Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 24
Instrument dari River Flows in You memenuhi atmosfer di kamar Ify saat ini. Sang pemilik kamarlah sumber dari lantunan nada-nada tersebut. Seperti telah menyatu, gerak jemari lentik dengan lincahnya menari diantara barisan tuts hitam maupun putih meski dengan mata sang pianis yang terpejam. Gaya tenang telah menjadi ciri khasnya meski dalam keadaan seemosi apapun. Biarlah nada itu yang bicara. Biarlah nada itu yang berucap dan biarlah nada itu yang menyampaikan jika saat ini ia merasa kehilangan.
***
Deva menyenderkan tubuhnya di depan pintu luar kamar Ify. Niatnya mengetuk pintu untuk menawarkan makan diurungkannya mendengar lantunan nada yang pasti dimainkan kakak perempuan semata wayangnya. Nasi dan segala macam lauk dan sayur, tidak lupa susu yang dibawanya dengan bantuan nampan ditangannya kini hanya bagai pemeran figuran. Hingga lamunan Deva buyar karena ada bunyi bel dipintu masuk yang tidak juga dihentikan oleh bukaan si Bibi. Dengan langkah berat Deva melangkahkan kakinya kebawah.
***
“Swear deh, gak ada lagi orang yang lebih nyebelin dibanding Ray, Obiet, Lintar, Oliv, Nova sama Oik” Keluh Keke sambil membetulkan letak buah-buahan yang dibawanya.
FLASH BACK ON
“Maaf Ke, masih banyak kerabat dirumah gue. Kalo gue pergi gak enak.” Ucap Ray.
“Gue kudu temenin Kak Shilla check up hari ini Ke” Ucap Obiet.
“Yah, gue ada janji makan siang sama Kak Elang dan Kak Cakka hari ini” Ucap Lintar
“Gue mau belajar bikin kue sama Oma hari ini” Ucap Oliv dengan nada menyesal.
“Kak Ozy mau nraktir gue hari ini, kapan lagi gue ditraktir ama Calon Ipar, Maaf ya” Ucap Nova.
“Gue mau nemenin Mama belanja Ke, loe tau kan kak Agni gak bakal mau, jadi gue korbannya” Ucap Oik.
“Intinya elo kesana sendirian Ke, maaf ya. Gue ikut patungan beli buah-buahannya deh” Rayu Ray.
“Iya gue juga, salamin aja deh. Gue denger kak Ify yang sakit, jadi loe gak perlu repot malu buat ketemuan sama Deva...”
BLETAAKKK
Usapan kamus Bahasa Jerman milik Keke melayang dikepala Obiet dan memeotong ucapannya.
“Ngomok gak ngayak, siapa yang mau ketemu Deva juga, lagian kan suruhan loe kita jenguk Kak Ify” Ucap Keke manyun.
“Keke sayang udah jangan ngambek, kan itung-itung silahturahmi. Iya gak?” Tanya Nova minta persetujuaan teman-temannya. Yang lain mengangguk, Keke melengos.
“Lagian kak Ify kan temen deket Kak Sivia juga, siapa tau loe ketemu mereka disana” Ucap Oliv
Keke tersenyum sinis malas-malasan “Semoga” Ucapannya singkat.
FLASH BACK OFF
“Haduhh gue ngomong apa nih pertamanya? Ntar kalo si jengglot Bali itu udah GR duluan gimana?” Gumam Keke kedirinya sendiri.
Keke melirik parcel buah-buahan ditangannya.
“Ahh, Bodo. Kalo GR tinggal gue timpuk pake nih Parcel” Ucap Keke sambil tersenyum jahil lalu menekan Bel pintu rumah Deva.
Tak ada jawaban.
“Lama banget sih” Keke kembali menekan Bel .
Hening.
“Ini rumah ada penghuninya gak sih? Rumah bagus, tapi kok sepi bener” Keluh Keke sambil kembali menekan Bel.
Kembali tak ada jawaban.
“Iihhh” Keke jadi sebal sendiri, dan secara tak sabar menekan Bel 3 kali berturut.
“Eh kebablasan” Ucap Keke menepuk jidatnya. “Ahh, bodo, paling berakhir perang mulut” Keluh Keke pasrah.
Cklekk... Pintu terbuka. Sosok Deva yang ada dibaliknya menunjukkan ekspresi kaget.
“Jangan kayak ngeliat setan di siang hari bolong deh” Sinis Keke sambil melap peluhnya.
“Masuk Ke” Ucap Deva mempersilahkan.
Keke celangap. ‘Nih anak tumbenan?’ bathin Keke.
“Ayo masuk” Ajak Deva sambil menarik tangan Keke yang bebas.
Keke hanya pasrah mengikuti.
@Ruang Tamu.
“Duduk Ke” Ucap Deva.
‘Aduh kenapa canggung begini sih?’ Ucap Keke gelisah sambil menuruti.
“Mau minum apa?” Tanya Deva.
Keke terdiam, pusat perhatiannya malah tertuju pada nampan yang berisi sayur, nasi, dan segala lauk pauk ditambah susu yang ada diatas meja ruang tamu.
“Makanan Kak Ify” Ucap Deva, yang mengetahui pusat perhatian Keke.
Keke hanya menunduk malu, ketika tahu Deva mengawasi tingkahnya.
“Kak Ify belum makan?” Tanya Keke mengeluarkan pertanyaan bodoh ‘jelas-jelas makanan masih utuh ya pasti belum makanlah’ Bathin Keke menyesali.
“Namanya makanan masih utuh ya belomlah” Ucap Deva sambil menyandarkan badannya ke Sofa yang bersebrangan dengan tempat yang diduduki Keke.
‘Tuh Kan’ Bathin Keke Malu.
“Dari kemaren pulang pemakaman belom makan” Ucap Deva menunduk.
Keke memandang Deva.
“Keluar kamarpun enggak” Lanjut Deva lagi.
“Boleh gue coba tawarin” Tanya Keke hati-hati.
Deva menggeleng. “Biar Bibi aja nanti sekalian ngangetin makanan ini. Thanks tawarannya, ucap Deva.
Keke mengangguk dan tersenyum manis. “Boleh gue jenguk?” Tanya Keke.
“Silahkan, ayo keatas.” Ucap Deva sambil bangkit dari duduknya.
@Depan Pintu Luar Kamar Ify.
Dentingan lantunan dari Pachelbel Canon In D milik mozart tengah bergaung dari dalam kamar Ify.
“Keren” Gumam Keke.
“Dari dulu, mau Kak Ify seneng, sedih, marah, semua dia tuangkan lewat piano” Ucap Deva.
Deva membuka pintu kamar Ify yang memang tidak dikunci. Tampak Ify yang masih asyik memainkan nada-nada karya pianis legendaris Mozart tanpa merasa terganggu sedikitpun dengan suara pintu terbuka. Deva dan Keke sama-sama mengurungkan niat mereka untuk melangkah masuk.
Tanpa sadar aliran sungai kecil telah terbentuk dipipi chubby Keke. Deva menoleh kearah Keke yang sedikitpun tidak mengeluarkan suara.
“Lho, Ke. Kok nangis?” Tanya Deva kaget, sambil reflek menghapus air mata Keke dengan kedua ibu jarinya.
“Perasaan gue bilang kalo kehilangan yang saat ini dirasain bukan hanya kehilangan hari kemarin. Dia pernah merasakan kehilangan lain, nada itu benar-benar menyampaikan. Bisa bikin gue reflek nangis gini. Bahkan bikin elo gak semangat Dev. Apalagi ngeliat tingkah awal gue pas dateng kesini emang rada nyolot dengan nekan bel berkali-kali. Tapi tumben elo gak ngomel-ngomel kayak biasanya” Ucap Keke serak diakhiri dengan terkekeh pelan tnpa begitu memperhatikan Deva yang telah terpaku diam ditempatnya.
***
Gabriel tengah bersiap pulang hingga getaran BB Bold miliknya mengurungkan niatnya untuk langsung menstarter mobil.
“Tante Linda’s Calling” begitulah yang tertera di screen BB miliknya.
“Halo..”
“Halo Yel, kamu udah pulang? Ify gimana?” Tanya Tante Linda dengan nada cemas diseberang.
“Ini baru mau jalan tante, Ify sama Deva. Tante dimana?”
“Oh, tante baru landing nih”
“Mau dijemput?”
“Gak usah, tante naik taksi aja, kamu langsung pulang ya. Titip Ify sampai tante dateng”
“Sipp. Hati-hati tan”
“Oke, sama-sama ya”
Sambungan telepon terputus.
Gabriel menggelengkan kepalanya. “Pantes Ify Deva terbiasa banget manggil Mama, walau jarang dirumah Tante Linda emang baik banget dan merhatiin mereka” Ucap Gabriel yang langsung menstarter mobilnya.
***
Agni membolak-balik halaman buku cetak Biologinya. Entah mengapa pikirannya susah sekali untuk diajak kompromi untuk berkonsentrasi. Cakka Nuraga bukan Biologi ! Itu yang ada dipikirannya saat ini.
FLASH BACK ON
Agni sedang duduk dipingir lapangan menunggu murid-murid yang ekskul basket berdatangan. Pikirannya kembali melayang percakapannya dengan cakka.
“Gue bisa jelasin semuanya, saat nanti siang loe mau ikut gue” Ucap Cakka.
Taklama ada seseorang yang berlari lewat dihadapannya dengan langkah terburu-buru.
“Pak Dave, saya izin Pak. Ada keperluan, genting ! Menyangkut generasi penerus bangsa.” Ucap Cakka cepat.
Pak Dave hanya bisa melongo mendengar penjelasan Cakka.
“Aduh si bapak, saya tau saya ganteng tapi jangan terpesona gitu kali. Hati saya udah tertaut seseorang. Lagian gak enak Pak jeruk makan jeruk” Ucap Cakka asal sambil melirik kearah Agni disaat berkata ‘hati saya udah tertaut’
PLETAKK. Absen ditangan Pak Dave melayang kearah kepala Cakka.
“Kamu ini kalau bicara sembarangan banget ya, kalo ngomong jangan cepat-cepat. Salam dulu kek, apa kek jangan langsung nyosor kayak bebek” Semprot Pak Dave.
Cakka mengkeret. Agni tersenyum kecil melihat tingkah konyol Cakka.
“Bukan begitu Pak, saya buru-buru. Yah, meskipun budaya Indonesia itu jam karet. Tapi saya harus On Time Pak. Siapa lagi yang akan ngubah budaya negatif itu kalo bukan saya generasi penerus” Jelas Cakka
Pak Dave sudah geleng-geleng pasrah sama kelakuan ajaib salah satu murid binaannya ini. “Udah hush sana pergi, bisa gila saya” Usir Pak Dave.
“Salam dulu Pak. Budaya bangsa kita nih” Ucap Cakka jahil sambil langsung menempelkan punggung tangan Pak Dave ke mukanya dan lari menjauhi lapangan.
Agni sendiri sebenernya udah tidak kuat untuk menahan tawanya. Mendadak dirinya terigat apa yang dibilang Cakka.
“Gue bisa jelasin semuanya, saat nanti siang loe mau ikut gue” Ucap Cakka.
Agni membereskan peralatannya. “Pak saya juga Izin. Selamat Siang” Ucap Agni yang langsung ngabur dari lapangan menuju arah parkiran, melaksanakan Misi. Membuntuti Cakka.
***
Agni memarkirkan cagivanya sedikit menjauh dari cagiva merah milik Cakka. Agni memperhatikan setiap gerak Cakka dari mulai disekolah sampai ketempat ini. Sebelum kesini Cakka sempat membeli banyak snack entah untuk apa, dan dibawa kesini. Agni memperjelas indera penglihatannya.
“Rumah singgah?” Gumamnya setengah melamun.
“KAK CAKKAAA” Lamunan Agni buyar dengan teriakkan ramai dari arah pintu rumah singgah.
Pemandangan Cakka yang membagikan snack yang sempat dibelinya tadi memenuhi rongga penglihatan Agni. Tak ada menahan gerak otot disekitarnya. Agni tersenyum lepas.
***
FLASH BACK OFF
***
“Tetap keukeuh gak mau Yel” Ucap Mama Linda putus asa, sambil menaruh nampan berisi makan malam untuk Ify diatas meja ruang keluarga.
“Kondisi badannya gimana?” Tanya Gabriel.
“Dingin, tapi sejenis masuk angin gitu. Dingin diluar, sakitnya didalam” Ucap Mama Linda.
Suara Bel rumah Ify menggema keseluruh ruangan.
“Biar aku yang buka” Ucap Gabriel sambil melompat dari duduknya.
Mama Linda mengangguk dan menunggu.
Tak lama datanglah Gabriel beserta Rio ke ruang keluarga.
“Eh, ada temen kamu Yel? Apa pacar Ify? Ayo duduk” Ucap Mama Linda sambil menggeser duduknya untuk tempat Gabriel.
Rio salah tingkah.
“Temen Ify juga tante, tante jarang liat mungkin karena sering keluar. Dia juga kakak sepupu dari anak kecil yang meninggal kemarin” Ucap Gabriel memperkenalkan Rio.
Rio tersenyum tipis.
“Linda, mamanya Ify” Ucap mama Linda memperkenalkan diri.
“Rio. Mario Stevano tante” Ucap Rio memperkenalkan dirinya.
“Mau jenguk Ify?” Tanya Mama Linda.
“Iya tante” Jawab Rio.
“Langsung keatas Yo” Ajak Gabriel.
Rio mengangguk. “Duluan tante” pamit Rio. Mama Linda mengangguk.
***
@Depan pintu luar kamar Ify.
“Thanks banget Yo loe mau kesini” Ucap Gabriel.
“Santai Yel, ini karena gue juga. Gue masuk ya?” Tanya Rio.
Gabriel mengangguk dan membukakan pintu kamar Ify membiarkan Rio masuk kedalamnya.
@Kamar Ify.
Tergoda aku tuk berpikir.. Dia yang tercinta..
Mengapa tlah lama tak nampak.. Dirimu disini..
Jangankan ingin kutersenyum.. Tak ada gairah..
Kuingin selalu bersamamu..
Kini kuresah.. diriku lemah tanpamu..
Rio berjalan menuju balkon kamar Ify, karena memang tidak menemukan Ify dikamarnya. Tampak sosok berpiyama biru muda berdiri membelakanginya saat ini. Rio melepas jaket yang dikenakannya dan menyamparkan jaket tersebut kepundak Ify. Ify menoleh, Rio tersenyum tipis. Ify kembali mengalihkan pandangannya.
Malam begitu pekat saat ini, Harmoni malam tampak begitu menyatu dengan rembulan sabit dan taburan bintang disekelilingnya. Sesempurna dua insan yang menikmatinya sekarang. Sesempurna dua puzzle kehilangan yang disatukan.
“Seandainya..........” Ify mengeluarkan suarannya untuk pertama kali setelah dipemakaman kemarin. Rio menunggu kelanjutan kata-kata yang akan diucapkan gadis disampingnya.
“Seandainya saat itu kita gak pergi...”
“Seandainya kita gak menuruti permintaan dia...”
“Seandainya dia gak kecapean...”
“Seandainya.....”
“Sssttttt............” kata-kata Ify terputus oleh telunjuk Rio yang kini menempel dibibir kecilnya. Rio menghadapkan tubuh Ify kearahnya.
Gapai semua jemariku.. rangkul aku dalam bahagiamu..
Kuingin bersama berdua.. selamanya..
“Seandainya saat itu kita mengabulkan permintaan dia..”
“Seandainya kita keukeuh nyuruh dia tetap beristirahat..”
“Itu gak akan mengubah takdir yang ada. Bahkan itu gak akan membuat ukiran senyum diakhir hidupnya” Ucap Rio sambil memegang kedua bahu Ify. Tangan kanan Rio meraih tangan kiri Ify dan menggenggamnya erat.
“Loe kehilangan, tapi loe gak sendiri. Gue juga merasakan kehilangan yang sama. Kehilangan sosok dia dan semua tentang dia.” Ucap Rio sambil memandang wajah Ify yang menunduk.
“Satu hal, dia tetap disisi kita. Dihati gue dan dihati loe” Ucap Rio sambil menempelkan tangan Ify didadanya. Yang membuat Ify mengangkat wajahnya. “Dia tetep jadi bintang kecil yang bersinar paling terang diantara kita” Ucap Rio sambil memandang kearah langit.
Rio mengusap wajah ify lembut. Wajah manis, yang menyimpan sarat kesedihan, kehilangan dan kelelahan. “Menangislah, kalo emang itu membuat loe lega akan semua. Jangan ditahan demi dia. Dia jauh lebih gak suka ngelihat loe kayak gini, Keluarin semuanya malam ini. Asal loe mau mengganti hari esok dengan senyuman” Ucap Rio lembut, lalu menarik Ify dalam dekapannya. Mendekapnya erat, seakan takut kehilangan untuk kedua kalinya.
Perlahan tangan Ify mulai membalas dekapannya. Dan secara perlahan juga kaus hijau gelap milik Rio membasah. “Kita mulai dari awal untuk lembaran awal. Kita bisa saling mendukung dengan kehilangan yang sama. Gue harap loe tetap jadi titik tumpu gue hari ini besok dan seterusnya” Bisik Rio lirih dikepala Ify.
Dekapan Ify pada tubuh Rio mulai mengendur. Rio agak sedikit memiringkan badannya untuk melihat Ify. ‘Tidur’ Bathin Rio tersenyum kecil. Rio mengatur posisi tubuhnya agar bisa menggendong Ify ketempat tidurnya.
Dibaringkannya tubuh Ify diatas ranjang berpola Lilo & Stich, dan menyelimutinya. Rio mengusap kepala Ify lembut. Diedarkan pandangannya kesekeliling kamar Ify, bingkai Foto berjejer di sekeliling kamarnya. Ada foto Ify sendiri, bersama d’V-Mile, foto Rio dan d’CavrionZ, Foto Ify bertiga dengan dirinya dan Bian juga terpajang khusus diatas grand piano putih dikamar Ify.
Rio tersenyum kecil melihat pemandangan disekelilingnya. “Gue kangen Ify yang ada di foto-foto itu, gue harap besok balik lagi kembali jadi Ify gue yang dulu” Doa Rio sambil mengusap kening Ify dan bergegas untuk pulang kerumahnya.
***
Jika kubuka mata ini kuingin slalu ada dirimu..
Dalam kelemahan hati ini.. bersamamu.. aku tegarr...
“Ify.. Alyssa..” Panggil seseorang membangunkan Ify dari tidurnya.
“Erhhh, masih ngantukkk” Tolak Ify.
“Gimana gue yang lebih pagi dari elo, dengan tidur yang kebih malem dari elo” Ucap Orang itu sambil menarik selimut Ify.
“Gue ngantuk Riooo” Ucap Ify yang memang hafal dengan suara Rio tapi menyebutkannya tanpa sadar.
“Ntar tidur lagi, ayo mandi dulu. Loe harus makannn” Bujuk Rio.
“Ngantuk Ri.... eh..” Ify langsung bangun dari tidurnya. Tampak Rio yang telah memakai seragam Cagvairs.
“Apa?” Tanya Rio.
“Kok loe disini?” Tanya Ify balik.
“Bangunin elo nona Alyssa cantikkkk” Ucap Rio geram.
“Heh? Elo semalem tidur sini?” Tanya Ify kaget.
“Iya, santai lagi” Ucap Rio sambil tersenyum jahil.
“Iih Rio loe ngapain lagi” Ucap Ify heboh sambil memukul-mukul Rio dengan bonekanya.
“Idih Ipyyy, gue bercanda, Haduh gak ganteng lagi gue” Ucap Rio meratapi nasib karena diagresi oleh Ify.
“Rese loe gak ilang sih” Cibir Ify.
“Iya-iya, yaudah sana mandi. Bau loe, gue tunggu dibawah.” Ucap Rio sambil melangkahkan kakinya keluar kamar.
***
@Ruang makan
“Kamu mau sarapa apa Yo? Biar Tante siapin.” Tawar Mama Linda.
“Roti aja kali Tan” Jawab Rio.
“Sipp, sama susu ya?” Tanya Mama Linda lagi.
“Boleh” Jawab Rio.
“Dikasih pelet apaan si Ify mau kena rayuan elo?” Tanya Gabriel.
“Wett primitif amat loe Yel, ga maen gue sama kayak gituan.” Ucap Rio “Bukannya terimakasih juga” Cibir Rio.
“Kan loe bilang gara-gara elo” Ucap Gabriel santai.
“Oh iya, hehehe” cengir Rio.
“Pagi Ma, Pagi kakak gue yang ganteng-ganteng tapi lebih ganteng gue” Sapa Deva yang langsung duduk disamping Gabriel.
“Yang ganteng beneran mah kalem” Ucap Rio santai sambil menerima roti pemberian Mamanya Ify.
“Gak banget” keluh Gabriel.
Namun hatiku jadi rindu..
Ingat kelakuan nakalmu..
Kini semua terasa lucu..
Aku rindu kamu..
Senandung Ify sambil turun dari tangga atas, sudah siap dengan seragam Cagvairsnya. Rambutnya dibiarkan tergerai seperti biasa dengan bando orange diatasnya. Sesampai dibawah Ify lagsung mencium pipi kiri Mamanya dengan semangat.
“Gue nggak Fy?” Tanya Rio sambil menaik turunkan alisnya.
“Ama sepatu gue mau?” Tanya Ify balik
Rio nyengir.
“Thanks Fy” Ucap Rio saat Ify duduk telah duduk disampingnya sambil langsung memakan rotinya.
“Hah? Buat apaan?” Tanya Ify bingung.
“Loe kangen gue kan, tadi nyanyi lagu itu pagi-pagi” Ucap Rio PD tingkat kelurahan.
Mendadak Ify keselek.
“Uhuk... Uhuk...”
“Aduh Ify pelan-pelan dong...” Ucap Mama Linda sambil memberikan segelas air putih.
“Haduh, mendadak kenyang gue walau dua hari belum makan denger kata-kata loe” Keluh Ify.
“Judul lagunya, kata-katamu mengalihkan laparku-__-v” Ucap Deva.
Yang lain tertawa mendengar kata-kata Deva.
“Udah ah, berangkat. Ntar telat. Ify sambung sarapan disekolah aja Ma. Rio yang nraktir” Ucap Ify seenaknya.
“Dihhh, mau banget ya gue traktir” Goda Rio.
Muka Ify bersemu merah, karena kehabisan kata-kata.
“Iya-iya ketakutan amat. Sekali-kali gue amal kaum dhuafa” Ucap Rio santai sambil merangkul Ify.
Dukkkk
Ify menyikut rusuk depan Rio.
“Sakit Pyyy” Keluh Rio sambil melepas rangkulannya.
“Mau lagi?” Tanya Ify sok manis.
“Boleh deh, kan kalo rusak. Elo penggantinya sebagai tulang rusuk gue” Ucap Rio jahil.
Ify ngakak.
“Njirr, si Rio pagi-pagi gombalannya.” Ucap Gabriel.
“Udah deh, ntar pada gak jadi berangkatttt” Ucap Deva.
Akhirnya satu persatu mereka berpamitan kepada Mama Linda dan berangkat menuju sekolah kebanggan mereka SMA Cagvairs.
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar