Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 18

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 18



Langit masih gelap menandakan semburat kemalasan sang mentari untuk menyinari waktu ini. Ya, waktu memang masih menunjukkan pukul 05.00. Tapi sepertinya salah satu penghuni dari kamar berdinding peach ini sudah memulai aktivitasnya. Hanya ada seorang anak kecil yang masih tertidur berselimutkan selimut bernuansa jerapah serta seorang lelaki yang sepertinya masih enggan untuk membuka matanya. Tapi, sebentar lelaki itu menggeliat, memaksakan matanya untuk terbuka. Benar saja, tak lama dari kegiatannya barusan laki-laki itu membuka matanya dan sedikit menguap sambil merenggangkan otot-ototnya agar siap kembali beraktivitas.

Setelah kembali dari kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi, laki-laki itu mulai menghampiri sosok anak kecil laki-laki yang masih tertidur pulas. Dibelai lembut rambut hitam tebal milik anak itu sebelum akhirnya memutuskan untuk turun ke dapur untuk mengisi perutnya yang agak keroncongan.

Sesampai didapur, laki-laki itu mendapati seorang gadis manis yang asyik beraktivitas bersama sebuah ceret ditangannya serta sebuah piring nasi goreng yang sudah siap menggugah selera siapapun yang melihatnya.

“Sibuk Fy?” Tegur laki-laki itu –Rio-
“Eh, elo Yo. Udah bangun. Udah ga begitulah.” Jawab Ify singkat sambil mengaduk-aduk segelas susu putih dihadapannya.
“Oh, loe bangun jam berapa?” Tanya Rio agak suprised karena sudah banyak yang disiapkan Ify.
“Jam 04.30 kayaknya. Mau?” Jawab Ify –lagi- sambil menyodorkan segelas susu putih yang tadi diaduknya kehadapan Rio.
Rio menerimanya, “Thanks” ucapnya singkat sambil berlalu kearah meja makan yang kemudian disusul Ify dengan sepiring nasi goreng ditangan kanannya. Tatapan Rio mengarah pada nasi goreng ditang Ify.
“Ga usah ngeliatin kayak gitu deh. Ini buat nyokap loe yang sekarang lagi siap-siap mau kerja. Elo dan yang lain makan roti dulu. Kan mau lari pagi. Lumayan buat ganjel perut dan ga bikin kekenyangan” Jelas Ify panjang lebar mengerti tatapan Rio.
“Pagi Fy, Pagi Yo” Sapa Mama Manda.
“Pagi Maaa” Jawab RiFy kompak.
“Waw... nasi goreng. Kebetulan Mama kangen banget nasi goreng buatan kamu Fy.” Ucap Mama Manda.
Ify nyengir. Lalu mengambil selembar roti dihadapannya dan mengoleskan selai coklat dan strawberry sebelah-sebelahh diatas roti itu. Lalu menyodorkannya kehadapan Rio.
Rio mengerutkan kening.
“Buat loe, dari pada loe ngeliatin nasi goreng dengan tatapan nafsu gitu” Ledek Ify.
Rio menoyor Ify “Sembarangan, maksud gue tau dari mana loe kesukaan gue kalo naro selai sebelah-sebelah gitu” Ucap Rio sambil menerima roti tersebut.
Ify memutar bola matanya “Feeling” Ucap Ify tertawa.
Rio mengernyitkan dahinya. Bingung.
“Ngga lah, Inget ga sih loe waktu itu pas lagi turnamen basket pas kita SMP, waktu loe sama gue ngga sarapan tapi loe bawa bekal roti yang dikasih selai sebelah-sebelah itu dan membaginya ke gue juga?” Jelas Ify.
Rio nyengir “Loe inget gitu?”
“Woyadoonggg, Alyssa.” Ucap Ify tertawa bangga.
Sang Mama yang memperhatikan keduanya hanya dapat menggelengkan kepala sambil menikmati nasi goreng buatan Ify.
“Udah Ah, semua. Ify keatas dulu ya. Bangunin Bian. Kita jadi lari pagi kan?” Ucap Ify sambil melirik ke Rio. Yang dilirik hanya mengangguk sambil sibuk menghabiskan rotinya.

Sepeninggal Ify.

“Dia istimewa ya Yo?” Ucap Mama Manda yang sudah menghabiskan nasi gorengnya.
Rio menoleh lalu mengangguk kecil “Lebih dari istimewa menurut aku” Aku Rio.
“Kenapa?” Tanya sang Mama.
“Dia bisa membuat orang-orang disekitarnya nyaman sama dia, merasa special dengan caranya sendiri, Ga perlu menjadi orang lain. She’s simple ordinary girl” Jawab Rio.
“Bukan karena kamu menyukainya?” Tanya sang Mama telak.
Rio tersedak, karena bertepatan sedang meminum susu yang dibuat Ify.
“Mama apaan sih? Kita sahabatan tau Ma” Elak Rio, karena sesungguhnya ia masih bingung dengan perasaannya, dan menolak jika ingin merusak persahabatan mereka nantinya hanya karena ada asmara diantara mereka.
Mama Manda bangkit dari tempat duduknya mengusap lembut puncak kepala Rio. “Mama kenal kamu, pikirkan semua hal. Jaga Ray, Mama berangkat dulu” Ucap sang Mama pamit.
Rio mengangguk dan ikut berdiri mengekori Mamanya untuk mengantarkan sampai pintu.

Sepeninggal Mama Rio.

“Nyokap loe selalu pergi jam segini ya Yo?” Tanya Ify tiba-tiba.
“Astaga Ify. Kaget asli gue.” Ucap Rio sambil mengelus dadanya.
“Segitunya” Cibir Ify.
“Lagian loe ada-ada aja. Loe ngagetin gue, kalo misalanya kadar kegantengan gue luntur gara-gara kaget tadi gimana?” Ucap Rio sambil melangkah kedalam ruangan. Ify mengekori.
“Dasar Pupbayyyy” Celetuk Ray dan Deva kompak sambil mengoleskan selai diatas roti masing-masing.
“Sial banget loe berdua. Loe juga Ray? Udah bangun tumbenan” Tanya Rio.
“Nih leak Bali berisik bangunin gue” Jawab Ray.
“Gojek (?) Gondrong Jelek. Siapa yang kemaren minta-minta dibangunin pagi buat Jogging?” Kilah Deva.
Ray nyengir. “Ahh, aku padamu Devaaaa” Rajuk Ray manja -___-
Deva bergidik “Oh Tuhan mimpi apa semalem?”
“Semalem kan kita tidur bareng” Ucap Ray santai.
“Anjrit, jiwa maho loe ngebayar banget Ray” Celetuk Ify. Ray manyun.
“Lah loe berdua juga kan semalem?” Ucap Deva sambil melirik Rio dan Ify.
“Apa?” Tanya Rio galak.
“Tidur berdua” Lanjut Ray.
Rio dan Ify kompak melotot kearah Deva seakan berkata –SEMBARANGAN-.
“Hayooo ngapain loe berdua?” Selidik Deva memojokkan.
“Loe normal kan kak? Gak maho?” Tanya Ray watados.
Rio menoyor Ray dan Deva “Gue normal kampret, pikiran loe berdua itu minta dibayar” ucapnya.
Ray dan Deva nyengir.
“Pagi kak Rio, kak Ify, Kak Ray, Kak Deva” Sapa Bian.
“Pagi Biann” Jawab yang lain.
“Dia ikut kak??” Tanya Ray.
“Emang siapa yang mau jagain dirumah?” Tanya Rio balik.
“Tapi kan... Ah, yaudah gue dirumah jagain Bian” Ucap Ray mengalah.
“Santai Ray ga akan kenapa-napa kok” Ucap Rio meyakinkan.
“Tapi yakin gapapa kak?” Kali ini Deva yang bertanya.
“Yap. Gak akan pernah kenapa-napa” Ucap Rio meyakinkan.
“Kalian kenapa sih? Bian sehat kok. Eh, kok tadi aku ditinggal sendiri dikamar” Ucap Bian manyun.
“Maaf ya Bian, tadi kak Ify duluan buat bikinin susu Bian. Nih” Ucap Ify sambil menyodorkan segelas susu utih yang memang sengaja dibuat untuk Bian. Bian menerimannya.
“Kalo kak Rio tadi nyusul Kak Ify buat temenin Tante Manda makan” Jawab Rio memberi alasan.
“Ihh, Kak Rio ama Kak Ify kompak banget sih kayak Mama Papa” Ucap Bian polos yang membuat RiFy tercengang dan membuat Ray dan Deva hampir ngakak, sampai akhirnya RiFy menyadari ada yang sedang menahan tawa akibat ucapan Bian langsung saja melemparkan tatapan membunuh untuk Ray dan Deva seakan mengatakan –loe-berdua-ketawa-akan-gue-penggal!!- yang dibalas dengan acungan jari telunjuk dan tengah bersamaan.
“Tapi Mama-Papa Bian, kompak buat bikin sarapan pagi terus berangkat pagi-pagi untuk ninggalin aku sendirian.” Lanjut perkataan Bian. Seperti diperintah Rio, Ray, Ify dan Deva mulai diam dan serius. Bersamaan mereka mensejajarkan tinggi mereka setara Bian.
“Bian ga boleh sedih, karena disini Kak Ify dan Kak Rio tetep ada untuk main sama Bian” Ucap Ify.
“Dan akan temanin Bian main kemanapun Bian mau. Dan buat Bian ga kesepian” Lanjut Rio.
“Dan ada Kak Ray yang akan ajarin Bian main PS dan game house milik kakak” Lanjut Ray.
“Serta banyak kakak lainnya yang akan ajarin Bian banyak hal dan temenin Bian. Biar Bian ga kesepian.” Lanjut Deva.
“Bian sayang kalian” Hanya itu kata-kata yang terlontar dari bibir manis anak laki-laki manis berpipi chubby sambil merentangkan tangannya lebar-lebar agar bisa memeluk kakak-kakaknya.
“We heart you” Ucap Rio, Ray, Ify dan Deva bersamaan.
Yah biarlah waktu berhenti sejenak, setidaknya dapat memperlambat senssasi bahagia untuk dapat terus seperti ini tanpa harus ada yang mengusik sekalipun takdir berkata lain.

***

Waktu baru saja berlalu satu saat Rio bangun pagi, Jam 06.00. Rio, Ify, Ray, Deva, dan Bian siap berolahraga pagi bersama teman-temannya yang lain. Sambil menunggu teman-temannya, Rio meminta Bian untuk mengambilkan Bola Basket miliknya diruang tamu.
“Woy Rio my Bro. Udah pada siap nih. Tumben Ray loe udah bangun. Biasanya ngaret” Sapa Alvin yang datang bersamaan dengan Cakka.
“Orang leak Bali bangunin gue terus” Ucap Ray santai.
“Berisik loe” Ucap Deva galak.
Ray nyengir.
“Loe nginep atau dateng pagi-pagi kesini Dev?” Tanya Cakka.
“Ngineplah, ama Kak Ify juga” Jawab Deva.
“Jangan bahas yang tadi deh” Sela Rio.
Deva dan Ray nyengir.
“Hah kenapa sih?” Tanya Alvin.
“Ga, gapapa” Celetuk Ify.
“Apa sih? Penasaran gue?” Ucap Cakka.
“Bukan apa-apa” kali ini Rio yang menjawab.
“Tuhkan, rahasia-rahasiaan. Okeh, cukup tau” Ucap Alvin.
“Loe gue end” Lanjut Cakka.
“Apa banget loe berdua kak?” Deva bergidik.
Cakka dan Alvin nyengir.
“Sorry telat” Ucap Shilla, Sivia, Agni berbarengan. Dibarengi dengan kemunculan pasangan Ocha, dan Gabriel.
“Iya gapapa”
“Berangkat sekarang?” Tanya Ify.
“Bentar, katanya keke mau ikut” Ucap Sivia.
“Eh, iya Obiet juga” Kata Deva
“Oke, 5 menit tunggu mereka” Ucap Rio.
“Sipp pak ketos” Koor yang lain.
Tidak sampai 5 menit, Obiet dan Lintar serta Keke, Oliv, Oik, dan Nova datang berbarengan.
“Astaga, kita mau lari pagi? Apa tawuran?” Tanya Rio. Yang lain nyengir.
“Kak Rio ini bolanya” Ucap Bian sambil keluar dari rumah.
“Makasih, lama banget ambilnya?” Tanya Rio.
“Aku maenin dulu” jawab Bian polos.                                                       
“Yah, kamu jangan maenin dalam rumah, kalo mau nanti kelapangan kakak ajarin” Nasehat Rio.
“Kayak loe ga aja kak” Ledek Ray. Rio nyengir.
“Anak dari mana Yo?” Tanya Sivia. Kalo Cakka dan Alvin mah udah tau.
“Dari Kak Ify” Celetuk Deva sembarang. Yang langsung dihadiahi toyoran dari yang lain.
“Berangkat woy! Lanjut dijalan aja. Keburu panas” Koor Cakka sambil berlari lebih dahulu disusul yang lain.
Akhirnya, dengan posisi berlari dari barisan pertama (?) Cakka, Alvin, Gabriel diikuti Obiet, Deva, Ray, dan Lintar, dibelakang mereka ada Shilla, Sivia, dan Agni lalu Keke, Oliv, Oik dan Nova diikuti Acha dan Ozy yang asyik lari sambil berpacaran tentunya. Dan yang terakhir adalah Rio, Bian dan Ify yang berlari santai mengikuti langkah kecil Bian. *kebayang ga sih ramenya -__-*
Semua asyik menikmati suasana pagi ini yang memang sangat cerah dan cocok dimanfaatkan untuk berlari pagi. Tapi ada satu gadis yang tidak begitu menikmati suasana lari pagi kali ini. Konsentrasinya sudah terbagi antara berlari sambil mengobrol bersama Sivia dan Agni serta sambil sesekali melihat kebelakang, melihat pemandangn yang cukup menyesakkan baginya/ Bagaimana Cara Ify dan Rio berlari sambil bercanda dengan Bian. Benar-benar mengisyaratkan tak ingin diganggu. Entah dapat dorongan dari mana Shilla memutuskan untuk berpura-pura sedikit berjongkok sambil melepas tali sepatunya. Mengisyaratkan diri sebenarnya sepatunya terlepas.Sivia dan Agni tetap berlanjut berlari. Hingga Akhirnya Rio dan Ify dengan Bian juga tentunya melewati Shilla.
“Lanjut Shill” Komando Rio sambil tetap melanjutkan larinya.
“Rio, tungguin gue dong” Panggil Shilla yang entah mendapat kalimat dari mana.Akhirnya Rio, Ify dan Bian menghentikan larinya.
“Duluan Fy, langsung ke lapangan” Perintah Rio yang akhirnya membuat Ify dan Bian melanjutkan larinya. Dan Rio memutuskan berbalik kearah Shilla.
Sepeninggal Rio, Gabriel menghampiri Ify dan Bian memutuskan untuk berlari bersama.
“Rio balik lagi ke Shilla Fy?” Tanya Gabriel tanpa bisa menyembunyikan nada gusar dipertanyaannya serta dengan arah kepala masih sesekali menengok kebelakang.
“Nadanya santai bisa kak?” Goda Ify.
“Apaan sih loe Fy?” Sela Gabriel sambil meninju pelan pundak Ify. Ify nyengir.
“Kakak pacarnya Kak Ify?” Tanya Bian polos.
“Bukan sayang, aku temennya kak Ify” Jawab Gabriel.
“Oh, iya aku lupa. Kak Ify pacar Kak Rio” Ucap Bian seenaknya.
Gabriel melotot. “Loe jadian ama Rio Fy?” Tanya Gabriel kaget dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil. Kompak semua yang berlari berhenti.
“Serius Fy?” Tanya yang lain.
Ify gelagapan, antara salah tingkah, dan malu akan menjawab apa. Masa bilang itu Cuma sandiwara permintaan Bian? Sedangkan disitu ada Bian. Hey, Bian bukanlah seorang anak kecil yang mudah dibohongi. Raut wajah Ify memerah. Rambutnya menjadi sasaran. Frustasi.
“Ify muka loe merah” Ledek Sivia.
Tampang Ify mungkin sudah bener-bener hopeless kali ini. Deva yang mengerti kakaknya sudah mati kutu hanya bisa menahan tawa. Ify yang menyadari kelakuan Deva hanya mendelik kesal.
“Dev loe kan...” Ucapan Ify terputus dengan kata-kata Deva.
“Gue ga tau apa-apa kak” Ucap Deva sambil ngibrit.
“Ray..” Panggil Ify.
Ray nyengir “Gue ga pinter cerita kak” Jawab Ray yang langsung berlari menghampiri Deva.

“Kak Ify ama kak Rio semalem juga tidur bareng kan nemenin aku” Ucap Bian Polos. Ingat ! POLOS !
Yang lain hanya dapat celangap dan penasaran akan kelajutan cerita/
‘Mati gue!’ Bathin Ify.

Liat Yoshill dulu.. Yuk Mari...

“Udah Shill?” tanya Rio sambil berjongkok menyamakan diri dengan Shilla,
Shilla mengangguk. Rio bangkit duluan dan mengulurkan tangannya kearah Shilla. Shilla menerima dengan menunduk. Mukanya memerah saat ini.
“Lanjut lagi yuk” Ajak Rio sambil berlari.
“Yuk” Jawab Shilla.
“Eh itu kenapa pada berhenti sih” Tanya Rio menunjuk kejauhan melihat teman-temannya berhenti.
Mata Shilla menyipit “Iya ga tau deh, ada yang jatoh kali” Jawab Shilla asal, tapi ukup membuat Rio was-was. Bagaimana kalo yang jatuh itu Bian?
“Shill, larinya cepetan yuk” Ajak Rio sambil mempercepat larinya.
Belum juga Shilla menjawab Rio sudah berlari jauh mendahuluinya. Dengan terpaksa  Shilla mengikuti langkah Rio.
Dan ketika sampai dikerumunan teman-temannya.

“Kak Ify ama kak Rio semalem juga tidur bareng kan nemenin aku” Ucap Bian Polos. Ingat ! POLOS !
Yang lain hanya dapat celangap dan penasaran akan kelajutan cerita/
‘Mati gue!’ Bathin Ify.
Semua diam. Shilla merasakan matanya memanas. Hingga akhirnya menunduk untuk menyembunyikan emosinya.
Semua kompak mendelikan matanya kearah Rio dan Ify.
Rio mengusapkan tangannya kebagian tengkuk. Kehabisan kata-kata sekarang. “Gue jelasin dilapangan aja deh” Ucapnya. Sambil menarik Bian dan diikuti yang lain.
Sesampai dilapangan sudah ada Ray dan Deva yang menggelepar (??).
“Ray, Dev, Ajak Bian main basket dulu nih” Titah Rio sambil melemparkan bola basket miliknya.
“Cape kak” Alasan Deva sambil menangkap Bola Rio.
“Gue kan ga bisa” Ucap Ray.
“Pantesan loe kecil Ray” Cibir Oliv.
“Eh minyak -__- jangan bawel loe ya” Ucap Ray nyolot.
“Loe berdua ga dapet jatah makan siang” Ancam Ify yang sudah mengerti rencana Rio yaitu menjauhkan Bian dan Ray Deva yang kadang mulutnya kelewat polos.
Ray dan Deva berpandangan.
“Yaudah deh, daripada ga makan” Ucap Deva terpaksa.
“Oke, lumayan buat ninggiin badan” Ucap Ray -_-
“Ayo Bian” Ajak Deva yang disambut antusias oleh Bian.
Setelah Ray, Deva dan Bian ketengah lapangan untuk memainkan si kulit bundar. Perhatian kembali terfokus kearah Rio dan Ify.
“Hey jangan liatin gue seakan gue itu terdakwa” Ucap Rio yang risih melihat tatapan temannya.
Sedangkan Ify memilih diam, memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan.
“Intinya, semalem loe ngapain aja sama Ify?” Tanya Gabriel dengan nada tidak suka.
“Santai kali Yel, gue sama SAHABAT loe ga ngapa-ngapain kita pure jagain Bian” Ucap Rio menekankan huruf yang dicaps. Salah paham disangkanya Gabriel cemburu.
“Loe yakin kan ga berbuat. Loe masih SMA chuy” Kali ini Cakka menasihati.
“Cakka, asli pertanyaan loe pengen banget gue bayar” Ucap Ify.
“Lagian kok bisa sih tidur berdua?” Tanya Alvin.
“Itu permintaan Bian Vin” Jawab Ify.
“Lagian gue ga tidur berdua woy, Cuma sekamar. Ify ditempat tidur sama Bian, gue di sofa” Jelas Rio yang membuat mereka menghela nafas lega.
“Trus apa yang dimaksud loe berdua pacaran?” Tanya Agni, yang mampu membuat Shilla mendongakkan kepalanya.
Rio melengos. “Loe yang jelasin Fy” Ucap Rio yang benar-benar malas.
“Semua original permintaan Bian. Dia mau Gue ama Rio terlihat pacaran dan terus main sama dia” Jelas Ify.
“Terus kenapa loe ga langsung jelasin tadi?” Tanya Sivia.
“Bian itu tipe anak pinter yang ga akan mudah dibohongin”Ucap Ify.
“Ntar dulu, sebenernya siapa sih Bian sampai loe berdua bisa ngelakuin hal gila itu?” Tanya Shilla agak ketus setelah berhasil mengendalikan suaranya. Rio menatap Shilla tajam. Pertanyaan Shilla dengan nada itu hampir membuat emosi Rio naik. Ify yang menyadarinya langsung gelagapan sendiri. Dan akhirnya memutuskan menarik Rio ketengah lapangan untuk menenangan diri. Tapi tindakan itu malahn membuat teman-teman Ify bingung.
“Loe ngapain sih narik-narik gue?” Ucap Rio sambil melepaskan tangan Ify kasar.
“Sadar ga sih loe? Loe pasti akan bisa berbuat diluar kendali kayak Alvin ke Via kalo gue ga narik loe kesini” Ucap Ify.
“So? Salah gue? Dia aja ga ngotak dangan cara bertanyanya” Ucap Rio ketus.
“Seharusnya loe bisa mikir. Shilla belum tau semuanya” Ucap Ify.
“Terus aja belain temen loe” Ucap Rio.
“Fine ! gue ga mau memperpanjang ! Kita bicara nanti setelah ini. Gue ga mau masalah maskin ruwet. Terserah loe kemana sekarang. Tapi Bian tetep sama gue” Ucap Ify tegas sambil berjalan kepinggir lapangan sambil sesekali mengatur nafasnya yang kelewat emosi.
“Kenapa Fy? Loe berantem?” Tanya Gabriel.
Ify hanya menggeleng. Lalu menarik nafas.
“Bian itu sepupunya Rio. Dia mempunyai penyakit Jantung koroner akut” Ucap Ify pelan tapi mempu membius para pendengarnya. “Dari dulu, dia deket banget sama Rio. Makanya, buat Rio Bian sangat berharga. Apapun permintaannya pasti dipenuhi. Termasuk hal gila tadi menurut kalian” Jelas Ify. Yang lain terdiam.
“Jadi jangan pernah tanya lagi siapa Bian buat Rio. Karena ga akan ada orang yang ngerti bagaimana Rio sangat menyayangi Bian” Ucap Ify sambil melangkah ketengah lapangan dan memainkan bola basket bersama Bian, Ray dan Deva seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
‘Hebat sekali anak itu. Bisa main basket lagi kayak ga pernah terjadi apa-apa’ Bathin Alvin melihat gerak tingkah laku Ify.
‘Bener kata Ify, Rasa menyayangi bukan hanya melalui ucapan. Tapi langsung dari sikap yang ditunjukkan’ Bathin Gabriel.
‘Andai gue bisa lebih dulu merebut perhatian Bian’ Bathin Shilla perih.
‘Inilah yang dari dulu ga bisa gue mengerti sebagai sahabt loe Fy, loe terlalu tenang’ Bathin Sivia.
‘Bahkan disaat kritis Ify bisa berpikir jernih. Kenapa gue ga bisa ngelakuin hal itu ke Cakka’ Bathin Agni galau.
‘Bener kata loe kak, Loe memang ga begitu pandai menyembunyikan emosi seperti alam yang tenang. Bahka pancaran mata loe kadang ga bisa menyembunyikan itu’ Bathin Obiet. Yang lain masih terdiam.
Kadang sebuah rasa sayang tidaki harus dikatakan langsung keorang-orang yang kita sayangi. Cukup sebuah gerakan tersirat tapi mampu mengatakan bahwa kita menyayangi cukup dengan cara kita sendiri.

Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar