.
Melihat jawaban Shilla Rio langsung memeluk Shilla sebagai ucapan terima kasih dan berdoa dalam hati, semoga ini bukanlah sebuah keputusan yang salah. “Makasih Shill, ini terakhir kalinya gue... Mmm aku nyakitin kamu. Maaf untuk kejadian tadi pagi ya” Bisik Rio lirih, lalu melepas pelukannya.
Gantian Shilla yang kini menggenggam tangannya erat. Lalu menatap Rio dalam, kemudian mencium pipi kiri Rio, yang membuat Rio langsung membeku ditempatnya. “Makasih.. Makasih udah buat aku seneng hari ini”

Sementara dari tadi ada orang yang menyaksikan mereka dalam diam. Hanya air mata yang berbicara mewakili hatinya saat ini. Semuanya jelas, terekam dalam memorinya saat ini. Bukankah memang ini yang diinginkannya? Tapi mengapa begitu terasa sakit? Ify –orangtadi- hampir mengerang tiba-tiba karena serangan sakit di daerah pinggangnya. Dan begitu melihat Shilla mencium pipi Rio, Ify langsung menutup mulutnya. Sudah tidak tergambar lagi apa yang ada dihatinya saat ini. Kejadian yang sama persis ketika Rio menyatakan cintanya di dermaga lalu. Ify juga mencium pipi kiri Rio sebagai permintaan maafnya. Dan sekarang? Ada yang lain disana. Ternyata..... sesakit ini rasanya...........
Ify langsung memutar badannya dan berlari cepat tanpa mempedulikan rasa sakit dipinggangnya saat ini. Hatinya jauh lebih sakit dibandingkan pinggangnya yang masih bisa reda dengan menelan 1 butir obat pereda nyeri. Tidak dengan hatinya.

***

“Rencana besar loe berhasil De” Seru Zahra.
Dea hanya tersenyum penuh kemenangan.
“Untung BB nya Agni ketinggalan” Ucap Angel sambil melempar-lempar BB Agni di tangannya.
“Sekarang tinggal tunggu tanggal mainnya. d’V-mile pecah” Ucap  Zevana.
“Dan itu gak akan lama lagi. Sini gue punya rencana lagi” Ucap Dea yang mebuat semua teman-temannya merapat.

***

Ify terus berlari kearah parkiran sambil sedikit meremas bagian pinggangnya. Kepalanya benar-benar pusing saat ini, pandangannya juga agak tertutup air mata.
Hingga tiba-tiba ada jeritan panik yang sepertinya milik Sivia memanggil namanya disusul ada tangan yang merengkuh dirinya. Yang samar-samar terbentuk bayangan kakak kembarnya. Dan perlahan semua gelap.

***

“Kenapa bisa sampai seperti ini Yel?” Tanya Dokter Tian.
Gabriel hanya bisa menunduk, faktanya dia memang tidak tau apapun kecuali BBM dari Agni di BB Ify yang ditunjukkan Sivia tadi saat mengutak-atik BB Ify.
Dokter Tian melempar pandangan ke Alvin dan Sivia yang berada disamping Gabriel. “Apa ada penjelasan dari kalian?” Tanyanya tegas.
Alvin dan Sivia kompak menggeleng lemah.
“Kamu tahu semua konsekuensinya Yel. Memang Ify sudah berjanji menjaga kondisinya, tapi kita kenal sifat dia keseluruhan. Dan harusnya kamu mengerti” Tegas Dokter Tian kepada Gabriel. Sama seperti Gabriel, Dokter Tian juga sama khawatirnya, Ify sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Suara ketukan pintu merenggangi ketenggangan mereka. “Masuk” Ucap Dokter Tian singkat.
“Sudah Dok, keadaan Ify sudah stabil. Jahitan yang terlepas sudah kami benarkan lewat operasi kecil untuk pemasangan selang insulin tadi.” Lapor seseorang tadi yang ternyata Dokter Evan.
Semua menghela nafas lega. Termasuk Dokter Tian, kerut diwajahnya tidak setegang tadi.
“Maaf, bukan maksud saya menyalahkan kalian. Tapi kalian mengetahui semuanya, hanya kalian yang bisa menjaga dan mengaturnya.” Jelas Dokter Tian dengan suara yang lebih tenang.
“Kami memang tidak mengetahui apapun tentang ini Dok, tapi kami mengakui ini kesalahan kami menjaga Ify” Ucap Alvin.
“Ini akan menjadi kesalahan pertama sekaligus terakhir Dok, saya akan berusaha menjaga Ify lebih baik dari kemarin” Lanjut Sivia.
Sedangkan Gabriel hanya diam, jangankan untuk berucap. Berpikir apa yang ingin ia bicarakanpun benar-benar tidak bisa.
“Yel, sepertinya kamu bisa berganti dengan kaos saya dulu. Gak enak juga kan pakai seragam penuh noda darah begitu sambil berkeliling sekitar sini.” Ucap Dokter Evan sambil mengangsurkan kaos yang sudah diambilnya tadi dilockernya.
Gabriel tidak membantah, hanya menerima kaos pemberian dokter Evan dan langsung melangkahkan kakinya keluar.

***

“Keterlaluan loe kak baru ngasih kabar sekarang!!” Amuk Deva marah sambil mendorong Gabriel hingga terjatuh.
“Deva” Tarik Alvin, memberi jarak antara Gabriel dan Deva. Sedangkan Ray yang datang bersama Deva tadi langsung membantu Gabriel bangun.
“Tadi kita semua masih sama-sama bingung Dev” Ucap Alvin menenangkan.
Deva mengatur nafasnya, lalu melepaskan dirinya dari cengkraman Alvin. Lalu berjalan kearah pintu kaca tempat Ify masih dirawat. Meskipun keadaannya stabil, Ify belum dapat dipindahkan keruang opname biasa. Tubuhnya masih harus dipacu asupan insulin yang tidak dapat lagi diproduksi secara produktif oleh ginjalnya.

***

Mendadak malam ini Rio uring-uringan tanpa sebab, sampai Ray yang baru pulang pun langsung kena dampak dari sikap uring-uringan Rio.
“Loe dari mana aja sih? Kebiasaan kalo main gak inget waktu.” Tegur Rio.
“Darimana kek yang gue suka” Ucap Ray seenaknya, “Lagian gue udah izin sama mama. Kenapa loe ribet sih” Ucap Ray kesal.
Rio mengacak rambutnya ‘kenapa gue ribet sih? Ah gatau’ Tanpa berkata lagi Rio langsung meninggalkan ruang tamu dan masuk kamarnya meninggalkan Ray yang terdiam bingung ditempatnya.

---

Kamar Rio.

“Gue kenapa gelisah gini ya?” Gumam Rio pelan. Rio bolak-balik membalikkan tubuhnya. Rio mengacak rambutnya frustasi. “Kenapa disaat begini harus kepikiran sama Ify?” Rio menghela nafas berat. Rio bangun dari tempat tidurnya dan berjalan kearah balkon kamarnya.

Bagaimana caranya? Bagaimana bisa dia meminta untuk jatuh cinta kepada gadis lain sementara gadis itu tetap membayangi setiap malamnya? Bagaimana dia dapat melupakan gadis itu sementara dia meminta untuk diajari cinta oleh orang yang sama sekali tidak pernah ada dihatinya? Atau memang ternyata ada kesalahan pada apa yang dilakukannya tadi siang?

***

Seperti mukjizat, malamnya Ify benar-benar dinyatakan stabil bahkan sudah bisa dipindahkan keruang rawat inap biasa. Benar-benar menenangkan, hingga akhirnya Sivia dan Alvin memutuskan untuk pulang kerumah dan kembali besok lagi. Hanya Deva dan Gabriel yang masih stay menjaga. Sedangkan Ray sudah pulang dari jam 9 malam, agar tak menimbulkan kecurigaan. Namun Deva sudah mengabarkannya.

“Asupan insulin yang kemarin sore kita masukkan melalui selang dapat diterima baik oleh tubuh Ify. Sehingga mempercepat kerja ginjal dan seluruh organ lainnya kembali maksimal” Begitu penjelasan Dokter Evan begitu Ify tengah pindah kamar tadi. “Untuk menjaga kondisinya, terpaksa besok dia harus dirawat seharian. Ucap Dokter Evan.

***

Setelah istirahat seharian dirumah sakit kemarin Ify kembali masuk sekolah setelah melewati sedikit perdebatan kecil tadi pagi bersama Gabriel dan Deva. Tapi berkat sifat keras kepala serta kemampuan meyakinkan orang, membuat Gabriel dan Deva memilih mengalah dengan perjanjian Deva akan tetap bersama Ify kecuali disaat sedang dikelas. Berhubung Gabriel dan Ify memutuskan untuk tidak lagi terlalu dekat disekolah.

Masih ada waktu 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Tapi suasana sekeliling sekolah sudah begitu ramai tidak seperti biasanya. Sepanjang perjalanan mereka kekelas, banyak ditemui Ify, Gabriel ataupun Deva murid-murid yang tengah bergerombol didepan kelasnya.

Baru saja Ify dan Gabriel diambang pintu kelas. Mereka sudah disambut dengan jerit panik Sivia sampai-sampai Ify harus menutup kupingnya.
“Fy, ayo kemading. Kata anak-anak ada nama loe dan Gabriel disana” Cerocos Sivia dalam satu tarikan nafas.
Ify dan Gabriel saling berpandangan.
“Bukan sesuatu yang baik kayaknya. Mana tas loe berdua. Ayo kita liat bareng-bareng” Ucap Alvin sambil menyodorkan tangannya.
Dengan cepat Gabriel dan Ify melepas tas mereka masing-masing dan menyerahkan ke Alvin. Yang dibawa Alvin dengan cepat ke tempat duduk mereka masing-masing.
“Ayo kesana” Ajak Alvin sambil membalik punggung Gabriel.

***

Sesampai di mading ternyata sudah dipadati puluhan siswa yang berebut untuk melihat namun begitu menyadari sang objek mading sudah dibelakang mereka, satu persatu mulai mundur teratur membentuk jalan untuk Ify, Gabriel sekaligus Alvin dan Sivia.

Sampai didepan mading kompak mata mereka terbelalak maksimal. Belum selesai kekagetan mereka, dibelakang sudah ada lagi yang menyeruak kerumunan, membuat Gabriel, Alvin dan Sivia berbalik, sedangkan Ify masih terdiam memandang tulisan yang terpampang dimading. Ternyata Rio dkk bersama The Days Ever.

Sama seperti Ify. Rio membeku ditempatnya melihat apa yang terpampang dihadapannya kini. Dalam satu mading, tertampang besar-besar tulisan.

“ANAK PEMILIK YAYASAN? KENAPA MURAHAN?!!!”

:: Alyssa Saufika Umari atau yang dikenal IFY. Anak pemilik Yayasan Cagvairs International School. Salah satu Most Popular Girl di Cagvairs. Merupakan sekertaris OSIS dan Kapten Basket yang konon dikabarkan mengundurkan diri. Dikenal sebagai anak baik dan ramah oleh sekelilingnya. Tapi mengapa ini semua hanya kedok semata? Mengapa dengan popularitasnya disekolah digunakannya untuk contoh tidak baik untuk adik kelasnya? Bahkan tega mengkhianati sahabat-sahabat disekelilingnya sendiri ::

Dibawahnya lagi banyak foto bertebaran yang diperbanding satu sama lain. Seperti ada foto ketika Rio mencium puncak kepalanya waktu dilapangan basket ketika semasa mereka masih bersama, namun disampingnye terpampang foto Shilla waktu mencium pipi Rio kemarin sore. Lalu ada foto Ify yang saat itu tengah bercanda dengan Gabriel disanding kan dengan foto Gabriel yang tengah menepuk puncak kepala Shilla. Dibawahnya lagi ada foto ketika Cakka mendesak Ify didinding kantin pada kasus Elang dan disandingkan dengan Foto Agni yang tengah mengelap keringat Cakka pertandingan basket lalu. Disampingnya ada Foto Alvin yang tengah merangkul Ify waktu kegiatan basket yang disanding dengan Foto Sivia yang sedang memberikan minum pada Alvin sambil tertawa bersama waktu pertandingan basket minggu lalu. Terakhir ada foto ketika Elang menggenggam tangan Ify kemarin sore saat di food court.

:: Daripada kita katakan murahan atau gampangan. Sepertinya lebih pantas kita sebut Pagar Makan Tanaman!! ::

Dan tulisan dimading ditutup dengan foto Rio waktu menggendong Ify dipertandingan basket lalu karena kakinya cedera dan Foto Gabriel yang menggendong Ify 2 hari lalu tepat setelah.... Yoshill Jadian!

Keterdiaman mereka terputus dengan grasak grusuk dari belakang yang bersumber dari yang melihat mading tersebut selain mereka. Tidak jarang dari mereka yang lebih banyak memandang mencemooh daripada prihatin kearah Ify. Sedangkan Ify sudah hampir merasa sulit bernafas saking putus asanya.

“Waduh, ini berita murahan banget sih” Ucap Cakka mulai berkomentar. “Jelas-jelas waktu foto gue sama Ify kan loe semua juga pada disana”
Semuanya mengangguk setuju. Termasuk Agni yang terlihat biasa saja.
“Wah Cha, kayaknya Cuma Ozy lo nih yang aman” Ceplos Angel.
“Loe jangan memperkeruh suasana deh kak” Ketus Obiet yang ternyata sudah dibelakang kerumunan Ify dkk bersama Deva, Lintar dan Ray yang sibuk mengusir kerumunan yang tidak bersangkutan.
“Padahal loe teladan gue lho Fy disekolah ini. Apalagi keloyalitasan loe sama sekolah ini, gak peduli loe yang punya yayasan. Ga nyangka loe aslinya begini” Ucap Dea dengan nada kecewa yang dibuatnya.
“Ozy kayaknya target berikutnya nih” Ucap Zahra.
“Untung gue gak begitu deket sama loe ya Fy, gimana ntar gebetan gue diambil sama loe juga?”
“Jaga baik-baik Vi koko Alvinnya” Pesan Angel mengarah pada Sivia.
Sivia hanya diam.
Ify hanya memandang Dea dan yang lain tanpa memberikan komentar apapun. Sementara yang lain hanya memandang prihatin.
Perlahan Rio berjalan mendekat kearah mading dan membuka kaca yang digunakan sebagai penutup mading. Semuanya hanya memandang dalam Rio hal yang dilakukan Rio. Setelah memandangi ulang “artikel” mading pagi ini. Rio mengulurkan tangannya untuk mencabut foto-foto dirinya bersama Ify. Hanya yang bersama Ify!!

Sedangkan Fotonya bersama Shilla dan Foto Ify bersama yang lain tidak dipedulikannya. Rio kembali mnutup kaca mading kembali lalu berbalik menghadap Ify. Rio menatap gadis yang tampak lebih pucat dari biasanya itu dengan tatapan menghukum. Ify langsung membuang wajahnya kearah lain. Rio mengarahkan tangannya yang tengah menggenggam foto-foto dirinya yang bersama Ify yang tadi dicabutnya dari mading kedepan arah wajah Ify yang tidak menatapnya. Dalam diam dan perlahan Rio mulai meremas foto itu dalam genggamannya.

Ify sendiri mulai mencelos begitu melihat Rio meremas semua foto mereka berdua dihadapan wajahnya sendiri. Air mata yang sudah siap diproduksi ditekannya kuat-kuat. Ify menguatkan hatinya untuk menatap balik Rio. Disaat yang bersamaan Rio langsung melempar foto mereka berdua yang tadi sudah “dirusaknya” kedalam tempat sampah dekat situ. Dan beberapa detik kemudian Rio langsung berbalik meninggalkan mading diikuti yang lain kecuali Ify dkk dan Deva cs.

“Gue benci elo Fy!” Ucap Sivia tiba-tiba yang sudah pindah ke hadapan Ify.
Ify terperangah. Termasuk yang lain.
“Gue benci sama sikap diem loe, kenapa loe gak lawan mereka? Kenapa loe diem aja? Kenapa?” Tanya Sivia sambil menggoyangkan bahu Ify. “Loe bisa marah kalo loe mau” Bentak Sivia.
Ify hanya menunduk diam.
“Jadi ini Fy?” Ucap Gabriel pelan, yang membuat semuanya menengok kearahnya yang tengah menunjuk salah satu foto yang masih tertempel dimading. Foto Shilla waktu mencium pipi Rio. “Jadi ini yang buat loe terbaring 2 hari lalu” Tanya Gabriel, kali ini dengan nada tegas. Semua memandang kearah Ify. Tak ada jawaban dari Ify yang kemudian berlalu begitu saja. Yang dianggap jawaban “Ya” untuk teman-temannya.

***

Shilla menjadi bingung dengan perasaannya sendiri. Ada rasa marah tadi saat melihat foto Rio dan Ify yang tertempel di mading tadi. Karena membuktikan memang ada yang “lebih” diantara mereka berdua. Shilla jadi memetik gitar nya asal dan sesekali menyenandungkan lirik yang sepertinya mewakili perasaannya kali ini.

Dulu engkau tak pernah berikan pertanda
Dan telah kusadari kau kekasih sahabatku
Mengapa kini kau buat aku meresah

Sungguhkah semua ini cinta kadang tak percaya
Namun mengapa selalu saja kuingin dekat dirimu
Andai dia bukan kasihmu mungkin tak seberat ini
Ku sesali mengapa cinta baru saat ini
Engkau nyatakan...

“Apa mungkin gue Cuma pelampiasan ya?” Gumam Shilla sendiri. “Tapi gak mungkin, Rio kemarin sampai ngomong kayak gitu” Shilla menghela nafas. “Tapi ngeliat reaksi dia tadi? Ahh, Shill positif thinking. Loe harus rubah semuanya supaya Rio fokus sama loe” Ucap Shilla pada dirinya.

“DOR!!”
Shilla tersentak. “Gabriel” Pekiknya
Gabriel nyengir tak bersalah.
Ahh, Shilla rindu dengan cengiran ini. Sudah berapa lama ya tidak bertemu Gabriel, sepertinya baru 2 hari tapi selalu ada yang dinanti setiap bertemu dengan laki-laki dihadapannya saat ini.
“Hayoo bengong, mikirin gue ya?” Goda Gabriel.
“Idih apa banget deh loe PD nya” Cibir Shilla sambil memukul lengan Gabriel.
“Haduhh, baru ketemu udah kena pukul aja gue” Ringis Gabriel.
“Bodo” Ucap Shilla sambil memeletkan lidahnya.
“Jiah, gak kangen gue loe?” Tanya Gabriel.
“Ngapain amat” Sewot Shilla. Tapi nyatanya memang beberapa hari ini justru cowok dihadapannya ini yang memenuhi pikirannya. Shilla selalu memikirkan kira-kira apalagi yang akan di perbuat cowok ini untu menggodanya. Tapi Shilla langsung menggelengkan kepalanya. Inget Rio Shill, bathinnya.
“Tuhkann, kayak ayam mabok. Udah ngaku aja loe kangen gue. Gue kangen loe tau” Ceplos Gabriel.
“Loe gak bisa ya sehari ketemu gue untuk gak ngegoda” Ucap Shilla sambil tertawa.
“Yang penting loe seneng”
“Idih kata siapa? Gue kesel tau” Cibir Shilla.
“Kesel tapi pipi loe merah mulu non” Ucap Gabriel makin jadi.
Reflek Shilla memegang kedua pipinya. Yang langsung membuat Gabriel terbahak.
Sadar kembali dikerjai, Shilla langsung manyun. “Rese loe” Keluhnya.
Gabriel langsung tertawa lagi. “Udah jangan cemberut gitu. Ntar gak cantik lagi”
“Udah ahhh, pipi gue merah lagi ntar” Ucap Shilla sambil ikut tertawa juga.
Sayangnya canda mereka terhenti oleh suara berat yang memanggil nama Shilla.
“Shill”
Gabriel dan Shilla menoleh. Rio berdiri di belakang mereka dengan pandangan tak terbaca. “Boleh pinjem Gabriel sebentar?” Ucap Rio dengan nada datarnya.
Shilla mengangguk pelan, merasa ada yang tidak beres. Sementara Gabriel menggenggam tangan Shilla tanpa sepengetahuan Rio berusaha menenangkan.
“Oke. Dimana Yo?” Tanya Gabriel. Ini saatnya, pikirnya.
Tanpa menjawab, Rio langsung berbalik badan tanpa mengatakan apapun. Mengisyaratkan Gabriel untuk mengikutinya.

***

Rio langsung mendorong bahu Gabriel begitu sampai di tempat yang dimaksudnya.
“Loe bilang kita bersaing secara sportif kan Yel?” Tanya Rio dengan nada tinggi.
Gabriel tersenyum miring, langsung mengerti apa yang dimaksud Rio kali ini. “Iya, gue pernah bilang begitu kan?” Ucapnya santai.
“Trus kenapa sekarang loe ganggu gue sama Shilla?”
“Loe ngerasa gue ngeganggu?” Ucap Gabriel menantang.
“Shit!” Rio langsung melayangkan tinjunya kearah Gabriel. Yang telak membuat Gabriel jatuh.
Gabriel berusaha tidak terpancing emosi. “Ini yang loe bilang sportif?” Ucap Gabriel dengan nada meremehkan. “Ini yang lo bilang cara sportif” Bentak Gabriel sambil berusaha bangun.
Rio diam berusaha untuk tidak memukul lagi.
“Atas dasar apa loe mukul gue?” Tanya Gabriel kali ini dengan nada agak santai.
“Loe ganggu hubungan gue” Jawab Rio dingin.
Gabriel mencengkram kerah kemeja seragam Rio. “Kemana aja loe selama ini?” Lalu melepasnya dengan kasar.
“Gue ganggu loe sekarang bukan tanpa alasan, gue suka sama Shilla. Dan gak bakal ngelepas dia gitu aja buat pecundang kayak loe” Ucap Gabriel, yang langsung memancing tinju Rio melayang lagi kearah ulu hatinya. Gabriel kembali terjatuh.
“Bangun loe” Ucap Rio. Sambil mencengkram kerah seragam Gabriel. “Loe mesti mikir ulang, siapa yang pencundang diantara kita. Loe selalu ngedeketin cewek yang ada deket gue” Ucap Rio.
Gabriel melepas cengkraman Rio dengan mendorongnya. “Loe marah? Hah?!!” Bentak Gabriel masih belum mau kalah.
Rio langsung kembali memukul Gabriel kali ini dipipi kirinya hingga membuat ujung bibir Gabriel menjadi sobek. Gabriel yang dari menahan diri langsung balik menyerang Rio memukul di bagian ulu hati dan wajahnya sekaligus yang membuat Rio langsung jatuh terduduk.
“Loe bisa marah karena cewek yang gak loe cinta. Tapi loe diem aja saat cewek yang loe cinta dalam keadaan yang terpuruk sekalipun.” Ucap Gabriel yang berdiri dihadapan Rio. “Bangun loe” Bentak Gabriel sambil mencengkram seragam Rio hingga membuat Rio terbangun sambil berusaha menahan nyeri di ulu hatinya. “Loe bahkan bisa memukul gue kapan aja loe mau kalo gak terima gue dideket Ify. Cewek yang loe sayang! Tapi loe malah diem aja. Dan Shilla? Siapa Shilla buat elo? Elo bisa marah sampai mukul gue karena ini. Siapa yang pecundang sekarang?” Ucap Gabriel dengan nada tinggi.
Rio sama sekali tidak berniat membalas lagi. Ucapan Gabriel tidak ada yang bisa dibantah. “Anggap pukulan gue tadi sebagai balasan sakit hati Ify yang gak bisa dia ungkapin langsung sama loe” Ucap Gabriel sambil menghempaskan Rio kembali, dan kemudian berlalu pergi.

***

“Rio beneran udah keterlaluan Vin” Ucap Sivia.
“Iya aku tau. Tapi kamu juga sabar dong jangan emosi gini” Ucap Alvin menenangkan sambil berupaya menyamakan langkahnya dengan Sivia yang berjalan cepat.
“Dan aku yakin banget, yang nempelin foto-foto norak di mading itu pasti Dea cs” Ucap Sivia.
“Kamu jangan asal nuduh dong” Seru Alvin.
“Kok kamu bela mereka sih?” Ucap Sivia yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Bukan gitu Vi, tapi kita gak punya bukti untuk itu” Jelas Alvin.
“Ya tapi kan.........”
“Haduhhh, gak Ify gak sahabatnya kenapa suka cari sensasi tengah jalan begini sih?” Potong seseorang pada ucapan Sivia.
Sivia langsung menengok kesumber suara, Zevana. Tidak hanya Zevana, Shilla dkk dan Rio dkk juga ada disana.
“Loe diem ya, gak usah bawa-bawa Ify” Bentak Sivia.
“Biasa aja kaleee kalo gak merasa mah” Ceplos Angle.
“Dia nyebut nama Ify, dan siapa lagi sahabat dia yang saat ini masih ada disampingnya selain gue” Ucap Sivia menuding Zevana. “Dan urusan gue sekarang sama Rio bukan loe pada” lanjutnya.
“Kalo omongan loe tentang Ify, gue yang gapunya waktu” Ucap Rio dingin.
“Tuh Fy, Rio nya aja gak mau. Loe jangan sampe ya ngemis-ngemis kayak sahabat loe” Ceplos Dea.
“Heh, diem loe. Gak ada yang ngomong sama babunya Rio!” Ucap Sivia sengit.
“Waduh omongan loe kenapa jadi gampangan gini sih?” Tanya Zahra.
“Biasa, ketularan temennya yang murahan mungkin” Ceplos Zevana yang langsung disambut tamparan di pipi kirinya oleh Sivia.
“Via” Panggil Alvin dengan nada meninggi. Lalu menempatkan dirinya ditengah Sivia dan Zevana.
“Kenapa Vin? Pantes kan mulut dia dikasih salam hangat kayak gitu?” Ucap Sivia acuh.
“Aduh Vin, cewek loe kasar banget sih” Ucap Zahra sambil menenangkan Zevana yang menangis karena ditampat Sivia.
Sivia mendelik kearah Zahra. “Perlu mulut loe gue kunci juga?” Ucap Sivia pada Zahra.
“Vi berhenti! Kamu tuh kenapasih jadi lepas begini” Bentak Alvin.
Sivia memandang Alvin tak percaya. “Oh, setelah Rio, Kamu juga ikut Vin?” Tanya Sivia sengit.
“Sivianya aku tuh gak emosian begini” Jelas Alvin tenang.
“Sorry Vin, aku juga manusia biasa. Dan kamu, kamu seharusnya bisa menilai untuk saat ini harus berbuat kayak gimana. Di posisi kita yang mengetahui semuanya, tapi gak bisa berbuat apa-apa” Ucap Sivia pelan sambil memandang kearah Alvin.
“Dan untuk elo Yo, loe harus belajar mengutamakan kata hati loe bukan ego loe sendiri saat ini.” dan elo semua” Ucap Dea sambil menunjuk Dea cs , “Makasih cowok gue dan MANTAN sahabat gue berpikir untuk menyalahkan gue mengutamakan egonya masing-masing” Sivia tersenyum meremehkan kearah semuanya.
“Gak gitu Vi” Ucap Alvin berbicara.
Namun Sivia sudah tidak ingin mendengarkan dan memilih untuk melangkah pergi.
“Vi, Sivia” Panggil Alvin.
“Aduh Vin, tamparan cewek loe sakit banget nih” Ucap Zevana berusaha menahan Alvin. Alvin jadi merasa serba salah dan memutuskan ditempat dulu karena menurutnya Sivia sedang emosi juga.

***

Sivia terus berlari, kekesalannya pada Alvin tidak dapat dibendungnya tadi begitu Alvin membela Zevana. Orang yang jelas-jelas sudah diketahui Sivia maupun Alvin sendiri jika Zeva menyukai Alvin. Langkah kakinya terhenti tiba-tiba. Sivia melupakan sesuatu dan langsung menepuk jidatnya. Ahh, Ify sahabatnya tadi kan tidak ikut ke kantin bersamanya karena tidak ingin bertemu pasangan YoShill dikantin akibat peristiwa 2 hari yang lalu. Ify berpesan jika akan menghabiskan waktu istirahat di Ruang Musik. Dengan langkah cepat Sivia langsung memutar arah dan berjalan ke Ruang Musik.

---

Sivia membuka Ruang Musik nyaris tanpa suara, karena mengetahui pasti Ify sedang bermain piano tidak bisa terganggu suara sedikitpun. Begitu sempurna sudah berada didalam ruangan Sivia menghela nafas. Memang benar ada sosok Ify yang tengah duduk didepan sebuah grand piano putih ditengah ruangan. Tapi bukannya memainkan piano seperti biasanya. Sosok sahabatnya justru tampak melamun. Sivia menggelengkan kepalanya. Untuk saat ini masalahnya dengan Alvin bukanlah pokok utama. Tapi mengembalikan senyum sahabatnya inilah masalah utama saat ini. Sivia melangkah masuk kedalam ruangan kearah Ify sambil bersenandung lembut.

Biarkan saja kekasihmu pergi...

Ify langsung menoleh begitu bait pertama yang keluar dari mulut Sivia bersenandung.
Teruskan saja, mimpi yang kau tunda...
Kita temukan, tempat yang layak...
Sahabatku...

Sivia merangkul Ify tepat pada bait ‘Sahabatku...’ Membuat Ify langsung tersenyum menyambut rangkulannya.

Ify langsung memutar badannya kedepan grand pianonya lalu jari-jari lentiknya mulai menari teratur diatas tuts-tuts hitam putih menyenandungkan intro melanjutkan lagu tadi.

Kupercayakan langkah bersamamu...
Tak kuragukkan berbagi denganmu...
Kita temukan, tempat yang layak...
Sahabatku...

Kita mencari (cari..) Jati diri...
Dengan lautan mimpi...

Aku bernyanyi untuk sahabat...
Aku berbagi untuk sahabat...
Kita bisa jika bersama...
Aku bernyanyi untuk sahabat...
Aku berbagi untuk sahabat...
Kita bisa jika bersama...

Tiba waktunya... Kita untuk berbagi...
Untuk saling memberi.... haa... haa... haaaa

Di Reff bagian terakhir justru keduanya sama-sama menitikkan air mata. Ify berhenti memainkan pianonya. Lalu bersenandung accapella bersama Sivia.

Aku bernyanyi untuk sahabat...
Aku berbagi untuk sahabat...
Kita bisa jika bersama...
Aku bernyanyi untuk sahabat...
Aku berbagi untuk sahabat...
Kita bisa jika bersama...

Begitu lagu habis mereka langsung berpelukkan dan menangis bersama dalam beberapa menit. Begitu mulai tenang, Sivia langsung mengulurkan jari kelingking kanannya. “Nangis dan Ketawa sama-sama” sambil menahan tangis lagi.
Ify tersenyum tanpa menghapus air mata. “Ini harus jadi hari terakhir kita nangis ya” Ucapnya sambil menyambut jari kelingking Sivia. Dan mereka menutup segalanya dengan senyum bertirai air mata.

***

Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar