Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 28

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 28


***

Kegelisahan mewarnai relung hati Ify dalam perjalanan ke Bandung bersama Rio dan Ray. Berulang kali dicoba dikontaknya Deva walau sudah mengetahui jika hasilnya akan sama. Nihil! Tanpa jawabannya.
“Tidur dulu aja kak” Ucap Ray.
“Gak bisa Ray” Jawab Ify singkat.
“Makan dulu ya loe?” Ucap Rio yang sedang menyetir.
“Gak laper Yo” Jawab Ify cepat.
Rio menggeleng heran, tak ingin memaksa. Karena tahu akan sifat keras kepala Ify.
“Yaudah loe berdoa aja, biar tenang” Ucap Rio sambil kembali fokus pada jalanan. Tak ada jawaban lagi dari Ify. Hanya sebuah anggukan kecil tanda ingin berdiam.

2 jam kemudian mereka telah tiba di kota Paris Van Java. Perjalanan yang cukup cepat karena memang jalanan sangat lengang. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Rio mengemudikan mobilnya sesuai arah yang ditujukan Ify. Hingga tiba lah mereka di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kawi, Bandung. Ify sudah langsung menghambur keluar dari mobil begitu Rio selesai memarkirkan mobil.
“Fy.. Ify tunggu” Ucap Rio.
“Kak jangan teriak-teriak kenapa. Serem gue” Ucap Ray.
“Sorry... Sorry” Ucap Rio.
“Kkita mau cari Deva atau uji nyali sih?” Keluh Ray.
“Gak tau. Gue kejar Ify dulu ya. Takut lepas kontrol dia. Loe beranikan?” Tanya Rio.
“Sip, tadi kan gue udah janji mau bantu cari Deva juga. Gue coba disekeliling sini ya. Loe kesana” Ucap Ray.
Rio mengangguk dan langsung mengejar Ify. Sedangkan Ray langsung berlari kearah berlawanan mencoba bertanya pada penduduk sekitar yang masih terjaga.

***

“Masih baru” Gumam Ify sambil meremas taburan bunga dimakam Bundanya. “Tadi Deva kesini Bun?” Tanya Ify pada nisan Bundanya.
Hening tak ada jawaban. Hanya angin malam yang masih menusuk.
“Bunda jawab ! Deva kemana sekarang Bun?” Ucap Ify sambil terisak.
Tetap tak ada jawaban. Ify berdiri dan berputar sambil berteriak “DEVA.... DEVA.... LOE DIMANA??”
Tak ada jawaban.
“DEVAAA... LOE ADEK GUE ! LOE DIMANA, Please balik sekarang” Ucap Ify lirih pada bagian akhir. Lalu jatuh terduduk. Sampai ada tangan kokoh yang merangkul bahunya. Tangan kokoh milik Rio, yang kini mulai mendekapnya.
“Jangan kayak gini Fy” Ucap Rio pelan.
“De.. Devv.. Deva gak ada Yo” Ucap Ify sambil terisak.
“Ini yang buat Iel takut, yang buat Iel khawatir. Iel gak mau elo kacau begini.” Ucap Rio pelan. Ucapan yang justru menjadi boomerang untuk hatinya sendiri.
“Gue gak tau harus ngapain lagi” Ucap Ify, masih dalam dekapan Rio.
“Elo harus tenang. Berdoa sama Tuhan. Biar Deva tetep Baik-baik aja. Gue mau loe tegar seperti biasanya. Jangan kayak gini” Ucap Rio lembut sambil melepaskan dekapannya dan mengusap sisa-sisa air mata Ify.
“Kita sama-sama. Loe harus kuat.” Ucap Rio sambil mengusap pipi Ify lembut.

***

“Gimana Ray?” Tanya Rio setelah mereka semua kembali kedalam mobil. Dan rio langsung menjalankannya.
“Tadi gue nanya ke juru kunci makam itu sekaligus pedagang bunga tabur. Setelah gue jelasin ciri-ciri Deva dan juga motornya. Dia jawab tadi emang Deva kesini. Ciri-ciri yang gue gambarin sama persis dengan ciri-ciri cowok yang dateng sekitar jam 8 malem tadi kesini buat beli bunga tabur si mbah kuncen” Tutur Ray.
Ify menoleh. “Feeling gue tepat kan? Deva bener kesini”
Rio memandang ke arah Ify. “Loe belum cerita, ada masalah apa sampai Deva kabur dari rumah dan   kenapa feeling loe Deva ada disini, sedangkan banyak tongkrongan di Jakarta. Yang mungkin aja didatengin Deva” Tanya Rio.
Ify menoleh cepat, kaget dengan pertanyaan yang diajukan Rio. Bingung dengan jawaban apa yang harus diberikannya kepada Rio Dalam kekalutannya. Tiba-tiba...
“Ka, itu Deva bukan?” Teriak Ray refleks sambil menunjuk sebuah motor ninja putih yang baru saja berbelok ke tikungan.
Kontan Rio dan Ify langsung menoleh ke depan dan fokus ke arah motor ninja tersebut.
“Platnya gak keliatan Ray” Ucap Rio.
“Tapi gak ada salahnya kita nyoba liat Yo. Ayo ikutin” Ucap Ify.
Rio mengangguk, dan mulai menambah kecepatan mobil dan mengikuti sang pengendara ninja putih tersebut.

***

Gabriel masih terjaga menunggu kabar dari Rio, Ify dan Ray. Dalam hatinya tidak berhenti berdoa berharap mereka semua baik-baik saja.
“Belom tidur Yel?” Suara berat menyapa Gabriel dari arah sofa penjenguk diruang inap VVIP Gabriel.
“Elo gak pulang Vin?” tanya Gabriel, tidak mengindahkan pertanyaan Alvin.
Alvin menggeleng. Lalu diatur posisi tubuhnya yang memang tidur sambil duduk dengan kepala Sivia yang menyandar dibahunya menjadi berdiri, setelah berhati-hati menidurkan Sivia di sofa. Alvin langsung menghampiri Gabriel supaya berbicara tidak terlalu berisik dan menganggu.
“Gue sama Via kebagian buat jagain elo malem ini” Jawab Alvin.
“Tapi kan besok elo sekolah?” Protes Gabriel
“Kan gue bisa pulang subuh Yel” Ucap Alvin. “Tapi kayaknya gue bolos, kasihan elonya” Ucap Alvin.
Gabriel menggeleng. “Loe besok sekolah, gue udah nelpon nyokapnya Ify buat jagain gue kok”
Alvin menggeleng. “kenapa nelpon nyokapnya Ify? Kenapa gak nyokap loe. Atau... Bokap loe?” Tanya Alvin.
Gabriel tersentak.
“Santai Yel, gausah panik gue. Hampir 70 persen gue udah tau semuanya. Jangan mengelak lagi. Loe bukan sahabat kecil Ify kan? Loe kakaknya, lebih tepatnya saudara kembar Ify. Right Gabriel Stevent?” Tanya Alvin santai.
Gabriel terhenyak. “Loe.. Loe tau dari mana?”
“Tadi bokap loe sama Ify dateng kesini. Sivia juga tau. Ify perang mulut sama beliau. Yah, gue emang gak tau masalahnya apa. Tapi kenapa harus ngebohongin kita semua sih Yel? Loe pikir kita ember apa?” Keluh Alvin.
“Justru itu buat ngelindungin Ify dan Deva. Gue rasa cukup elo dan Sivia aja yang tau. Jangan yang lain lagi. Ini buat kalian juga. Bokap gue lumayan nekat orangnya. Gue gak mau jelasin lebih banyak. Biar Ify yang jelasin kekalian. Tapi untuk sementara, please jangan beritahu yang lain” Pinta Gabriel.
Alvin mengangguk berusaha mengerti meski belum puas dengan jawaban yang diberikan Gabriel.

***

“Shit! Kehilangan jejak” Umpat Rio begitu mengetahui kalau mobilnya ketinggalan jejak dari laju motor Deva.
“Coba bawa cagiva gue” Ucap Rio.
“Dan elo mau ngetrack gitu sama sahabat gue?” Sinis Ray.
“Gue tanya mereka dulu ya” Ucap Ify sambil menunjuk segerombolan genk motor sepertinya yang sedang mangkal di sebuah warung.
“Sama gue Fy. Ray, Loe dimobil aja.” Ucap rio. Ray menurut.
Akhirnya Rio dan Ify turun untuk menanyakan tentang keberadaan Deva.

“Malem bang kami mau tanya” Sapa Rio.
“Widih, boleh bajunya seragam sekolah, tapi jam segini masih keluyuran. Bawa cewek lagi” Ucap salah satu dari gerombolan genk motor tadi.
Rio dan Ify saling berpandangan. Baru sadar jika mereka masih menggunakan seragam sekolahnya. Hanya atasan mereka yang menggunakan sweater milik Rio yang dibawakan oleh Ray.
“Maaf bang, kami mau tanya aja tentang orang hilang , karena buru-buru jadi kami gak sempet ganti baju” Ucap Rio berusaha menjelaskan.
“Yo, kayaknya gak usah tanya mereka deh” Bisik Ify ditelinga Rio.
“Napa neng bisik-bisik” Ucap salah satu dari mereka sambil mencolek lengan Ify.
Ify terlihat risih.
“Santai lagi sama kita-kita”
Rio langsung pasang badan dan menyembunyikan Ify dibelakangnya.
“Maaf ya bang kita Cuma mau tanya aja, apa abang liat anak SMA juga kayak kami mengendarai ninja putih lewat kesini?” Tanya Rio berusaha sopan, karena emosinya sudah naik melihat Ify yang diganggu.
“Enggak, gue gak liat. Gue liatnya cewek cantik yang sekarang dibelakang elo” Ucap salah seorang diantara mereka sambil berusaha mencolek dagu Ify. Namun usahanya digagalkan karena ditepis oleh tangan Rio secara kasar.
“Maaf, ya Bang saya Cuma mau tanya. Kalo gak tau yaudah. Terimakasih, kami pamit” Dengus Rio kesal sambil berusaha berbalik pergi sambil menggandeng tangan Ify. Tapi langkahnya tertahan karena langkah Ify yang tangannya tergenggam olehnya berhenti. Ternyata tangan Ify yang bebas telah diraih oleh salah satu dari gerombolan genk motor tersebut.
“Buru-buru banget neng, seneng-seneng dulu lah disini. Gak bosen apa sama dia terus?” Ucap pemuda dengan rambut gondrong tersebut sambil menunjuk Rio.
“Jangan sentuh dia” Ucap Rio marah sambil menarik Ify agak keras hingga membentur tubuhnya sendiri. Lalu segera merangkul Ify.
“Elo siapa tuh cewek sih? Bapaknya? Atau elo udah nyewa berapa nih cewek ampe gak rela gue sentuh...”
BUGG..
Bogem mentah Rio mendarat tepat diwajah orang yang mengatakan sesuatu yang kurang ajar terhadap Ify.
“Rio” pekik Ify lalu meraih lengan Rio.
“Gue udah bilang kan? Jangan sentuh dia. Soal dia siapa. Dia CEWEK GUE ! Loe mau apa? Berani lagi loe nyentuh dia, gue bikin loe punya kunci pintu masuk neraka” Ucap Rio berapi-api.
Namun ada salah satu teman yang tadi dipukul Rio tidak terima dengan perlakuan Rio yang memukul teman genknya. Tanpa sepengetahun Rio dan Ify orang tersebut mengambil sebuah kayu dan siap menghantamkan ke kepala Rio.
BUGG ! PRAG !
Rio dan Ify menoleh kebelakang mereka. Serangan diam-diam itu digagalkan oleh seseorang. Ray!
“Jangan maen dari belakang loe sama Abang gue” Ucap Ray yang berhasil menendang kayu yang tadi digunakan untuk memukul setelah sebelumnya berhasil menyikut punggung sang pemukul.
“Dan loe... loe.. loe..” Ucap Ray dengan muka sengaknya -__-
“Jangan ganggu abang plus calon kakak ipar gue ya. Coz, polisi lagi menuju kearah sini juga dari tadi. Jadi kalo loe semua ngeroyok kita, tau kan resikonya? Selamat malam teman baru” Ucap Ray santai sambil menyuruh Ify dan Rio berjalan terlebih dahulu kedalam mobil mereka. Lalu diikutinya.

Sesampai didalam mobil. Rio langsung menjalankan mobil karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lagi. Contohnya mereka akan dikejar ata dikuntit oleh genk motor tadi.
“Thanks Ray” Ucap Ify.
“Thanks Bro, gue rasa tadi sebuah penyelamatan nyawa” Ucap Rio.
Ray hanya cengengesan.
“By The Way, loe tau dari mana nomor polisi di Bandung?” Tanya Ify.
Tawa ray seketika meledak. “Gue tadi Cuma ngikutin adegan di tipi kak. Keren aja gitu. Lagian ini hari pertama di Bandung. Tempat wisata ja gue gatau dimana. Apalagi kantor polisi” jawab Ray polos. =,=

***

Rio mengikuti pelajaran hari ini disekolahnya dengan setengah hati, bahkan tidak niat sama sekali. Hawa kantuk tidak dapat lagi ditahannya. Sudah kesekian kali dirinya menguap karena memang tidak tidur dari semalam. Tadinya Rio ingin membolos untuk tidur seharian atau paling tidak mencari Deva lagi. Tapi perdebatannya dengan Ify subuh tadi menghasilkan kalo Rio harus masuk sekolah, karena harus mengatur berbagai macam program kerja OSIS yang sudah dideadline pembina kemarin. Mau tidak mau, demi profesionalisme pekerjaannya Rio terpaksa masuk sekolah hari itu juga.
“Hoaammm........” Kantuk Rio untuk kesekian kalinya.
“Loe semalem begadang ya Yo?” Tanya Cakka.
Rio menggeleng, setengah tidak sadar.
“Kok ngantuk?” Tanya Cakka lagi.
“Keliling kota Bandung gue” Jawab Rio sekenanya.
“Hah? Ngapain?” Tanya Cakka sambil mengguncangkan tubuh Rio.
“Ya Ampun Cakka. Konferensi Persnya besok aja ya. Gue asli ngantuk, Udah gitu siang nanti ada rapat OSIS. Jangan ganggu gue dulu deh.” Ucap Rio.
“Lah? Ntar kalo diomelin guru gimana? Mendingan sekalian loe bolos pelajaran, nanti gue bilang loe sakit” Saran Cakka.
“Iya-iya. Gue istirahat di lapangan basket indoor ya. Biar lebih tenang” Ucap Rio sambil menyeret langkahnya, karena memang sudah ngantuk hebat.
“Rio gak semangat banget Kka?” Tanya Shilla yang berbalik badan kearah Cakka.
“Begadang dia” Jawab Cakka.
“Segitu ngantuknya” Ucap Shilla.
“Rio pesen, konferensi persnya nanti kalo dia gak ngantuk lagi Shill” Ucap Cakka.
Shilla tergelak, “ada-ada aja”

***

Ray mengarahkan ninja merah miliknya kearah taman kota, tempat biasa dia dan Deva saat gowes setiap minggu pagi. Namun nihil, Deva tidak disana.
“Loe kemana sih Dev? Banyak yang khawatir sama elo saat ini” Gumam Ray sambil memutar pandangannya ke sekeliling taman kota.
Ray mencoba untuk kesekian kalinya menghubungi nomor Deva. Walaupun sedikit pesimis nomor tersebut akan aktif. Ray terlalu sibuk dengan kegiatannya dalam mengedarkan pandangan, sampai tidak sadar jika ada nada sambung dari BB miliknya.
“Halo..” Suara berat namun akrab ditelinga Ray menyapa diujung telepon.
“Deva” Seru Ray tak percaya.
“Iya” Jawab Deva singkat.
“Loe dimana Dev?” Tanya Ray.
“Bisa kita ketemu Ray?” Tanya Deva tanpa mempedulikan pertanyaan Ray.
Ray terperangah. “Bisa, Bisa banget. Dimana?” Tanya Ray semangat.
“Tempat kita biasa gowes, nanti siang tapi ya” Ucap Deva.
“Kenapa gak sekarang, gue udah disini tau” Ucap Ray.
“Gue masih ada urusan” Ucap Deva.
“Oke.. See ya” Ucap Ray.
“Too”

***

Shilla melangkah memasuki lapangan basket indoor dengan roti dan minuman kaleng ditangannya. Matanya berpendar mencari sosok tinggi, hitam manis yang telah merebut hatinya kini. Roti dan minuman kaleng ditangannya dimaksudkan untuk menawarkan sarapan. Karena Shilla yakin, dengan hawa ngantuk sebegitu hebat tadi. Membuat Rio pasti belum sarapan. Matanya menangkap sosok yang dicarinya sekarang, sedang tidur tertelungkup dengan kedua tangan sebagai bantal dan menampakkan raut wajah yang begitu lelah.
“Yo, bangun Yo” Ucap Shilla sambil menepuk-nepuk pelan pipi Rio.
Tidak menunggu waktu lama, karena Rio memang mudah terjaga langsung bangun begitu mendapati Shilla dihadapannya.
“Elo Shill? Kenapa?” tanya Rio sambil mengusap muka dan sedikit merapikan rambutnya.
“Cuma bawain elo sarapan. Loe belum sarapan kan?” Tanya Shilla.
Rio hanya mengangguk karena tiba-tiba teringat Ify yang belum makan dari semalam.
“Yah, kok bengong sih? Ini roti dan minumannya buat elo” Ucap Shilla sambil menaruh Roti dan minuman kaleng tadi diatas tangan Rio.
“Yoi, thanks ya Shill” Ucap Rio singkat.
“Sama-sama, Yo”
Dan suasana pun menghening, Hanya sesekali terdengar suara plastik tergesek dari pembungkus roti Rio.
“Balik ke kelas yuk Shill. Gue udah agak segeran nih sekarang berkat loe” Ucap Rio.
Shilla tersipu. “Sipp, santai sama gue”

***

“Udah siap cerita sama gue?” Tanya Ray.
Deva menggeleng.
Ray mendengus. “Jadi?”
“Tapi tolong loe jangan bilang siapapun tentang ini. Termasuk Kak Rio dan yang lain” Pinta Deva.
“Believe me bro” Ucap Ray sambil menepuk pundak Deva.
Akhirnya Deva menceritakan kejadian awal dia kabur dari rumah, tentang siapa Gabriel, Tentang Kecelakaan gabriel yang disebabkan olehnya, dimana Bundanya saat ini, juga Mama yang tinggal bersamanya dirumah Ify.
Mata Ray terbelalak maksimal mendengar penuturan Deva. Dirinya saat ini yakin, jika kasus sebuah sinetron bisa jadi sebuah kenyataan ditempat yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Namun Ray segera mengendalikan perasaannya.
“Gue Cuma tau Bunda dan Papa cerai karena gak cocok waktu gue kecil, tapi gue gak tau kalo penyebabnya adalah gue. Gue harus gimana?” tanya Deva.
“Loe jahat Dev” Sahut Ray.
Deva terbelalak.
“Cuma karena ini doang, loe jadi nyia-nyia semua yang sayang elo, semua yang mengkhawatirkan elo, semua orang yang membela loe saat itu dengan kabur kayak gini. Loe gak tau apa Kak ify semaleman nyariin elo sama gue dan kak Rio sampai dia diganggu genk motor di Bandung, dan kak Rio hampir kena sasaran empuk pukulan mereka?” Tanya Ray.
Deva kembali terpana. “Elo ke Bandung? Jadi loe udah tau sebelumnya tentang ini? Dan disuruh siapa elo ke Bandung?” tanya Deva bertubi-tubi.
“Iya gue ke Bandung semaleman, yang tau kayaknya gue doang. Kak Rio enggak. Dan atas suruhan siapa kita ke Bandung? Ya kak Ify. Feeling dia bilang elo di Bandung dan kita harus ke Bandung malem itu juga. Padahal Kak Iel udah bilang kalo kita berangkat pagi ini aja. Tapi kak Ify kekeuh kalo kita harus berangkat semalem karena pagi ini loe udah gak di Bandung lagi. Dan kerennya feeling dia tepat semua” Ucap Ray.
Deva makin terkejut mendengar penuturan Ray tentang kejadian semalam.
“Loe liat? Seberapa dalemnya rasa sayang kak Ify buat elo? Dan elo sia-siain semua itu dengan kabur kayak gini. Bahkan dia sampai gak mau makan semalem, dan gue yakin sampai siang ini karena gue sama sekali gak kasih kabar ke dia kalo kita mau ketemu” Ucap Ray.
Deva menunduk, perasaan bersalah mulai merayapi hatinya sekarang. Merutuki kelakuannya yang begitu bodoh.
“Saat ini mungkin kak Ify gak peduli loe adik kandung dia atau bukan. Yang paling penting adalah dia tau kalo loe adalah ADEK DIA!” Ucap Ray tegas.

***

Rio tengah menghadap Pak Duta sekarang ini untuk membicarakan masalah Turnamen Basker serta Pensi untuk ulang tahun sekolah mereka.
“Alyssa tidak masuk Yo?” tanya Pak Duta.
“Ayssa sakit Pak, untuk hari ini dia tidak masuk. Ada tugas untuk dia Pak?” Tanya Rio.
“Yasudah, Bapak titip lewat kamu saja. Begini Pak Dave tadi pesan lewat saya, berharap kamu dan Alyssa mengisi acara di Pensi nanti dengan membawakan lagu duet. Perwakilan dari ekskul basket sebagi ketua putra dan putri.” Ucap pak Duta.
“Lah kok saya Pak? Kerjaan kita berdua dibelakang panggung kan banyak Pak. Yang lain  aja, kayak Cakka sama Agni” saran Rio.
“Kan Cuma sebentar, bisa lah dihandle yang lain. Cakka dan Agni mewakili ekskul mereka sendiri. Karate.” Ucap Pak Duta.
“Yah, yaudahlah. Ada lagi Pak tentang persiapan Pensi atau turnamen?” Tanya Rio.
“Bapak rasa cukup itu dulu, silahkan kamu rundingkan bersama yang lain” Ucap pak Duta.
“Kalo gitu saya permisi Pak, selamat siang” Ucap Rio sambil menyalami punggung tangan Pak Duta.

***

Ruang Osis
“Gila deh, gue udah ngaret gara-gara dipanggil Pak Duta, yang lain lebih ngaret” Keluh Rio sambil membereskan berkas-berkas yang tadi diberi oleh Pak Duta bersama Shilla.
“Laper Yo, pulang sekolah” tanggap Shilla.
“Nah elo sendiri gak makan? Kalo ntar penyakit loe kambuh gimana?” Tanya Rio cemas.
Shilla tersipu. “Santai, istirahat kedua gue udah makan kok. Masih kenyang” Jawab Shilla. “Wah, gak ada Ify kerjaan kayaknya jadi banyak” Ucap Shilla.
“Iyalah, dia kan sekertaris sekaligus pembantu disini, makanya kerjanya cepet” Ucap Rio.
Shilla tergelak. “Sialan, itu temen gue tau. Gue aduin bisa di amuk loe sama dia” Ucap Shilla.
Rio nyengir. “Peace deh, amit-amit kalo diamuk mah. Gitu aja ngadu” Ucap Rio sambil mengacak pundak kepala Shilla. Yang mau tidak mau membuat jantung Shilla kembali bekerja diatas normal.



Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar