Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 14

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 14


Ketika tengah menikmati hidangan yang dimasak Ify. Ada derap langkah tergesa-gesa menuju arah dapur. Sontak Ify, Ray dan Deva menghentikan makan mereka.
“RAYY.. RIOOO” Panggil seseorang yang suaranya sudah familiar ditelinga Ray.
“Aduhh, mamah. Masuk salam kek, ketok kek. Bikin panik aja, Ray pikir siapa” Keluh Ray.
“Aduh maaf deh Ray. Mama Panik denger kakak kamu sakit. Kan ngga biasanya” Ucap Mama Ray dan Rio.
‘Huh, giliran kak Rio aja selalu panik. Coba gue. Ampe jebot Kak Rio telepon mama ngabarin gue sakit pulangnya baru minggu depan’ Bathin Ray.
Sadar perubahan raut wajah Ray. Ify menyenggol Deva untuk menghampiri sahabatnya.
“Sekarang Kak Rio mana Ray?” Tanya Mama dengan lembut.
“Kak Rio lagi istirahat. Baru makan sama minum Obat” Jawab Ray.
“Loe kamu ngurusin semuanya?” Tanya Mama Ray.
“Iya Tante, Ray yang ngurusin Rio. Bantu buat makanan dan ngambilin Obatnya” Samber Ify. Ray menatap Ify bingung, yang ditatap hanya mengedipkan sebelah matanya.
“Wah, Ray hebat deh ngga manja lagi. Bisa ngurus kakaknya kalo lagi sakit. Anak mama hebat” Puji Mama Ray. Ray hanya tersenyum dipaksa. “Kamu temen Rio ya?” Tanya Mama Ray beralih ke Ify.
“Iya tante, kebetulan aku yang nganter Rio pulang. Eh sekalian bantuin Ray ngurus Rio dan jemput Deva adek aku” Jawab Ify.
“Hebat banget deh Rio pilih temen secantik kamu. Makasih banyak ya bantuannya. Oh ya nama kamu siapa?” Tanya Mama Ray-Rio
“Ify tante. Sama-sama Rio kan temen Ify juga” Jawab Ify.
“Yakin nih temen? Gak lebih?” Goda Mama Ray-Rio.
Ify tersenyum. “Yakin”
“Kamu temen cewek pertama loe yang diajak kesini. Emang sih dulu Rio suka ngomongin kamu. Katanya kamu bawel, cerewet, rese. Tapi saya ngga nyangka kamu secantik ini. Makasih ya udah ngerubah Rio” Puji Mama Ray-Rio.
“Hahaha., sama-sama Tante” Ucap Ify tertawa renyah.
“Jangan panggil tante, panggil aja Mama. Kebetulan tante ngga punya anak cewe. Kamu sering-sering main kesini ya” Ajak Mama Rio-Ray.
“Iya tan—maksud Ify. Iya Mah. Pasti” Ucap Ify.
“Lagi pada makan apa nih?”
“Makan nasi goreng seafood buatan kak Ify Ma” Jawab Ray.
“Wah kayaknya enak nih”
“Mama mau? Aku ambilin. Kebetulan masih ada. Aku angetin bentar ya?” Tawar Ify.
“Boleh deh, makasih Fy maaf ngerepotin kamu” Kata Mama Ray-Rio/
Ify hanya tersenyum kecil.

***

“Enak ngga Ma?” Tanya Ify yang menemani Mama Rio memakan masakannya. Sedangkan Ray dan Deva sedang kembali kerutinitas semula. Bermain PS.
“Enak banget Fy. Kamu pinter masak ya sayang. Tapi—“ Mama Rio agak menggantung kalimatnya.
“Kenapa Ma? Kurang Asin ya? Kemanisan? Kepedesan? Kurang Pedes? Kebanyakan bawang? Kurang apa Ma?” Cerocos Ify.
Mama Rio tertawa renyah “Aduh Ify, bener kata Rio ya? Kamu bawel banget. Tapi seneng deh kalo ada kamu. Tante berasa punya anak cewe. Jadi ada yang nemenin. Ngga sepi” Ucap Mama Rio.
“Terus kenapa dong Ma?” Tanya Ify.
“Masakan kamu enak banget Fy. Seperti masakan seseorang. Dan Mama merasa dejavu saat makan makanan ini apalagi dengan adanya kamu didepan Mama” Ucap Mama Rio. “Mama merasa ditemani orang itu” lanjutnya.
“Hayooo, jangan-jangan pacar pertama Mama yaaa” Goda Ify iseng.
“Idih dasar ABG taunya pacar doang. Lagian Papanya Rio itu pacar pertama Mama, dan sekarang jadi yang terakhir” Jawab Mama Rio. “Lagian Papa Rio ngga bisa masak seenak kamu” lanjutnya.
“Uhh, so sweet” Ucap Ify.
Akhirnya Mama Rio menghabiskan Nasi Goreng seafood buatan Ify dengan lahapnya. Ify tersenyum senang. Ketika Mama Rio selesai makan Ify langsung merapikan seluruh ruang makan dan dapur yang tadi dibuat masak. Dan diam-diam menimbulkan kekaguman tersendiri untuk Mama Rio. ‘Mirip Gin, Mirip Kamu, Apa dia anak kamu?’ Bathin Mama Manda, Mamanya Rio dan Ray.

***

Selesai makan Mama Manda dan Ify memilih mengistirahatkan diri mereka diruang keluarga.
“Fy, kamu bener-bener mirip seseorang yang berarti dalam kehidupan Mama dulu” Kata Mama Manda.
“Oh ya? Siapa Ma?” Tanya Ify.
“Temen Mama” Jawab Mama Manda sambil menatap lurus dengan pandangan menerawang.
“Ma, tadi waktu lewat kamar Rio. Aku lihat Grand Piano Putih. Itu punya siapa?” Tanya Ify.
“Itu punya Mama sayang. Kenapa kamu mau maenin?” Tanya Mama Rio
Ify mengangguk semangat dengan mata yang berbinar-binar.
“Ayo keatas” Ajak Mama Manda.

@Ruang Piano

Ify mengusap pelan penutup Piano tersebut dengan sapu tangannya. Mengusap tuts hitam putihnya secara perlahan lalu seperti melakukan pemanasan dengan lagu moonlight milik beethoven. Mama Manda terkesiap.
‘Saat membuka piano tersebut, usapannya. Cara dia memulai memainkan lagu dengan lagu moonlight. Sama’ Bathin Mama Manda memandang Ify.
“Mama mau nyanyi?” Tawar Ify. Entah kenapa seperti dengan Mama Manda dia merasa begitu dekat.
Mama Manda Mengangguk.
“Lagu apa?”
“Terserah kamu” Jawab Mama Manda.
Ify memutar bola matanya. “Ini aja, semoga mama suka” Kata Ify sambil memulai intro dari lagu yang akan dinyanyikan.
Mendengar Nada-nada yang mengalun dari tuts yang dimainkan Ify. Mama Manda yang duduk disebelahnya hanya dapat membulatkan matanya.
‘Begitu sama’ Bathinnya lagi.


I'm scared
So afraid to show I care
Will he think me weak
If I tremble when I speak
Oooh - what if
There's another one he's thinking of
Maybe he's in love
I'd feel like a fool
Life can be so cruel
I don't know what to do

I've been there
With my heart out in my hand
But what you must understand
You can't let the chance
To love him pass you by

Should I

Tell him
Tell him that the sun and moon
Rise in his eyes
Reach out to him
And whisper
Tender words so soft and sweet
Hold him close to feel his heart beat
Love will be the gift you give yourself

Touch him
With the gentleness you feel inside
Your love can't be denied
The truth will set you free
You'll have what's mean to be
All in time you'll see

I love him
Of that much I can be sure
I don't think I could endure
If I let him walk away
When I have so much to say

I'll

Love is light that surely glows
In the hearts of those who know
It's a steady flame that grows
Feed the fire with all the passion you can show
Tonight love will assume its place
This memory time cannot erase
Blind faith will lead love where it has to go

Never let him go

Prokk... Prokkk...Prokkk...
Applause dari Deva, Ray dan  Rio menyambut akhir alunan Tell Him – Celine yang sempurna dan begitu menyentuh.
“Mantap Kak, Seperti biasa, selalu menjadi terbaik” Puji Deva.
“Keren banget, ga nyangka Kak Ify yang bawelnya kayak Mama bisa punya suara bagus gitu” Ucap Ray berbinar.
“Always good Job Girl” Ucap Rio sambil tersenyum manis menghampiri kedua wanita yang tengah duduk didepan grand piano putih.
“Mama suaranya bagus” Puji Ify sambil menghadap Mama Manda yang tertunduk. “Lho, mama kenapa” Tanya Ify.
“Nyokap gue Fy, kok dipanggil Mama?” Tanya Rio yang baru bangun dari istirahatnya.
“Nyokap lo yang minta” Jawab Ify singkat. Rio mengangguk kecil. “Ma, mama kenapa? Permainan Ify jelek ya? Atau lagunya Mama ga suka?” Tanya Ify bertubi-tubi.
Karena tidak ada jawaban juga, akhirnya Rio turut memanggil Mamanya.
“Ma, Mama kenapa? Sakit?” Tanya Rio lembut sambil mengusap lembut wajah Ibunya.
“..............”

Flash Back On.

“Gin, Aku mesti gimana nih? Aku liat Zeth jalan sama Revina kemarin. Ya Tuhan” Ucap Manda panik sambil mondar-manidr dikamar Gina, sahabatnya.
“Saran aku lebih baik kamu ungkapin aja yang kamu rasa sama dia” Saran Gina. Sambil memainkan tuts hitam putih yang tersentuh jari lentiknya.
“Ya Tuhan, Gina sayang. Aku kan cewe, masa ungkapin duluan?” Jawab Manda pesimistis.
“So? Manda, sekarang kamu pilih. Maju meski malu, atau tetap menunggu hingga akhirnya menangis tersedu-sedu” Balas Gina.
“Tapi.............” Omongan Manda terputus dengan alunan nada intro Tell Him dari Celine Dion yang dimainkan Gina.
Manda menyerap setiap bait dan lirik yang dinyanyikan  oleh Gina sahabatnya, sahabat yang selalu menyemangatinya, sahabat yang selalu ada untuknya. Entah mengapa desiran keoptimisan mulai menyuluri hati kecilnya untuk mengungkapkan perasaannya pada sosok lelaki yang telah lama dibenaknya. Hey, Manda. Kini sahabatmu tengah menyemangatimu dengan caranya. Mungkinkah kamu membuatnya kecewa hanya karena kegengsian dan rasa angkuhmu sebagai seorang wanita?
Gina mengakhiri lantunan musiknya dengan senyuman optimisme yang diarahkan pada Manda sang sahabat. Manda membalas senyuman tersebut, mulai merangkul sahabatnya dan bebisik lembut. “You are my best friend, I will Tell Him, now. Thanks”

Flash Back Off

“Mama..” Kali ini bukan hanya RiFy yang memanggil Mama Manda sambil mengusap lembut pipi yang terbentuk sebuah aliran sungai kecil. Rio mengusap pipi sebelah kanan, dan Ify sebelah Kiri *: )*
“Mama” Panggil Ray.
“Ahh iya sayang, kenapa?” Tanya Mama Manda gelagapan, seperti baru terbangundari tidur lelap.
“Mama kenapa?” Tanya Rio.
“Gak papa, kamu udah sehat?” Tanya Mama Manda sambil meraba kening Rio.
“Udah kok, Mama ga bisa bohong sama aku. Mama kenapa?” Tanya Rio lagi.
Mama Manda hanya tersenyum pada Rio. “Fy, permainan kamu sebagus seseorang” Kata Mama Manda memandang lurus.
“Oh ya? Makasih Ma, siapa orang itu?” Tanya Ify antusias.
“De Javu. Cuma itu yang Mama rasain saat sama kamu” Jawab Mama Manda tanpa mengindahkan pertanyaan Ify. “Apa kamu mengenal Gina?” Lanjutnya.
DEGGG.
Ify menunduk lalu menggeleng lemah. Deva yang mengerti keadaan kakak langsung menggengam tangan Ify erat.
“Aku ga kenal sama dia? Dia siapa?” Tanya Ify menguatkan diri, untuk tetap pada pembicaraan.
“Gina, Dia sahabat Mama Fy. Dia.. diaa sahabat yang selalu menyemangati Mama, sahabat yang selalu ada Mama dan segalannya. Kamu yakin kamu ga kenal dia?” Tanya Mama Manda hati-hati tapi terlihat ada nada bicara yang agak mendesak.
Ify mulai merasa sesak dengan semua yang dibicarakan Mama Manda kali ini.
“A.. Aku serius ga kenal dia Ma” Lirih Ify terbata.
“Nama mama kamu siapa Fy?” Tanya Mama Manda lagi.
“Linda, Linda Keyshafany” Kali ini Deva yang menjawab karena genggaman Ify pada tangannya semakin menguat, dia yakin kakaknya ga akan bisa menjawab pertanyaan itu. Sedangkan Rio malah memandang aneh, kedua kakak beradik DevFy. Tidak biasanya Ify tergagap, atau menunduk saat diajak bicara. Kemantapan dan Kelantanganlah yang selalu Rio temukan dalam ucapan dan tatapan gadis itu, Ify.
“Oh” Lirih mama Manda, terdengar ada sedikit kekecewaan dalam nada lirihnya.
“Maaf Tante, sepertinya kami harus pulang, besok kami masuk pagi” Pamit Deva sambil melirik kearah Jam Dinding di Ruang musik itu.
“I.. Iya Ma, A.. Aku janji akan sering kesini” Ucap Ify terbata namun cepat sambil menyalami punggung tangan Mama Manda. “Yo, cepet sembuh ya. Ray, gue dan Deva pulang ya” Lanjut sambil langsung berjalan keluar Ruangan karena dirinya yakin tak akan bertahan lebih lama, kaena kelenjar air matanya kini sedang memproduksi butiran bening yang dianggap sebagian orang adalah lambang kelemahan.
“Fy, tunggu” Ucap Rio. Tangannya kanannya telah bekerja untuk menahan Ify.
“Kenapa?” Ucap Ify tanpa menatap Rio.
Rio mengangkat wajah Ify dengan kedua tangannya. “Loe kenapa?”
Ify tersenyum sakartis, “Nothing for me, What’s wrong?”
“Kak Ify, kunci mobil loe mana? Gue yang bawa.” Ucap Deva yang sebenarnya iginn mengalihkan perhatian. Ify menatap Deva dengan tatapan yang seakan berucap –Thank-You-Dev!
“Gue pulang Yo. See You” Pamit Ify yang langsung masuk ke jazz silver yang akan dikemudikan Deva.

***

Flash Back On

“Seandainya Bunda ga ada lagi, kamu panggil Tante Linda Bunda ya?” Ucap Bunda Gina  pada Ify kecil.
“Yah ntar aku bingung Bun, Bunda aku dua. Pusing ah” Gumam Ify polos
“Hahaha.. Kamu ada-ada aja, terserah kamu mau panggil apa. Tapi kalo ditanya Bunda, atau Mama kamu siapa. Kamu harus jawab Nama Tante Linda, Linda Keyshafany.” Ucap Bunda.
“Kenapa begitu?” Tanya Ify.
“Suatu saat kamu akan tahu, dan jangan lupa beritahu Deva” Kata Bunda Ify.
“Kasih tau aku satu alasan kenapa harus seperti itu” Pinta Ify.
Sebagai ungkapan terimakasih kamu dan Deva terhadap Tante Linda karena dia udah sering ajak kamu main bareng dan suka jagain kamu” Jawab Bunda Gina mantap. “Kamu puas?”
Ify kecil tidak menjawab, hanya mengangguk-angguk ala detektif yang sudah menemui akar permasalahan.

Flash Back Off

Ify kembali membalikkan tubuhnya, sepertinya sulit sekali matanya terpejam untuk hari ini. Ahh, seandainya saja dia seorang Mozart yang dapat mengaplikasikan emosi jiwanya kedalam melodi-melodi klasik dengan jiwa ketenangan meski kadang terlalu datar. Atau mungkin seperti Beethoven yang mengaplikasika melodinya dengan emosi yang meledak-ledak tapi meletupkan semangat? Ahh, itu semua.. Andai Saja.
Ify mencoba untuk kembali memejamkan matanya sambil mengatur emosinya.

Flash Back On

“Kak, aku takut” Ucap Ify sambil membenamkan kepalanya di tangan Gabriel.
“Kenapa? Ada aku disini” Ucap Gabriel menenangkan sambil mengelus puncak kepala adiknya.
“Bunda dan Papa berantem lagi, dan Papa... Papa bilang papa mau pergi tapi Cuma Kak Iyel yang diajak” Ucap Ify lirih karena menangis.
“Kamu tenang ya, Kakak Janji kakak ga akan pergi sama Papa. Kakak Janji disini terus sama kamu dan maen sama Dedev, kamu jangan nangis” Balas Gabriel sambil mengusap air mata Ify.
“Kakak janji?” Tanya Ify sambil mengulurkan kelingking kecilnya.
Gabriel langsung menyambut kelingkin Ify, dengan kelingkingnya yang ditautkan “Janji. Walau papa ajak aku ke Paris yang ada menara tinggi yang banya lampunya *Eifeel maksudnya -__- namanya juga anak kecil*. Dufan yang ada diHongkong *Disneyland maksudnya -___-* Atau kemanapun. Aku janji ga akan ikut kecuali kamu, Dedev dan Bunda Ikut” Jawab Gabriel yang membuat gadis kecil didepannya mengembangkan senyum indah.

Flash Back Off

Oke, seperti malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi Ify, karena setiap memejamkan mata. Masa Lalu itu seperti terus berlari menuju masa depannya. Ify mencoba agar terus tetap terjaga untuk menghindari mimpi buruk itu. Tapi entah mengapa kondisi fisiknya yang begitu lelah hari ini memaksa matanya untuk terus tertutup dan kembali ke mimpi buruknya.

Flash Back On

“Gabriell ayo cepat” Bentak papa nya sambil berusaha melepas tangan Iyel yang terkait dengan jari jemari Ify.
“Ngga Pah, Iyel ga mau” Tolak Iyel.
“Papa jangan dilepas” Isak Ify.
“Gabriel, Ify Papa bilang lepas” Bentak sang Ayah
“Ify ga akan lepasin. Papa Jahat. Bunda bilangin Papa jangan bawa Kak Iel pergi” Ucap Ify memohon. Sedangkan sang Bunda hanya menatap nanar.
“Mas, aku mohon jangan pisahin Ify dan Iyel. Mereka masih kecil dan ga tau apa-apa” Ucap sang istri memohon.
“Oh jadi kamu maunya mengurus anak orang itu si Deva, Biar saya susah payah ngurus Ify dan Iyel. Begitu mau kamu? Dan kamu nanti akan kawin lagi dengan laki-laki yang sebenarnya Ayah Deva. Begitu?” Ucap Sang Suami Sinis.
“Cukup Mas, Deva anak Kamu, Anak Kita!” Ucap Bunda Ify tegas.
“Terserah, ga akan ada maling ngaku, dan........”
“Kamu salah paham”
“Oh ya? Lebih baik kamu berkaca” Ucap sang suami sambil menyentak tangan Ify dan Iyel yang kemudian terlepas.
“KAKKK IELLL”

Flash Back Off

***

Di tempat lain, seorang pemuda juga masih belum bisa menyebabkan matanya karena sesuatu hal. Ify, Alyssa Saufika, Sang adiklah yang ada memenuhi pikirannya saat ini. Entah mengapa hatinya sedang tidak tenang begitu mengingat adiknya. Terdukung dari tindakan gelisahnya langsung saja sang pemuda menyambar BB Storm miliknya lalu mencari contact menamakan ‘IfyAlyssa-MySist’ dan langsung menekan tombol hijau disisi kiri. Entah kegelisahan atau kepanikan luarbiasa yang ada dibenaknya kini karena telepon yang kini tengah diajukannya belum tersambung kepada sangan pemilik I-Phone 4, Ify adiknya. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi adik bungsunya ‘DedevDeva-MyBro’.

Di Tempat lain..

Lagu Dia, Dia, Dia milik Afgan tengah bersenandung riang tapat jam 1 malam.
“Aduh Miley.. Sepertinya Selena telepon aku nih, bentar ya sayang” Igau Deva sambil meraba-raba kasurnya mencari BB Bold miliknya. Dan tanpa melihat siapa penelpon langusng saja Deva menyapa.
“Iya sayang? Aku lagi tidur nih” Kata Deva yang masih mengigau -___-
“Dev? Apa sih pake sayang-sayangan?” Balas Gabriel dari seberang telepon.
“Iya Selena sayang besok kita jadi lunch bareng kok. See You. Muach.. Muach” Igau Deva o.O
“Deva gue Gabrielll” Balas Gabriel yang sudah kesal mendengar Igauan Deva.
“Aduh sayang, suara kamu fals banget deh kalo teriak gitu. Kayak komandan perang gitu” Kata Deva YANG MASIH-BELUM-SADAR !
“DEVA EKADA GUE GABRIEL STEVENT KAKAK LO” Ucap Gabriel emosi, oke mungkin kesabarannya telah habis. Mendadak Deva langsung bangun mendengar suara bariton milik kakak sulungnya seperti perintah saat ikut reality show Basecamp mungkin -__-
“Aduh kak Iel, sumpah ya loe ganggu mimpi gue bareng Miley dan Selena. Lagian gila kali ya lo nelpon jam segini” Ucap Deva mencak-mencak.
“Ahh, mimpi loe ketinggian Dev. Loe sekarang dimana?” Tanya Gabriel.
“Bodo ! Dikamarlah masa diempang” Sewot Deva karena masih tidak terima mimpinya terganggu. “Lagian loe ngapain sih telepon malem-malem? Gue tau gue ngangenin tapi ga mesti tengah malam gini juga kali” Ucap Deva ketus.
“Woy, nyerocos muluh dah loe Dev. Lagian narsis loe itu lhooo?? Pliss deh. Oke sepertinya virus bawel loe dan Ify menular ke gue” Ucap Gabriel.
“Ahh penting banget dibahas, to the point kenapa loe nelpon jam segini?” Ucap Deva karena menahan kantuk.
“Dari tadi perasaan gue ga enak banget Dev, gelisah dan semua firasat itu tertuju ke Ify..” Ucap Gabriel menggantung.
“Intinya?” Potong Deva.
“Tolong loe liat Ify dikamar. Jujur gue ada perasaan ga enak. Please gue minta tolong” Pinta Gabriel.
‘CUKUUUPP’ tiba-tiba ada sebuah sentakan keras yang Deva yalin adalah dari kamar sebelahnya. Kamar Ify.
“Dev, bisa ga?” Tanya Gabriel yang merasa Deva tidak menanggapi percakapannya.
“Hah? Iya kak. Bentar. Nanti gue telepon lagi, bye” Tanpa meminta persetujuan dalam menutup telepon Deva langsung menekan tombol merah disebelah kanan dan langsung menyingkap selimutnya langsung berlari ke arah Kamar kakaknya.

Di Tempat Gabriel..
“Ahh Shit.. Sembarangan aja nutupnya” Umpat Gabriel.

Dikamar Ify.

Rasa kantuk yang tadi menyelimutinya entah mengapa seperti hilang kemana setelah melihat keadaan Ify yang terduduk dibawah samping tempat tidurnya sambil memeluk bantal dan membenamkan mukanya dibantal. Rambutnya sudah berantakan  dan seperti benar-benar terlihat seperti orang frustasi. Perlahan Deva mendekati kakaknya. Dan melepas bantal yang dipeluk Ify lalu dirangkulnya kakak perempuan semata wayangnya dan dibimbing naik ke atas tempat tidur. Ify hanya pasrah menurut bimbingan Deva.
“Sepertinya loe mimpi buruk lagi kak?” Ucap Deva tersenyum lirih.
Ify tersenyum miring.
“Loe masih kepikiran omongan Mamanya Ray ya Kak?” Tanya Deva hati-hati.
Ify tidak menjawab, malah membuang pandangan.
“Loe minum dulu, loe mesti tenang” Ucap Deva sambil menawarkan segelas air utih yang ada disamping tempat tidur Ify. Ify menurut.
Deva menatap lirih kakaknya. Jujur dia lebih menyukai ekspresi Ify saat bertengkar dengannya, menasihati seperti bawelnya ibu-ibu PKK dibandingkan Ify yang ada dihadapannya saat ini. Mata yang sembab dan terlihat lelah, kondisi fisik yang sepertinya tidak fit. Juga kondisi rambut panjang Ify yang sepertinya jadi luapan kemarahan Ify saat ini.
“Tadi kak Iel telepon gue. Karena dia punya firasat ga enak tentang loe, dan gue disuruh nengok loe. Dan ternyata keadaan loe, ga banget gini” Ucap Deva.
Ify tersenyum miring.
“Loe tidur lagi ya. Gue tidur disini di sofa itu. Loe tenang ya” Ucap Deva sambil membenahi selimut kakaknya.
‘Sampai kapan loe kayak gini terus kak? Gue mohon, semoga loe bisa berbagi semuanya sama gue’ Bathin Deva lirih sambil berusaha memejamkan matanya kembali diatas sofa biru dikamar Ify.


Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar