Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 32
***
Ify memasuki ruangan Gabriel dengan mata setengah terpejam, karena sesungguhnya dia mengantuk tingkat dewa karena tidak tidur semalaman memikirkan masalahnya beberapa waktu dekat ini. Dalam ruangan Gabriel, tidak dijumpainya Gabriel diatas tempat tidurnya. Ify mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Peralatan Gabriel seperti pakaian dan makanan kecilpun sudah tidak ada lagi ditempatnya. Ify langsung membelalakan matanya maksimal, dan melangkah cepat untuk mulai meneliti setiap sudut ruangan.
“Yel, elo dimana?” Panggil Ify sambil mencari-cari peralatan Gabriel. Berharap masih ada dan Cuma dirapikan. Kosong.
“Yel” Panggil Ify sambil mengetuk pintu kamar mandi.
“Gabriel” Panggil Ify sekali lagi sambil meneliti laci-laci.
Mendadak Ify teringat ucapan Papanya yang berkeinginan membawa Gabriel pergi lagi. “Astaga Gabriel!!” Gumam Ify sambil setengah mengacak rambutnya dan menyenderkan punggungnya kedinding. Tanpa berfikir panjang lagi Ify langsung berlari keluar untuk kepusat Informasi.
“Woy Fy, santai dong” Ucap seseorang yang bertumpu dengan tongkatnya. Menahan Ify yang sudah mau berlari keluar.
Ify menyeka rambutnya kebelakang. “Ck, bikin panik loe” Ucap Ify suntuk sambil mendorong bahu Gabriel pelan.
Gabriel nyengir. “Loe kenapa sih Fy? BBM busy, Telepon gak aktif, kemarin juga gak nongol. Ucap Gabriel sambil melangkah kedalam kamar dengan langkah terpincang dan menyeret tongkat.
Mata Ify justru terfokus pada kaki Gabriel.
“Heh, gak sopan ditanya malah diem” Ujar Gabriel sensi.
Ify mendelik kesal, rasa kantuknya hilang seketika. “Kaki begitu aja masih bisa songong loe, gue sengkat juga jatoh” Ucap Ify sambil menghampiri Gabriel dan berpura-pura ingin menyengkatnya.
“Sembarangan loe Fy” Ucap Gabriel berusaha menghindar. “Kenapa gue songong? Gue kan abang loe. Loe juga songong lagi, gue lagi begini malah niat banget nyelakain” Ucap Gabriel kesal.
“Loe lagi PMS ya Yel? Sensi banget.” Tanya Ify.
Gabriel menghela nafas. “Sorry.. Sorry. Efek tadi ketemu Papa. Rasanya gak bisa gitu kalo gak emosi” Ucap Gabriel sambil mendudukan dirinya disofa ruangan.
Ify mengikuti Gabriel dan duduk disisinya. “Dia ngomong apa?” Tanya Ify, nadanya dibuat sesantai mungkin.
“Seperti yang dia bilang sama loe kemaren?” Jawab Gabriel.
“Kok loe masih disini?” Tanya Ify heran.
“Loe mau gue pergi ya?” Tanya Gabriel balik.
Ify tertawa kosong. “Barang-barang loe kemana?” Tanya Ify tanpa menggubris pertanyaan Gabriel.
“Udah dipacking. Gue kesini mau ngambil cash an yang ketinggalan plus nengok. Siapa tau loe dan yang lain kesini. Eh ternyata bener” Jawab Gabriel.
“Yang lain sibuk latihan, pertandingan 3 minggu lagi” Ucap Ify.
“Kayaknya gue bisa turun” Sahut Gabriel.
“Ngarep banget dibolehin” Ucap Ify merendahkan lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam tasnya.
Gabriel mendengus. “Itu apasih Fy? Gue liat ada beberapa dikamar loe” Tanya Gabriel menunjuk botol kecil ditangan Ify.
“Ini?” Tanya Ify memastikan, dan melanjutkan menjawab ketika dilihatnya Gabriel mengangguk. “Vitamin biasa. Taukan gue maag dari kecil. Bunda suka ngasih ini waktu beliau masih hidup. Buat ngurangin perut melilit. Tapi semenjak Bunda gak ada, Gue jadi beli sendiri. Mama Linda gak tau sih. Abis rasanya enak Yel. Jeruk, asem manis gimana gitu” Ucap Ify polos.
Gabriel menoyor Ify. “Oneng banget loe, anak kecil banget deh” Ucap Gabriel heran. “Lagian Maag tuh ya makan. Liat tuh badan elo cungkring begitu. Laper, perut sakit bukannya makan malah minum vitamin”
Ify menoyor Gabriel balik. “Songong loe, badan loe sama badan gue gak beda jauh. Ngaca kek” Ucap Ify kesal.
Gabriel nyengir.
“Lagian ya, belum tentu gue adek loe, ada kemungkinan besar gue kakak elo. Walau elo yang lahir duluan. Kan gue diatas elo, kemungkinan gue nendang elo biar keluar duluan. Biasa, kakak ngalah ama adek” Persepsi Ify.
“Tetep aja, intinya. Umur gue di dunia ini 10 menit lebih tua dibanding loe” Sahut Gabriel ngeyel.
“Cih, tua sih bangga” Dumel Ify.
***
Rio memarkirkan cagiva putih miliknya disebelah cagiva Alvin yang datang ber-papasan diparkiran bersama Sivia. Rio melepas helm full facenya bermaksud menyapa Alvin dan Sivia, tapi justru pandangan jatuh pada dua sosok yang ada tidak jauh dibelakang Alvia.
Ify membantu Gabriel turun dari Mobil yang dikemudinya. Karena mobil Gabriel yang dipakainya dan termasuk mobil yang tinggi. Gabriel turun dengan bantuan Ify dengan posisi setengah memeluknya.
“Thanks Fy” Ucap Gabriel yang sudah mulai beradaptasi dengan tongkatnya.
“Sini gue bawain tas loe, kayaknya loe terlalu ribet karena tongkat itu” Tawar Ify.
Gabriel menggedikan bahunya. “No Prob sist. Gue bisa kok” Ucap Gabriel sambil membetulkan letak ranselnya.
“Ayo jalan” Ajak Ify sambil mengait lengan Gabriel.
Gabriel hanya menurut.
“Biasa dong liatnya” Tegur Alvin menyadarkan lamunan Rio setelah sebelumnya mengikuti pandangan Rio.
Rio mendengus kesal. “Rese loe”
“Mau diliat ampe kapan juga tetap gitu mukanya” Sahut Sivia.
“Yaiyalah, emang mau berubah bentuk kayak gimana” Ucap Rio.
“Gimana yaaaa, udah ah, kekelas yuk.” Ajak Alvin sambil menggandeng Sivia. “Bareng mereka” Lanjutnya sambil mempercepat langkah. Rio hanya mengikuti.
***
“Kok jadi pendiem sih loe sampe sekolah?” Tanya Gabriel.
“Masih pagi, emang gue harus gimana?” Tanya Ify balik malas-malasan.
“Ngoceh kek, apa kek, biasanya juga gak mandang waktu. Aneh tau jalan begini sepi” Komentar Gabriel.
“Loe nari tiang sana biar rame” Sahut Ify seadanya. “Eh salah, tari tongkat” Ledek Ify sambil melirik tongkat yang membantu Gabriel berjalan.
“Kalo gak inget loe adek gue, udah gue getok pake ini tongkat tau” Dengus Gabriel kesal.
Tawa Ify meledak. “Gak inget yang kita bahas kemaren. Gue belum tentu adek loe” Ucap Ify sambil menjulurkan lidahnya.
Gabriel manyun. “Pasti lah, liat tuh loe pendek gitu, gue tinggi” Ucap Gabriel tak mau kalah.
“Faktor gen bro, wajar dong cowok lebih tinggi dari cewek” Ucap Ify ngeles.
“Dasar cewek gak mau kalah” Ucap Gabriel Bete.
Ify nyengir.
“Pagi brooo” Sapa Alvin sambil menepuk pundak Gabriel.
Sejenak langkah Gabriel dan Ify terhenti. Gabriel nyengir. “Pagi juga” Sapa Gabriel pada Alvin, Rio dan Sivia.
Rio dan Sivia tersenyum. Melihat Rio –orang yang tidak ingin ditemuinya saat ini- Ify langsung bermaksud melangkah pergi.
“Yel, kayaknya gue harus ke Pak Duta dulu, gue janji ngasih tugas loe pagi ini” Ucap Ify.
“Yaudah gue ikut” Ucap Gabriel.
“Gak usah, gue males jalan lelet kayak tadi” Tolak Ify.
“Kan gue yang punya tugas”
“Kan bisa gue bilang gue wakilin loe jalan” Argumen Ify.
“Tuh kann…”
“Jangan bilang gue cewek gak mau ngalah, gue sengkat kaki loe ya” Ancam Ify galak. “Udah sih, dibantuin gak mau” Ucap Ify.
“Loe kenapa sih, sensi banget” Ucap Gabriel.
“Gue anter ya Fy” Tawar Rio.
“Gak usah, ada Sivia” Tolak Ify halus sambil menarik tangan Sivia dan melangkah pergi.
“Lagi PMS kali yah tuh anak” dumel Gabriel setelah Ify dan Sivia pergi.
“Kemaren gimana di rumah?” Tanya Alvin.
“Biasa aja, ya emang jadi lebih diem sih. Ampe rumah langsung masuk kamar, gue tengok ternyata langsung tidur. Biasanyakan makan malem dulu, nonton tv atau main game ama gue sama Deva baru tidur” Jawab Gabriel.
“Mungkin cape kali Yel, dari kemaren kan emang kita sibuk di OSIS, di Varaway juga sama ngurus loe bolak balik rumah sakit. Belum lagi waktu itu kerjanya double ngerjain tugas loe yang bareng Sivia.” Ucap Alvin menenangkan, meski sudah mengetahui yang sebenarnya. Jika Ify tengah berusaha menghindari Rio.
“Kayaknya dia menghindar dari gue deh” Celetuk Rio.
Alvin menaikkan sebelah alisnya berpura-pura heran. “ngomong apa sih loe? Mungkin dia laper kali, kan kata Iel semalem dia langsung masuk kamar gak makan.” Ucap Alvin.
“Tapi gak Cuma hari ini, kemaren, kemaren lusa, saat tiba-tiba Sivia kayak marah banget tiba-tiba sama gue. Saat Sivia juga menghindar dari loe, sampai kalian baikkan lagi. Semuaa…”
“Soal itu gue gak tau apapun” Potong Gabriel.
“Gue rasa elo bias jelasin Vin” Pinta Rio.
Alvin mengangkat tangannya. “Gue ataupun Sivia gak ada sangkut pautnya. Kemaren dia marah sama gue Cuma karena salah paham biasa. Tapi gue rasa wajar, namanya hubungan” Jawab Alvin berbohong.
Rio menggedikkan bahunya. “Lupain, ke kelas yuk” Ajak Rio langsung.
Alvin dan Gabriel menurut.
***
Sudah hampir dua minggu Ify mendiamkan Rio. Selama itu juga Rio berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan Ify menghindarinya. Sedangkan Gabriel yang memang sudah tau dari cerita Sivia dan Alvin sama sekali tidak berbuat apapun. Hanya ikut membantu Ify mencari alasan jika Ify sedang ingin menghindar. Retak tulang pada pangkal pinggang sampai kaki Gabriel juga mulai menunjukkan kemajuan pesat berkat terapi intensif setiap harinya. Tongkat menyangga berjalan tidak lagi digunakan, namun untuk melakukan aktivitas berat masih tetap dibantu teman-teman disekelilingnya.
Hubungan Ify dan Sivia bersama d’V-mile lain pun sama sekali tidak berjalan membaik. Justru sebaliknya, semakin menjauh dan renggang. Dampaknya justru kepada d’CaGvrionz yang justru mulai terpisah. Alvin dan Gabriel, lalu Rio dan Cakka. Mungkin efek beda kelas atau karena memang pada dasarnya keadaan Cakka yang notabene pacar Agni membuatnya berada bersama kekasihnya dan Rio yang sekelas dengan Cakka dan Shilla, membuatnya berada disekitar Shilla dkk.
Ify mendribel bola basketnya santai dipinggir lapangan. Sambil mengobrol dengan Sivia yang tengah duduk-duduk.
“Ampe kapan sih mau begini?” Tanya Sivia.
Ify menghentikan dribbelnya. Menatap Sivia dan menghembuskan nafasnya perlahan. Memutar bola matanya. “Gatau” lirihnya pelan.
“Kayaknya mereka udah buat Bazzist baru, The Days Ever gue denger” Ucap Sivia sambil melirik kearah Shilla dkk yang sudah bergabung bersama Dea dkk.
Ify mengikuti pandangan Sivia. “The Days Ever? Cocok buat mereka” Ucap Ify sambil tersenyum.
Sivia mendelik kesal. “Apa sih?” Keluhnya.
Ify nyengir. “Cocok dong, mereka bertujuh. Shilla, Agni, Acha, Dea, Angel, Zahra, sama Zeze. Kayak hari dalam seminggu” Ucap Ify santai menjelaskan.
“Apa??!” Protes Sivia yang kini sudah ikut berdiri. Hatinya begitu membantah apa yang dijelaskan Ify barusan.
Ify menepuk pundak Sivia. “Kenapa harus marah? Kenapa harus protes sih Vi? Mereka dapet temen baru. Kita harus turut seneng” Ucap Ify membesarkan hati Sivia.
“Tapi Vi? Mereka? D’V-Mile? Ahhhh!!” Amuk Sivia.
“Hey.. Vi. D’V-Mile bukan akte pembelian rumah yang bener-bener terikat. D’V-mile tetep ada. Gak pernah ada kata BUBAR diantara kita berlima” Ucap Ify tegas.
“Gak tau ahh” dengus Sivia kesal tanpa melihat ke Ify lagi.
Ify menghela nafas berat. Dia mengerti sifat Sivia. Sifat tenang dan santainya akan berubah 180 derajat jika sudah menyangkut masalah teman-temannya. Bukan. Bukannya dia tidak kesal jika d’V-Mile sudh lagi tidak ada, tapi bukankah kebahagiaan teman yang utama? Bukannya kenyamanan dalam persahabatan itu yang lebih penting dibanding ego sendiri?
Ify memandang Rio yang mendribble bola tidak jauh dari kelompok baru Shilla –The days Ever-. Rasa bersalah karena menghukum Rio yang tidak mengerti apapun mulai menyergapnya.
‘Gak, gak boleh. Biarin, semua bakal lebih baik kayak gini’ Bathin ify.
Ify mengalihkan paksa pandangannyaa dari Rio. Pandangan justru jatuh kepada kepada Shilla, yang berdiri diam tidak seperti teman-temannya yang lain yang asyik tertawa. Ify menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya. Ditangkap pandangannya tubuh Shilla agak limbung, setelah meyakinkan penglihatannya. Ify langsung berteriak.
“SHILAAAA!!!” Tepat diakhir, tubuh Shilla melemas.
Semua pandangan langsung mengarah pada pinggir lapangan –tepatnya- tempat anak Cheers berlatih. Begitupun dengan Rio yang berdiri tidak jauh dari Shilla, langsung reflek membuang bola basketnya dan menangkap tubuh Shilla sebelum membentur aspal lapangan.
Melihat itu, bukan hanya Ify, Sivia juga langsung bangkit dan berlari menyusul Ify –yang sudah lari terlebih dahulu- menghampiri kerumunan Shilla.
“Yo, bawa Shilla kerumah sakit aja pake mobil gue” Ucap Ify cepat, setengah panik.
Bukannya bergegas, Rio justru malah terpana. Karena barusan adalah suara Ify yang benar-benar ditujukan kepada dirinya untuk pertama kali setelah diam-diaman selama beberapa minggu.
“Yo cepet!!” Ucap Sivia membuyarkan lamunan Rio.
“Eh” Rio tersadar. Rio mengangkat tubuh Shilla, bermaksud membawanya kemobil Ify.
“Eh Yo” Ucap Angel sambil menahan tangan Rio.
“Apasih Ngel” Keluh Rio.
“Pake mobil gue aja, kebetulan gue bawa kuncinya” Ucap Angel.
Rio melemparkan pandangan kearah Ify meminta pilihan. Ify mengangguk. “Sana cepet. Kita ketemu disana’ Ucap ify pelan. Rio mengangguk dan langsung membawa tubuh Shilla yang pingsan diikuti The Days Ever lainnya.
“Ayo Fy, nyusul mereka” Pinta Gabriel menepuk bahu Ify, sirat wajah cemas tidak dapat disembunyikannya.
Ify mengernyitkan kening heran melihat sikap Gabriel. Tapi ditepiskan segala pikiran yang menggangu pikirannya. Ify memutar bola matanya. “Loe duluan ke mobil, ntar gue nyusul. Vi, elo sama Alvin kan? Duluan aja, Dev, Ikut gue sebentar” Ucap Ify cepat, yang lain hanya mengangguk mendengar perintah Ify.
***
Ify menutup pintu mobilnya dan langsung berputar untuk kembali membantu Gabriel turun dari mobil. Namun sudah didahului Alvin.
“Thanks bro” ucap Gabriel.
Alvin hanya menggedikan bahunya sambil tersenyum.
“Loe berdua gak masuk?” Tanya Ify pada Alvin dan Sivia yang memang sudah sampai lapangan parkit Rumah Sakit lebih dulu.
“Nunggu loe berdualah. Lagian elo tadi ngapain sih Fy?” Tanya Sivia.
“Tadi ngambil tas gue, Gabriel, Elo, Alvin dan Rio dulu di Ruangan dengan bantuan Deva dan Ray. Sekarang mereka juga lagi kesini kok, naik Cagiva Rio tapi ganti baju dulu katanya” Ucap Ify.
“Kok yang lain gak? Btw, lo megang kunci Cagiva Rio?” Tanya Alvin.
“Gak deh, takut jadi masalah. Soal kunci, Rio kan emang punya kebiasaan naro kunci di sweater dari dulu. Jadi gue pikir sekalian bawain biar ada transportasi dia sendiri” jawab Ify.
“Gue gak kepikiran” Ucap Sivia enteng.
“Sama” Sahut Gabriel.
“Ayo kedalem” Ajak Alvin
Yang lain menurut.
***
Ify dan Gabriel berjalan cepat menuju Ruang Gawat Darurat untuk mengetahui keadaan Shilla. Namun disisi lain terlihat Obiet dan Mamanya yang juga berjalan cepat mengikuti seorang pria setengah baya berjas putih yang juga berjalan tergesa didepannya.
“Obiet, Shilla gimana?” Tanya Ify langsung sambil menahan lengan Obiet.
“Belum tau kak, ini dokter mau ngomong sama kita. Gue kedalem dulu ya” Jelas Obiet cepat.
Ify mengangguk dan melepas kaitannya.
“Jadi kita kemana?” Tanya Alvin.
“Gue rasa kita disini dulu. Toh kalo dokter udah keluar ada kemungkinan Shilla pindah ruangan” Jelas Gabriel.
Yang lain hanya mengangguk setuju.
***
.......
“Tidak ada pilihan lain bu, donor ginjal benar-benar dibutuhkan segera. Ginjal kanan milik pasien sudah tidak lagi berfungsi, sedangkan yang kiri tidak benar-benar efektif dalam menopang seluruh kerja organ pencernaan dalam tubuh pasien” Jelas sang Dokter.
Mama Shilla menunduk pasrah. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya karena teredam tangisan yang begitu sesak.
“Apa ada ginjal yang cocok disini?” Tanya Obiet sambil berusaha menenangkan Mamanya.
Sang Dokter menggedikan bahunya. “Untuk donor organ, tentunya tidak ada persediaan. Jarang ada orang yang memberi dengan sukarela. Kalaupun ada, yang pasti kita membeli. Dan harganya jauh dari jangkauan, bahkan mungkin berpuluh kali lipat dengan harga operasi pendonorannya.” Jelas Sang Dokter lagi.
Obiet terbelalak tak percaya. “Ada solusi lain?”
Dokter mengangguk. “Coba dari anggota keluarga, biasanya ada yang cocok. Jadi, tinggal biaya operasinya”
“Anda bisa mengambil ginjal saya” Tegas Obiet.
Mama Shilla terbelalak. “Jangan nekat kamu Biet, mengambil ginjal kamu sama saja membunuh mama” Bentak Mama Shilla sambil menangis.
“Ma, gak ada pilihan lain. Kak Shilla butuh ginjal secepatnya...”
“Bisa pakai ginjal Mama” Potong sang Mama.
“Dan Mama akan buat aku menyesal karena ngorbanin Mama lagi untuk nolong Kak Shilla? Sementara aku gak bisa berbuat apa-apa?” Ucap Obiet.
“Tenang bu, tenang nak. Kita bisa test lab dulu, karena keluarga pun belum tentu bisa menolong dan cocok hasilnya” Ucap sang Dokter.
Obiet menghadap kearah Mamanya. “Izinin aku ikut test lab itu juga, semoga jadi lebih banyak kesempatan buat nolong kak Shilla” Pinta Obiet.
Sang Mama hanya dapat mengangguk pasrah.
***
Obiet keluar ruangan dokter sambil membimbing Mamanya. Tak dapat disembunyikan wajah-wajah sendu yang tersirat dari keduanya.
“Tante, Obiet. Jadi Shilla kenapa? Kalian lama banget didalem, Shilla gapapakan?” Tanya Ify beruntun panik.
Obiet membantu Mamanya duduk disamping Sivia sebelum menjawab pertanyaan Ify. “Ini udah cepet kak, tadi kita sempet nunggu test lab dulu didalem” Jawab Obiet.
“Terus Shilla gimana?” Kali ini Gabriel yang bertanya.
“Buruk kak, Kak Shilla butuh donor ginjal secepatnya tapi hasil lab mengatakan kecocokan ginjal aku sama kak Shilla Cuma 25% dan Mama Cuma 40%. Kita gak memenuhi standard kecocokan pendonoran yaitu 55%” Jelas Obiet sedih.
Yang lain terdiam.
“Masalah pembelian organ?” Tanya Sivia hati-hati.
“Hidup keluarga tante emang terlihat serba cukup Vi, tapi kalo membeli organ dari penghasilan tante yang jualan kue gimana? Minta Papa Shilla gak mungkin.” Jelas Mama Shilla sedih.
“Kenapa gak mungkin tante? Kan menyangkut anaknya juga.” Tanya Sivia.
“Udah 5 bulan uang dari beliau benar-benar pas-pasan. Bahkan uang lebih yang biasanya ada untuk Shilla dan Obiet gak dikasih. Kontak-kontakan pun udah 2 bulan ini nggak” Jelas Mama Shilla.
“Apa? Tante bisa nuntut dong?” Ucap Ify.
“Nuntut apa Fy? Papa Shilla kan juga udah memenuhi kewajiban dia” Jawab Mama Shilla.
“Tapii...”
“Emang menurut hukum itu dibenarkan Fy, gak bisa nuntut selain itu karena mungkin gak ada diperjanjian” Jelas Alvin.
Ify menghentakkan kakinya kesal. “Oke, lupain masalah biaya. Yang kita pikirin sekarang adalah donor ginjal” Ucap Ify.
“Gimana kalo bilang Papa Shilla? Obiet 25% Tante 40% siapa tau Papanya Shilla lebih cocok” Usul Alvin.
“Tinggal bareng kita, dan ngasih uang lebih ke gue aja gak mau kak, apalagi nyumbang organnya” Ucap Obiet sarkatis.
“Tapi ini menyangkut nyawa anaknya Biet” Ucap Alvin.
Obiet menggeleng. “Cari usul lain kak”
Yang lain sibuk berpikir. Sedangkan Ify sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri. Entah mengapa saat seperti ini malah terlintas wajah Rio dibenaknya. Saat bertatapan, kata-kataan bahkan sampai kejadian Rio yang menjaga Ify ketika sakit hingga terjadi sesuatu yang terjadi diluar batas persahabatan mereka.
Tak sadar, Ify menyentuh bibir kecilnya. Mengingat kejadian malam itu, dan beralih ketika Malam seusai pemakaman Bian. Ify langsung menggelengkan kepalanya. ‘Bukan saatnya mikirin itu’ Bathinnya
“Gue suka sama Rio” Aku Shilla.
“Sejak LDKS tahun ini” Jawab Shilla.
“Gue gak mungkin menghancurkan persahabatan gue sama Ify karena ini. Loe tau Ify baik banget, banyak yang udah dia perbuat sama gue terutama adik gue Obiet” Ucap Shilla.
Ify tersentak, kata-kata Shilla tentang Rio menyentak pikirannya. Menutup semua kenangan tentang Rio yang sedari tadi berputar dibenaknya.
“Kalo saya ikut test lab boleh tante?” Celetuk seseorang memecah keheningan.
Semua menoleh ke sumber suara. Gabriel.
“Loe pikir gue bakal ngijinin? Sekitar pinggang loe bekas jahitan juga belum nyatu, mau dibongkar lagi” Ucap Ify.
“Sehari bisa gak sih gak ngerendahin gue Fy” Tegas Gabriel.
Mata Ify memicing, kaget dengan reaksi Gabriel.
“Umm.. Ehh Sorry Fy, gue gak maksud. Umm, gue rasa gue udah baikan. Really” Ucap Gabriel cepat.
Ify berusaha tidak peduli. “Gue juga ikut”
“Maksudnya?” Tanya Sivia langsung.
“Gue juga akan ngedonorin satu ginjal gue buat Shilla seandainya cocok” Jelas Ify.
“Fy.. Elo...”
“Kenapa Vin?” Ucap Ify memotong ucapan Alvin. “Dulu elo ngelarang gue ngedonor jantung, karena jantung gue Cuma satu. Tapi sekarang? Ginjal gue ada 2 Vin. Gue ngedonor untuk sahabat gue, yang juga bagian dari hidup. Apa salah?” Jelas Ify.
“Tapi Fy?”
“Gak ada api Via sayang. Dan Elo yel, gue gak setuju” Ucap Ify.
“Elo juga gak gue setujuin Fy, elo adek gue dan gue punya hak ngelarang elo” Ucap Gabriel tegas.
“Apa? Kalian kakak adek?” Ucap Obiet kaget.
Gabriel menepuk jidatnya. “kelepasan” umpatnya.
“Gak usah diperpanjang. Lain kali gue jelasin, tante , Obiet tolong jangan kasih tau yang lain ya, apalagi Shilla. Alasannya nanti dijabarin kok” Pinta Ify.
Mama Shilla dan Obiet hanya bisa mengangguk setuju walau dengan muka heran.
“Oke. Kita test lab dulu aja. Siapa yang tingkat kecocokannya paling tinggi, boleh mendonor tanpa dilarang yang lain. Deal?” Tanya Ify sambil mengulurkan tangannya.
“Deal” Ucap Gabriel.
“Kalo gitu gue ikut. Shilla temen gue juga kan” Ucap Alvin.
“Gue juga” Ucap Sivia.
Yang lain mengangguk.
Tangis Mama Shilla pecah saat itu juga. “Tante bangga, tante terharu, walau nanti test labnya gak cocok pun tante gak masalah. Tante senang, Shilla dikarunia teman-teman berhati malaikat seperti kalian” Ucap Mama Shilla.
“Tante Shilla tuh teman kita juga, bagian dari hidup kita. Gak mungkin saat kayak gini kita diem aja” Ucap Ify.
“Shilla itu hidup Tante Fy, liat dia kayak gini aja membunuh tante secara perlahan juga” Jelas Mama Shilla.
Ify menghapus air mata Mama Shilla. “Udah jangan nangis lagi, berdoa untuk Shilla dan kita semua” Ucap Ify.
Mama Shilla mengangguk.
“Ayok, kita test lab segera” Ajak Gabriel.
Ify, Alvin dan Sivia mengangguk setuju dan mengikuti jalan Gabriel yang menuju ruang Dokter.
***
“GUE BISA BANTU SHILLA!!!” Seru Ify.
“Ssttttttttttttt” seketika bisikan protes meredam teriakkan Ify. Ify menunduk malu.
Mata Gabriel terbelalak maksimal menunjukkan protes.
“No Comment My Bro, hasil test lab kecocokan gue 63%. Dan kita udah buat perjanjian diawal kalo yang paling cocok boleh mendonor tanpa larangan” Ucap Ify.
“Shit!!” Umpat Gabriel.
“Emang loe Yel?” Tanya Alvin.
“Cuma 37%” Jawab Gabriel ketus.
“Gue Cuma 13%. Jauh kan?” Sahut Alvin.
“Vin, Yel, Fy. Diantara kalian semua, gue yang paling cocok. Gue 80%. Jauh diatas kalian kan?” Ucap Sivia yang sedari tadi diam saja sambil menunjukkan kertas hasil test labnya kearah Ify, Gabriel dan Alvin yang menatap tak percaya.
“.......................................”
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar