Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 34
***
Ternyata Rio mengajak Ify kepinggiran pantai lepas. Setelah memarkirkan motornya secara benar. Baru saja Rio menggenggam tangan Ify, langsung dilepaskannya kembali.
“Loe kedinginan ya? Tangan loe ampe dingin gitu?” Tanya Rio cemas, sambil membuka jaket kulitnya.
‘Gue bukan kedinginan tapi nervous!!’ Bathin Ify. Tapi kemudian “Iya, tadi gue lupa bawa jaket” Jawab Ify sambil nyengir.
“Pake nih” Perintah Rio sambil menyamparkan jaketnya kebahu Ify, dan menunggu Ify untuk memakainya.
Sadar, Rio menyerahkan jaket itu dengan tatapan tak ingin ditolak membuat Ify langsung mengenakan jaket kulit Rio tanpa protes.
Rio kembali tersenyum, kali ini bukan hanya menggandeng tangan Ify seperti tadi, ganti Rio kini merangkulnya dan melangkah lebih dekat kearah pinggir dermaga.
“Loe bisa masuk angin Yo” Ucap Ify sambil merapatkan jaket milik Rio karena angin yang berhembus memang sedang kencang-kencangnya.
Rio menggedikkan bahunya. “Santai aja kali Fy” Ucap Rio karena menangkap gerakan Ify yang canggung dihadapannya.
Sejujurnya bukan hanya Ify yang merasakan, Rio pun merasakan hal yang sama. Tapi berusaha disembunyikannya melalui sifat dasarnya yang memang selalu tenang.
“Yo/ Fy” Panggil Rio dan Ify berbarengan.
“Ladies first” Ucap Rio santai.
“Tadi apaan yang mau........”
“Liat keatas deh” Potong Rio sambil menunjuk keatas.
Ify mengikuti tangan rio yang menunjuk.
“Bintang kecil kita ada disana lhoo” Ucap Rio.
Ify langsung kembali menengok kearah Rio. Dan tersenyum senang dan kembali melihat keatas langit dengan senyum yang tidak terlepas dari wajahnya. Seakan menemukan sesuatu yang telah lama hilang.
Bukannya mengikuti arah yang ditunjuknya. Pandangan Rio justru jatuh pada tampak wajah Ify dari samping yang masih tersenyum lepas kearah langit. Wajah cantik yang lepas dari pandangan dekatnya beberapa minggu terakhir ini makin bersinar dengan cahaya bulan yang menerpa wajahnya. Meski tidak menganggu keasyikannya memandang langit.
Sadar sedang diperhatikan Ify mendadak langsung menengok kearah Rio, yang tanpa sadar sudah memperpendek jarak berdiri dirinya dan Ify. Tepat dengan jarak hanya 10 centi meter dari wajah masing-masing. Dengan tatapan tajam Rio berucap dengan begitu lirih. “Gue sayang elo”
Ify langsung terdiam begitu mendengar apa yang barusan diucapkan Rio. Begitu pelan dan sangat lirih namun begitu jelas dan tegas dijarak sedekat itu. Mendadak jutaan kupu-kupu seakan menggelitik perutnya. Detak jantung yang dari awal memang sudah berdetak diatas normal makin bertambah hentakkannya setelah kata-kata yang diucapkan Rio meluncur.
“Gue sayang elo, lebih dari rasa sayang ke sahabat. Gue sayang loe kayak sewajarnya seorang cowok ke ceweknya. I love You Alyssa” Ucap Rio cepat berusaha menetralkan detak jantungnya begitu melihat pipi dengan rona merah dihadapannya tanpa reaksi apapun.
Empat kata yang dinanti, Empat kata yang menjadi jawaban atas segala rasa yang didambanya, juga Empat kata yang paling ditakutinya semenjak sesaat lalu, bayangan Shilla yang tengah terbaring dirumah sakit dan kata-kata Shilla diruang Osis juga memenuhi pikirannya sejalan dengan ucapan Rio barusan. Refleks Ify langsung menjauhkan dirinya dengan mundur dua langkah, berusaha menenangkan pikirannya.
“Fy” Refleks Rio juga, sambil menarik pergelangan tangan Ify dan kembali mendekatkan kearahnya.
Ify hanya menatap Rio kosong. Semua pikiran sudah menjadi satu berkumpul dibenaknya dan aktif. Menimbulkan sensasi mual ke dirinya sendiri.
“Fy” Panggil Rio lagi sambil memegang kedua pipi Ify dan menatapnya cemas. Karena wajah Ify yang mendadak pucat. “Loe kenapa?” Tanya Rio khawatir.
Ify tersadar sepenuhnya dengan sentuhan Rio dipipinya. Dipejamkan matanya sebentar sebelum angkat bicara “Gue gak papa kok” Ucapnya sambil menurunkan tangan Rio. Alih-alih dilepas. Rio malah langsung menggenggam tangan Ify, belum 100% yakin dengan jawaban Ify.
“Bener?” Tanya Rio memastikan.
Ify mengangguk pelan dan melemparkan senyumnya untuk meyakinkan Rio.
“So, would you be my girl friend be a...”
“Maaf Yo, gue gak bisa” Potong Ify langsung begitu bayangan Shilla mulai memenuhi benaknya. Rio langsung terdiam.
“Gue... Gue... Gue gak bisa jadi cewek loe. Gue gak bisa pacaran sama loe. Gue.... Gue gak bisa sama-sama loe. Gue...” Nafas Ify mulai berantakan seiring dengan emosi yang tertumpuk dipikirannya.
“Tenang Fy” Ucap Rio berusaha santai dan menggenggam tangan Ify lebih erat. Meski hatinya sudah jauh dari itu. “Apa karena... Gabriel?” Tanya Rio berat.
Ify menggeleng cepat. Wajahnya sudah jauh lebih pucat dibanding sebelumnya. “Gak ada hubungannya sama Gabriel. Loe dan Gue, sama kayak gue ke Gabriel. Gue.........” Ify langsung menggeleng cepat. “Kita... Kita lebih cocok sahabatan Yo” Ucap Ify sambil menunduk dalam. Ditekannya rasa sakit dan bersalah ketika menatap wajah Rio dihadapannya.
Suasana mulai menghening. Hanya desau angin malam yang mulai bertambah kencang.
Rio mencoba mengangkat wajah Ify, dan diarahkan kepadanya. “Tatap gue Fy, tegasin apa yang elo bilang tadi ke gue” Ucap Rio lembut sambil menyelipkan sejumput rambut Ify kebalik telinganya.
Ify mengatur nafasnya dan langsung menatap Rio. Ify terperangah, dibalik kelembutan ucapan tadi dan ketenangan yang dari tadi diberikannya. Mata Rio mulai menyimpan luka. Luka yang pasti baru saja diberikannya.
“Fy” Panggil Rio sambil mencengkram hangat kedua lengan atas Ify ketika mendapati Ify –lagi-lagi- memejamkan matanya.
“Kita... Kita lebih cocok jadi sahabat. Gue gak mau kehilangan sahabat kayak elo dari hidup gue” Ucap Ify pelan. Dikuatkan hatinya sepenuh yang dia mampu, ketika bayangan Shilla dan kata-katanya mulai menyerang pikiran Ify.
Perlahan Rio melepas cengkramannya pada lengan atas Ify. Berjalan ke pinggir dermaga tanpa berkata apapun. Disaat itulah pertahanan Ify langsung lepas. Air mata yang tadi ditahannya sudah berlomba untuk keluar dari tempat produksinya. Emosi yang ditahannya langsung meluap tanpa suara.
Tidak jauh berbeda. Dipinggir dermaga, Rio sedang berusaha kuat-kuat melepas sesaknya. Angin malam yang sudah menusuk tulang sudah tidak dipedulikannya.
“Salah ya jatuh cinta sama sahabat sendiri?” Ucap Rio, tidak sadar jika Ify sudah ada dibelakangnya.
“Salah kalo hubungan persahabatan jadi cinta?” Tanya Rio lagi entah pada siapa.
“Atau emang gue jatuh cinta sama orang yang salah?” Tanya Rio frustasi sambil mengacak rambutnya. Tepat diwaktu bersamaan ada sosok tubuh dengan tinggi dagunya menabrak punggungnya dan memeluk perutnya.
Rio tertegun.
Ada sesuatu yang luruh disana. Punggungnya membasah. Tanpa pikir panjang lagi Rio langsung membalikkan tubuhnya dan langsung balik memeluk erat sosok Ify yang menangis yang Rio sendiri tidak tahu sebabnya.
“Maaf, gue terlalu sering buat loe nangis” Ucap Rio lirih ditelinga Ify. “Loe gak akan pernah kehilangan gue” Lanjutnya.
Mendengar itu Ify hanya semakin mengeratkan pelukannya. Berharap semua hilang disana dan tertinggal dan tidak menahannya atau menjeratnya dalam rasa bersalah.
Setelah mengetahui tangis Ify agak mereda. Rio melepas pelukannya. Tapi masih memegang erat bahu Ify.
“Guee......” Ucapan Rio tertahan ketika dua jari Ify membungkam dibibirnya.
Dengan sedikit berjinjit Ify mencium pipi kanan Rio dengan sebentar sengaja menahannya. “I love You too Mario” Ucap Ify setelahnya.
Rio terkejut tidak percaya namun segera mengendalikan dirinya.
“Loe gak pernah buat gue nangis, loe hanya membuat gue melepaskan semuanya.” Ucap Ify tulus.
Rio tersenyum. “Maaf, kalo ternyata apa yang gue rasa saat ini salah.” Sambil menatap mata Ify yang masih sembab.
Ify menunduk. “Gak salah, gak ada yang salah sama sebuah perasaan. Dia emang datang ke semua orang tanpa melihat. Itu kenapa dibilang Cinta itu Buta. Dia datang diwaktu yang tidak tepat dan ke orang yang tidak tepat juga. Disisi lain cinta bisa datang diwaktu yang tepat dengan orang yang tepat. Tapi tidak menutup kemungkinan cinta datang ke orang yang tepat tapi diwaktu yang tidak tepat.” Jelas Ify. ‘Kayak kita gini Yo’ Bathin Ify melanjutkan.
Rio mengangguk-angguk berusaha mencerna seluruh penjelasan Ify. “Jadi...?” Tanya Rio.
“Jadi apaa?” Tanya Ify.
“Pertanyaan gue tadi Ipyyyy” Ucap Rio geregetan.
“Emang loe tanya apa?” Tanya Ify polos sambil berusaha mengingat-ingat.
“Lagian, tadi pas gue ngomong dipotong duluan sih. Gak sopan” Gerutu Rio.
Ify nyengir, begitu mengingat bagian itu. “Bisa ulang bagian itu?” Tanya Ify malu-malu.
Rio tersenyum melihat tingkah Ify. Lalu menghembuskan nafasnya pelan. “Alyssa Saufika, would be my girl? Be a friend of my heart and my life?”
Ify menunduk mendengar pertanyaan Rio. Rasa sakit itu datang lagi, semua bayangan Shilla benar-benar menari dibenaknya tanpa ampun. Ify menggelengkan kepalanya keras-keras menghapus semuanya. ‘YaAllah, biarkan untuk malam ini. Izinkan Egoku yang berkuasa’ Doanya.
Rio yang melihat reaksi Ify yang menggelengkan kepalanya sudah menunduk pasrah.
“Yes, I.. I would” Jawab Ify begitu lirih.
Rio hampir saja melonjak girang jika tidak teringat dengan nada yang begitu lirih yang disampaikan Ify begitu menjawab pertanyaannya. Rio mengangkat dagu Ify. “Makasih Fy” Ucap Rio lirih sambil menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipi Ify. “Loe jelek kalo nangis”
Ify manyun. Seluruh rasa bersalah, dan bayangan tentang Shilla menghilang cepat dari benaknya.
“Apalagi kalo cemberut” Lanjut Rio.
“Apasih” Ify tersenyum malu-malu salah tingkah lalu memukul lengan Rio.
“Besok gue jemput ya?” Tawar Rio.
“Jangan, kasihan Gabrielnya” Tolak Ify. “Lagian nanti kan ketemu disekolah” Lanjut Ify.
Rio cemberut.
“Kenapa cemberut sihh?” Tanya Ify lembut.
“Abis loe milih pergi sama Gabriel, dari pada cowok loe sendiri” Ungkap Rio.
Ify tergelak. “Gak usah cemburu deh. Kan tadi gue udah bilang Gabriel itu sahabat gue kayak loe dulu. Lagian loe cowok gue bukan supir gue. Lagipula gue gak mau Gabriel jadi tukang kacang” Ucap Ify sambil nyengir.
“Loe sayang banget ya sama Gabriel?” Tanya Rio.
Ify mengangguk. “Sebagai sahabat, sebagai abang dan buat loe sebagai pengisi hati gue”
Gantian Rio yang salah tingkah. Akhirnya membuang pandangan kearah lain.
Ify yang mampu menangkap gelagat Rio langsung tertawa puas. “Kedudukan kita satu sama ya?” Goda Ify.
“Belomm” Tolak Rio mentah-mentah.
“Kok?” Ify protes.
“Belom, kalo.......” Rio sengaja menggantung kalimatnya.
“Kalo?”
Rio melirik Ify yang tengah memajang wajah penasarannya, dan sekuat tenaga bertahan supaya tawanya tidak meledak.
Rio lebih mendekat kearah Ify dan dengan sedikit menunduk langsung mendaratkan kecupan singkat dipipi kanan Ify.
“Kalo belom, ngebales yang tadi” Ucap Rio tepat dikuping Ify.
Muka Ify benar-benar merah padam saat ini. Dan dengan jarak yang dekat tentu bisa ditangkapnya rona merah tersebut oleh Rio. Rio tersenyum kecil.
“Pulang yuk, saltingnya lanjut dirumah aja. Ntar gue bisa digebukkin Gabriel kalo ngebawa loe pulang pagi” Ajak Rio sambil merangkul Ify. Setelah melihat anggukan sekilas dari gadis ini.
Biarlah, Biarlah untuk malam ini egonya berkuasa. Ditambah beberapa malam berikutnya. Hingga malam selanjutnya semua kembali. Akan ditekankan semuanya kembali. Semua yang berkuasa. Meski harus... menghancurkan diri sendiri.
***
Rio asyik memainkan bola basket ditangannya dengan berbagai free style dilapangan utama SMA Cagvairs. Senyum manis tidak lepas dari bibirnya tanpa peduli jika dirinya sudah menjadi pusat perhatian ratusan pasang mata kaum hawa. Hatinya yang begitu cerah masih terbawa suasana tadi malam membuat semangatnya belum menurun meski sudah asyik memainkan si kulit bundar orange bahkan sejak warga SMA Cagvairs belum ada yang datang. Siapa sih yang tidak kenal Rio? Mario Stevano Aditya Haling. Ketua Osis SMA Cagvairs. Bukan hanya modal tampang, tapi otak juga mengimbangi. Termasuk golongan cowok tajir dan Ramah. Almost Perfect! Tapi untuk dibagian akhir baru terbentuk ketika Rio masuk SMA ketika masa orientasi. Begitulah menurut pendapat teman-teman satu SMP nya. Tapi sepertinya para pengagumnya hanya bisa gigit jari dan menjadikan Rio sebatas orang yang mereka kagumi tanpa berharap lebih setelah melihat banyaknya The Most Wanted Girl disekelilingnya yaitu’V-Mile terutama Ify salah satu anggotanya yang memang dikatakan paling dekat bahkan dikabarkan orang yang mencairkan sikap anti sosial dari seorang Rio.
“Pesona Rio dari dulu gak ngurang-ngurang ya?”
“Senyumnya itu lhooo, seandainya buat guee”
“Keringetan gitu bikin dia makin awesomeee”
“Beruntung deh punya kakak kelas dari Kak Rio, bikin gak mau naek-naek deh”
Begitulah gambaran dari beberapa fans Rio yang berbisik-bisik disepanjang koridor baik dibawah maupun dilantai atas. Yah, lapangan utama memang dikelilingi gedung sehingga memungkinkan banyak yang menonton aksi Rio yang ber-freestyle ria bersama bola basketnya.
Rio masih nyaman bergerak kesana kemari hingga dari ekor matanya menangkap sosok gadis yang ditunggunya berjalan bersama sosok lain, yang Rio kenal sebagai sahabatnya. Senyum Rio melebar dan langsung meng-shoot bola basket kearah Ring dan berlari meninggalkan lapangan tanpa peduli helaan nafas kecewa dari penontonnya.
***
“Woy, kok mentok pas bel sih?” Tanya Rio setelah menghadang Ify dan Gabriel.
“Nih, yang nyupir Gabriel” Keluh Ify setengah kesal, bibirnya mengerucut. Sedangkan Gabriel memasang ekspresi permintaan maaf. Dan Rio tersenyum geli.
“Baru belajar lagi Yel? Untung loe pada gak telat” Ucap Rio.
Gabriel meringis. “Iya nih, tadinya mau nyoba ngebut lagi, tapi....”
“Tapi apa loe rela Yo nama gue disebut-sebut di pengumuman dengan embel-embel almarhum” Cerocos Ify.
Tawa Rio dan Gabriel meledak.
“Tuh kan Yo lebay dia. Apa loe rela nama gue yang disebut-sebut di koran dengan judul ‘Penganiayaan Anak SMA GANTENG Ketika Menyetir Mobil Oleh Penumpang Berinisial Nenek Lampir’” Cerocos Gabriel yang membuat tangan Ify mendarat dikepalanya.
“Pede bures loe” Ucap Ify kesal.
Rio masih tidak berhenti tertawa meski dalam hatinya terselip keirian melihat kedekatan Ify-Gabriel. ‘Gak Yo, Ify udah milik loe. Gak ada yang perlu ditakutin’ Bathinnya.
“Kok loe udah pake seragam basket sih?” Tanya Ify. “Keringetan lagi, udah maen loe ya?”
Rio nyengir. “Gue lupa. Kata Pak Dave, buat anak basket yang tanding seminggu lagi. Free Lesson lhoo” ucap Rio.
“Kenapa gak ngomong gantenggg, kan berat gue bawa buku Fisika” Keluh Ify geregetan.
Rio nyengir lagi. “Maap Fy, semalem kan kebawa suasana” Alasan Rio.
“Heh? Loe berdua ngapain?” Tanya Gabriel dengan mata menyelidik.
Rio dan Ify kompak menepuk jidatnya. Lupa jika ada tokoh lain. “Gak, ngapa-ngapain” Jawab Rio santai.
“Kebawa cape aja kali, dari rumah sakit semalem itu” Lanjut Ify.
“Gue pinjem Ify bentar ya Yel. Dia gak masuk kelas hari ini. Langsung ke lapangan latihan” Izin Rio sambil meraih tangan Ify dan menggengamnya sehingga secara tak langsung memindahkan posisi Ify yang tadinya disamping Gabriel, jadi disamping Rio.
Dengan terpaksa Gabriel mengangguk walau ada rasa ingin bertanya kembali dalam hati Gabriel karena masih ragu akan jawaban Ify dan Rio.
“Thanks My Bro. Gue duluan ya” Pamit Rio sambil menarik Ify dan berjalan kembali kelapangan.
***
“Makin lengket aja mereka De” Ucap Zevana.
“Mentang-mentang Shilla gak ada” Samber Zahra.
“Ternyata diem-diem Ify lumayan penusuk handal ya” Sosor Angel.
“Loe semua tenang. Kita tinggal tunggu tanggal mainnya” Ucap Dea misterius.
***
Berhubung bel masuk sudah berkumandang dari tadi. Tidak ada lagi jejeran para siswi yang mengelilingi arena lapangan utama. Koridorpun mulai lengang seiring jalannya KBM di Cagvairs.
“Sepi juga ya, kalo udah KBM” Gumam Ify.
“Enak dong jadi lebih bebas” Ucap Rio.
Ify mendelik. “Bebas ngapain?”
Rio berjalan mendekati Ify dan mengacak poninya. “Curigaan banget sih.” Ucapnya sambil tersenyum jahil. “Ya, bebas ngapain yang disuka lah”
Ify mundur selangkah. “Jangan macem-macem ya. Masih disekolah” Ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah Rio.
“Berarti kalo diluar sekolah, boleh ngapain aja dong?” Goda Rio sambil mendekatkan dirinya lagi kearah Ify dan menggenggam tangan Ify yang tadi digunakan menunjuk.
“Iih gak begituuu” Ify salting sendiri, jantungnya mulai bekerja diatas normal.
Rio tersenyum gemas sambil mengacak-acak rambut Ify.
“Rio berantakan tauu” Keluh Ify kesal, sambil kembali menyisir rambutnya dengan tangannya.
“Nih, biar gak berantakkan” Rio lebih mendekatkan dirinya kearah Ify dan mengecup sekilas puncak kepala Ify.
Ify blushing setengah mati (?) Masih pagi, tapi Rio sudah menggodanya hingga dia benar-benar tak berkutik.
“Rio, apasih. Malu tau” Ucap Ify tapi pandangannya kearah lain.
Rio tertawa. “Kamu ngomong ama siapa Fy? Aku disini Fy”
Ify berbalik menatap Rio, pipinya menggembung menahan kesal karena digoda terus menerus.
“Udah ah, jangan ngambek. Masih pagi, masa cantiknya ilang?” Ucap Rio menenangkan karena melihat aura merapi (?) dihadapannya.
Ify melengos.
“Temenin main yuk” Pinta Rio sambil mengambil bola basket didekat kakinya.
“Ihh, kan masih pake rok” Ucap Ify sambil menunjuk roknya.
“Gapapa, lumayan pagi-pagi dapet sarapan Vitamin A” Ucap Rio menyeringai jahil.
“Riioooo” Ify melancarkan agresinya bertubi-tubi karena kekesalannya digoda terus sudah menumpuk.
“Ampun Fy ampunnn” Rio terus berusaha berkelit, sambil berusaha menahan tangan Ify. Setelah berhasil menahan dengan menggenggam tangan Ify, tatapan mereka beradu. Rio memandang Ify teduh, masih tidak percaya gadis yang ada dihadapannya sekarang, tangan yang sedang digenggam tangannya, dan mata yang tengah menatapnya kini miliknya. Bukan raga tapi hatinya!
Sentakan Ify ditangannya membuat Rio tersadar. “Udah ah, gak mau jadi objek kejailan dan godaan kamu lagi” Ucap Ify sambil cemberut.
Rio tersenyum merasa bersalah, karena telah menggoda habis-habisan gadis didepannya. Rio memegang lengan Ify. “Maaf ya” Rio memegang lengan Ify dan menundukkan kepalanya untuk mengecup pipi kiri gadis itu dan menahannya beberapa saat menyatakan sebuah penyesalan.
Emosi Ify mereda. “Yaudah, mending kamu panggil anggota lain lewat pengeras suara. Aku mau ganti baju dulu” Ucap Ify sambil membetulkan letak tasnya.
Rio menurut. Lalu berlalu setelah mengacak puncak kepala Ify lagi. Meninggalkan Ify dengan perasaan yang tidak menentu. Senang sekaligus bersalah!
***
Sivia mengelap keringat di dahi Alvin dengan handuk kecil milik Alvin. Lalu duduk disamping Alvin yang sedang menenggak minumannya.
“Thanks Vi”
Sivia hanya mengangguk dan tersenyum. “Eh, Vin. Sadar gak sih? Kayaknya Rio sama Ify hari ini lebih... emm...”
“Mesra?” Potong Alvin menebak pikiran Sivia.
Sivia mengangguk lalu memandang kearah Rio dan Ify yang masih asyik berebut bola.
Alvin mengikuti arah pandang Sivia. “Dua kemungkinan Vi” Jawab Alvin. “Mereka emang lagi nikmatin waktu sama-sama yang kemaren terbuang, atau....” Ucapan Alvin mengantung.
“Atau?” Tanya Sivia.
“Atau mereka jadian.” Jawab Alvin. “tapi dari 2 kemungkinan itu, aku gak bisa nebak alasannya. Cuma Ify yang tau” Jelas Alvin tanpa mempedulikan tatapan kaget Sivia.
***
“Ag, Cha. Loe tau gak perkembangan Shilla terakhir gimanaa?” Tanya Dea kepada Acha dan Agni yang asyik berbincang dengan Ozy dan Cakka. Tentunya dengan volume sengaja dibesarkan, hingga sebagian orang dilapangan mendengar dan menghentikan aktivitas mereka. Termasuk Rio dan Ify, serta Alvin dan Sivia yang dipinggir lapangan, dan termasuk gabriel yang asyik berdiskusi dengan Debo dan Kiki serta Obiet yang sedang latihan bersama Deva, Ray dan Lintar ikut mendelik.
“Setau gue, masih sama kayak kemaren De” Jawab Acha sekenanya.
“Emmm, tapi gue denger-denger dia butuh transplatasi ginjal ya?” Tanya Zevana ikut-ikutan.
Rio langsung berjalan menghampiri Zevana setelah mendengar ucapan Zevana. Ify langsung menunduk melihat reaksi Rio sedangkan Mata Sivia melebar setelah mendengar Zevana dan melihat reaksi antara Rio dan Ify. Sivia baru saja ingin bangkit dari duduknya tapi langsung dicegah Alvin.
“Liat apa yang mau mereka lakuin dulu Vi” Bisik Alvin sambil menahan lengan Sivia dengan pandangan tidak lepas dari Zevana dkk. Sivia menurut.
Alvin juga melempar pandangan kepada Obiet dan yang lain untuk tidak banyak bicara.
“Apa?” Tanya Rio ketika sudah dihadapan Zevana.
“Iya, Yo. Shilla emang butuh transpaltasi ginjal. Secepatnya malah” Jelas Zevana.
“Kok gue gak tau?” Tanya Rio.
“Gue tadi dikabarin nyokapnya Shilla Yo” Samber Dea, yang langsung berdiri disamping Rio.
“Tapi katanya sih udah dapet. Dan minggu depan operasinya tepat pas kita selesai pertandingan” Ucap Zahra.
Rio menghela nafas lega. Rio bernalik kearah Ify. “Fy, gue ke Pak Duta ya. Kayaknya ada beberapa susunan yang harus dirubah dengan gak adanya Shilla.” Ucap Rio seperti biasa. “Mau ikut?” Tanyanya.
Ify hanya tersenyum. “Loe aja. Gue koorlap disini” Ucapnya mencoba biasa.
“Sipp. Tolong ya” Ucap Rio sambil berlalu diikuti The Days Ever lain
Sepeninggal Rio. Ify balik badan untuk menetralkan perasaannya. Tapi disaat yang tepat sudah ada sosok tubuh jangkung lain dihadapannya.
“Kak Debo” Ucap Ify datar, sedikit kaget tapi mencoba biasa.
Debo nyengir. “Mau coba main sama gue?” Tanya Debo.
Ify tersenyum. “Maaf kak, gue kayaknya lagi cape banget. Udah dari pagi belum berhenti. Ue istirahat dulu ya?” Tolak Ify halus.
Debo tersenyum mengerti. “Tetap jaga stamina lho. Latihan boleh, tapi jangan diforsir” Pesan Debo.
Ify mengacungkan jempolnya. Sambil berlalu dari hadapan Debo.
***
“Behelnya nyangkut dimulut ya Fy? Dari tadi diem aja” Ledek Rio.
Ify hanya tersenyum dan menggeleng.
“Ahh, gak seru. Digodain Cuma senyum doang” Keluh Rio, gantian dirinya cemberut.
Ify tertawa melihat ekspresi Rio, seakan beban yang dari tadi menghimpitnya raib. “Aku haus, jadi males ngomong” Jawab Ify seadanya sambil kembali tersenyum mencoba meyakinkan Rio.
Rio terkekeh, sepertinya yakin pada jawaban Ify. “Kita ke cafe bentar yuk. Baru ke ruangan Shilla.” Ajak Rio.
Yak, saat ini mereka tengah dilapangan parkir motor Rumah Sakit tempat Shilla di rawat.
Ify mengangguk setuju.
***
“Saya, Avocado juice aja. Kamu apa Fy?” Tanya Rio sambil mengangsurkan buku menu kearah pramuniaga.
“Manggo Juice aja” Jawab Ify. Setelah mencatat dan memastika pesanan RiFy sang pramuniaga kembali untuk membuat pesanan.
Rio terperangah melihat keara Ify. “Tumben, biasanya serba kopi? Mocca Float lah, Hot Cappuchino lah... Coffee...”
“Kalo kamu mau aku pesennya itu, ya Aku pesen sekarang. Tapi kamu harus abisin juice aku. Gimana?” Potong Ify langsung.
Rio meringis. “Jangan sensi dong Fy. Bercanda, abis gak biasanya.”
“Kalo aku mesen menu kopi pas ada kamu, pasti nanti aku disuruh abisin juice kamu juga. Aku emang haus tapi gak mau kembung juga kali” Jelas Ify.
Tawa Rio meledak mendengar jawaban polos Ify.
“You understood me dear” Ucap Rio sambil mengacak poni Ify. Ify hanya tersenyum salah tingkah.
Hingga pramuniaga datang membawa pesanan mereka. Menghentikan sejenak obrolan ringan antara Rio dan Ify.
***
Keadaan Shilla masih belum membaik, tetapi masih stabil. Berbagai alat pemacu kehidupan sepertinya memang sangat membantu untuk kestabilan tubuh Shilla saat ini.
‘Maaf ya Shill, sekali ini aja. Gue egois’ Bathin Ify
“Mmhm tante, aku mau ke toilet di Ruang tunggu ya?” izin Ify.
“Iya, sebelah kanan ya Fy” Dikte Mama Shilla.
Ify hanya mengangguk dan mulai berlalu.
Sepeninggal Ify. Rio dan Obiet yang tengah duduk di Sofa tengah bercengkrama soal kejadian dilapangan tadi siang.
“Kok loe gak cerita sih Biet? Shilla butuh transpaltasi ginjal?” Tanya Rio.
Obiet menghela nafas, sudah menduga Rio akan menanyakan padanya.
“Kemaren masih bingung kak. Tapi udah ada kok pendonornya” Jawab Obiet seadanya.
“Siapa Biet? Baik bener tuh orang” Ucap Rio.
Obiet menggedikkan bahu. “Orang itu gak mau disebut namanya. Gue Cuma bisa bilang makasih akhirnya” Jawab Obiet singkat, berharap Rio tidak bertanya lebih jauh. Yang membuat Obiet ingin berteriak menjawab. ‘Kak Ify yang donorin ginjalnya kak!’
***
Ify baru saja ingin kembali masuk kekamar Shilla, hingga sebuah suara asing menghentikannya namun akrab ditelinganya memanggil.
“Ahh, Alyssa Saufika Umari” Panggil seseorang.
Ify menoleh. “Dokter Evan? Cukup Ify” Jawab Ify ramah.
“Ya, tentu saja saya tidak lupa dengan panggilan kecil itu” Balas Dokter Evan ramah sambil menyalami tangan Ify.
Ify tersenyum senang.
“Bisa ngobrol sebentar?” tanya Dokter Evan.
Ify memutar bola matanya. “Saya rasa bisa” sambutnya.
“Yuk diruangan saya” Ajak Dokter Evan.
Ify mengangguk dan mengikuti langkah Dokter Evan didepannya.
***
Ruangan Dokter Evan
“Maaf menunggu lama Dok” Ucap Dokter Evan langsung ketika memasuki ruangnya. Entah kepada siapa, karena Ify tidak mengenal seseorang laki-laki setengah baya yang menunduk tengah mempelajari berkas.
“Tidak masalah.. Hey, Ify my favorites girl” Ucap seseorang tadi.
“Dokter Tian, long time no see you” Sambut Ify langsung menyalami punggung tangan orang tadi.
“Dunia sempit, bahkan kalian sudah saling mengenal” Komentar Dokter Evan.
“Bagaimana tidak? Ify pasien saya.” Ucap Dokter Tian hangat.
“Oh No Dok, saya gak pernah sakit” Keluh Ify cemberut.
“Oke kita ralat. Ify anak pasien saya dulu.” Ucap Dokter Tian.
“Lebih baik” Ringis Ify.
“Kalian kenal dari dulu?” Tanya Dokter Evan.
“Tentu, Sayalah konsultan kesehatan keluarga Ify, hingga...” Jawaban Dokter Tian menggantung lalu melirik Ify.
“Hingga Bunda saya meninggal. Dokter Tian lah yang mengobati dan berusaha mempertahankan Almarhumah Bunda saya” Jawab Ify tegar.
“Bertahun-tahun gak ketemu kamu. Ternyata kamu udah jadi Gadis yang lebih hebat dari yang saya bayangkan” Puji Dokter Tian.
“Dan Dokter jauh lebih cocok jadi raja gombal dibanding Dokter” Ucap Ify bercanda.
Dokter Tian terkekeh. “Kamu ini belum berubah. Kuat, Tenang dan seperti tanpa beban dan masalah.”
“Justru orang yang terlihat tenang dan tanpa masalah bukan berarti dia nyaman dan sejahtera. Melainkan saking banyaknya masalah yang dihadapi membuat seseorang lebih tenang dalam menghadapi dan menyelesaikannya.” Jelas Ify.
Dokter Tian menatap kagum gadis remaja dihadapannya.
“Sepertinya kamu tipe orang yang membuat orang yang didekatmu merasa lebih baik” Puji Dokter Evan.
Ify hanya tersenyum tanpa menjawab.
“Oke, langsung ke topik. Sebenarnya saya udah duga ini berkas kamu Fy” Uca Dokter Evan sambil menunjukkan kertas-kertas ditangannya. “Tapi saya meminta Dokter Evan memanggil kamu untuk memastikan” Ucap Dokter Tian, mendadak nada bicaranya berubah serius. Membuat Ify juga serius mendengarkan.
Dokter Evan mengangsurkan selembar kertas dihadapan Ify.
“Saya minta maaf Fy. Vitamin yang sering diberikan asisten saya ketika kamu mengambilnya ternyata memiliki efek jangan panjang yang tidak baik untuk produksi insulin di ginjal kamu”
Jelas Dokter Tian. “Ciri-cirinya memang belum terlihat saat ini. Dokter Evan sudah menceritakan seorang malaikat kecil anak SMA yang mau mendonorkan satu ginjal untuk sahabatnya. Dan...”
“Resiko terbesar yang akan saya terima apa, jika saya tetap melakukan transpaltasi itu?” Potong Ify dan langsung bertanya To The Point.
“Sebentar Fy, kamu harus..”
“Dokter Tian bukan mengenal saya setahun dua tahun. Tapi lebih dari setengah umur saya. Saya bukan orang yang mau berlama-lama mendengar penjelasan. Apa resiko terbesar jika saya mendonorkan ginjal? Dan saya akan terima, bahkan kalau bisa menandatangi surat perjanjian didepan kalian untuk menyatakan tekat saya” Ucap Ify tegas.
Dokter Tian menggeleng. ‘Watak anak ini belum berubah’ bathinnya. “Bukan terhadap ginjal kamu yang akan didonorkan atau orang yang akan menerima. Melainkan resiko ditanggung kamu” Ucap Dokter Tian.
“Bagus kalo begitu” Ucap Ify tenang. “Apa?” Tanya nya.
“Produksi insulin dalam tubuh kamu akan menurun dan kekebalan tubuh akan berkurang drastis.” Ucap Dokter Tian tegas.
Dokter Evan hanya menjadi pendengar setia, karena merasa tidak perlu ikut campur saat ini.
“Semua saya terima Dok” Ucap Ify tegas namun tetap tenang. “Tapi tolong jangan beritahu yang lain tentang ini” Pinta Ify.
Dokter Tian mengangguk, karena permintaan Ify memang masih ada dalam kode etik kedokteran, sehingga Dokter Tian tidak kuasa untuk menolak.
“Ada surat yang harus saya tanda tangani supaya gak ada dugaan mal praktek dari kalian?” Tanya Ify mencoba bercanda mencairkan suasana kepada Dokter Tian dan Dokter Evan.
Dokter Tian dan Dokter Evan hanya bisa meringis mendengar candaan Ify.
“Saya akan berusaha untuk menimimalisir resiko itu Fy” Janji Dokter Tian.
“Dan saya membantu semaksimal mungkin” Lanjut Dokter Evan.
“Saya percaya sama kalian” Ucap Ify tersenyum meyakinkan kedua orang didepannya. “Saya pamit, teman saya sepertinya sudah didepan” Pamit Ify.
“Yakin teman? Cowok atau Cewe?” Goda Dokter Tian memcah suasana.
Ify langsung blushing. “Cowok” Ucap Ify nyengir.
“Mau liat ah, ayo kedepan, Mau kenalan” Ajak Dokter Tian lalu berjalan lebih dahulu.
“Ahh, Dokter jangan rese tapi ya” Ucap Ify manja. Dokter Tian memang sudah dianggap sebagai ayah angkatnya.
“Gak janji” Ucap Dokter Tian iseng sambil mencubit hidung Ify. Ify hanya cemberut tetapi senang diperlakukan seperti itu.
“Ify” Panggil Rio yang memang sudah berada didepan Ruang Dokter Evan.
“Pulang Yo?” Tanya Ify.
Rio mengangguk.
“Wah, Ify udah gede yaaa” Goda Dokter Tian.
“Ihh, dokter terus ajaa”
Rio hanya tersenyum mendengar godaan sang Dokter.
“Makanya kenalin” Pinta Dokter Tian.
“Oke, Yo. Kenalin ini Dokter Tian. Nah Dok, ini temen aku namanya Rio.” Ucap Ify. Sedangkan Rio dan Dokter Tian saling berjabat tangan berkenalan.
“Rio/ Dokter Tian”
“Saya Dokter Ify dari kecil” Jelas Dokter Tian melihat keheranan diwajah Rio.
“Yah, HP aku ketinggalan dimeja nih. Yo tunggu bentar ya” Pinta Ify terburu-buru dan langsung masuk kembali keruang untuk mengambil handphonenya.
“Dia gadis istimewa. Gadis favorite saya. Tolong jaga dia ya” Pesan Dokter Tian sambil menepuk punggung Rio dan berlalu meninggalkan Rio yang meng’iya’kan dalam hati pesan dari sang Dokter.
Tak lama Ify keluar dengan handphone ditangan kirinya.
“Pulang?” Tanya Rio.
“Gak! Nginep” Tanggap Ify asal.
“Tidur bareng ya?” Goda Rio
Ify menepuk mulutnya kesal. “Salah ngomong sama penyamun” Keluhnya.
Rio tertawa puas. Lalu mengacak poni Ify gemas, tidak berniat melanjutkan godaannya.
“Jangan ngambek. Ayo pulang” Ajak Rio sambil merangkul Ify.
***
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Rio tetap dengan kejahilannya. Ify tetap dengan pendiam atas semua masalahnya hingga memancing rasa penasaran dari orang-orang disekelilingnya seperti Gabriel, Sivia, Alvin, Deva, dan yang lain. Hingga H-2 dari pertandingan. Dimana sekolah dibubarkan lebih awal. Dimana para atlet yang akan bertanding 2 hari lagi dipulangkan dan besoknya dibiarkan libur untuk menjaga stamina pada hari H. Kondisi Shilla juga masih tetap stabil, walau tidak lagi dibantu oleh alat-alat pemacu dari Rumah Sakit. Hanya saja dia belum diperbolehkan keluar dari sana.
“Pulang mau kemana?” Tanya Rio pada Ify ketika sampai diparkiran, suasana SMA Cagvairs sudah begitu lengang karena para siswa sudah pulang dari satu jam yang lalu. Sedangkan Rio dan Ify baru saja selesai berdiskusi tentang acara ulang tahun sekolah bersama Pak Duta.
“Kemana ya? Pulang? Males.” Jawab Ify.
“Dasar. Tukang ngelayap” Ledek Rio.
“Gak, Cuma kalo masih jam segini udah dirumah ngerasa aneh aja” Jelas Ify.
“Jadi? Mau kemana Tuan Putri?” Tanya Rio lembut.
Ify memutar bola matanya menghindari tatapan Rio. Rio hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Ify.
“Ketempat Bian yuk? Udah lama kan gak kesana bareng” Ajak Ify.
Rio tampak sedikit berpikir. “Ayok” Sambut Rio sambil mengulurkan tangannya bermaksud membantu Ify naik ke cagivanya.
***
Rio dan Ify duduk disebelah sisi kanan dan kiri nisan bertuliskan nama Damian Rakaditya Haling. Setelah menaruh bunga hias disisi makam dan berdoa sebentar. Rio dan Ify sama-sama mengusap nisan seakan sosok Bian lah yang kini dihadapan mereka.
“Kakak kangen kamu” Ucap Ify pelan.
Rio menatap Ify dalam. Tidak ada lagi air mata yang mengalir di pipi gadis itu. Tapi pancaran mata yang menggambarkan kesedihan sudah tidak tersembunyikan lagi. Rio meraih tangan Ify dan menggenggamnya lembut.
“Kita kangen kamu” Ucap Rio.
Ify menoleh kearah Rio dan tersenyum manis lalu mengangguk setuju.
“Udah?” Tanya Rio.
Ify mengangguk. “Kita pulang ya sayang. Damai disana” Pamit Ify sambil mengusap pelan nisan Bian.
“Kita akan kesini lain waktu, doain kakak menang ya pertandingan besok” Ucap Rio sambil bangkit dan membantu Ify berdiri dan berjalan meninggalkan pemakaman.
Kehidupan dan Kematian memang sesuatu yang tidak tertembus intelegensi pemikiran. Sesuatu yang begitu jauh, tetapi sesungguhnya sangat dekat. Terlihat memisahkan, tetapi justru ‘menyatukan’.
***
Rio memarkirkan cagivanya dipinggir lapangan. Berhubung sekolah memang sudah lengang. Ify mengajaknya kembali ke sekolah untuk bermain basket.
“Kenapa gak di lapangan deket Rumah kamu sih Fy?” Tanya Rio sambil menaruh helmnya.
“Maunya disini” Ucap Ify dengan nada sedikit manja.
Rio hanya menghela nafas. “Yah, anak-anak pada sembarangan deh naronya. Punya OSIS kan nih?” Tanya Rio sambil menunjukkan gitar yang tergeletak dekat mimbar.
Ify mengangguk. “Temenin main basket yuk” Ajak Ify.
“Gak mau ah, nanti kamu kecapean” Tolak Rio.
“Kan masih ada besok buat istirahat seharian” Ucap Ify.
“Tapi kan dari kemarin kita udah capek latihan Fy”
“Kan aku gak ngajak latihan, tapi main”
Rio menghela nafas. “Mending kita istirahat deh, kita butuh istirahat yang cukup lho. Udah H-2. Lagian dari kemarin kita gak cape latihan doang” Jelas Rio.
“Yaudah kalo gak mau temenin. Kamu duduk manis disana aja. Aku main sendiri” Ucap Ify seenaknya.
Rio berjalan mendahului Ify dan mengambil bola basket di kaki ring lalu mendribelnya. “Ayo aku ikut” Ucap Rio yang terpaksa menuruti kemauan Ify.
Ify tersenyum. “Gitu dong, hari ini mau full sama Rio” Ucap Ify manja sambil menyambut bounce dari Rio. Rio tidak begitu menanggapi nada manja dari Ify. Menurutnya hanya permintaan yang wajar.
“One by one ya?” Tantang Rio.
“Boleh, kalo kalah harus nurutin permintaan dari yang menang ya?” Tantang Ify balik.
“Siapa takut” Ledek Rio lengkap dengan senyum meremehkannya
Ify hanya memeletkan lidahnya membalas senyum miring milik Rio.
“Mulai” Aba-aba Ify yang langsung membounce bola kearah Rio, dan segera dikembalikan oleh lelaki hitam manis itu. Permainan dimulai.
Tanpa waktu, tanpa wasit, namun tidak mengurangi semangat bersaing dalam diri masing-masing. Meskipun begitu, tawa lepas dan candaan-candaan kecil disela saling dribel, mengshoot masih terlihat dari keduanya.
“Siapa yang menang sih?” Tanya Rio sambil melakukan free style pivot khasnya.
“Gak tau, aku gak ngitung” Jawab Ify polos.
Rio terkekeh. “Yang jelas kamu pemenang, tapi pemenang hati aku” Gombal Rio.
“Gombal!!” Ringis Ify yang langsung berdiri normal, Rio terkekeh dan langsung melakukan shoot. Masuk! Three Point.
Rio memberikan senyum terbaiknya kearah Ify yang menganggap senyum itu justru senyum meremehkan.
“Curang ih” Ucap Ify.
“Gak tuh, kan gak ada peraturan dalam basket. Ngegombalin cewek sendiri adalah pelanggaran” Balas Rio.
Ify manyun.
“Udah yuk. Hampir maghrib nih” Ajak Rio.
Ify menggeleng.
Rio menghela nafas. “Terus mau ngapain lagi?” Tanyanya berusaha sabar, karena ntah mengapa firasatnya mulai tidak enak.
“Masih mau main” Jawab Ify.
“Tapi ...”
“Kita tuh butuh istirahat cukup. Udah H-2. Kita cape bukan hari ini aja. Ah, bosen Rio. Ceramahnya itu mulu” Keluh Ify.
Rio terkekeh dan mengacak rambut Ify yang diikat asal gemas.
“Yaudah, jangan basket. Aku kelewat bosen nih. Nyanyi aja ya” Bujuk Rio sambil menunjuk gitar didekat mimbar. Lapangan Utama sudah terang benderang dengan lampu-lampu yang sengaja dinyalakan oleh Rio tadi.
Ify mengangguk dan langsung melangkah ringan kearah mimbar diikuti Rio dibelakangnya.
“Nih” Ify mengansurkan gitar kearah Rio.
“Kamu kan waktu itu udah privat sama Kak El. Pasti bisa dong” Sindir Rio.
“Cemburu yaaa” Goda Ify.
“Siapa juga” Elak Rio.
“Oh, gak cemburu?” Tanya Ify. “Yaudah, kemaren kak El masih gue gantung jawabannya tuh, tawaran untuk jadi cewek dia. Lumayan, ganteng anak kuliahan lagi” Cerocos Ify seenaknya.
Mata Rio melebar. “Gue jamin kalo loe berani terima tawaran dia. Besok mayat gue udah didepan rumah loe” Ucap Rio ketus.
Ify nyengir. “Jangan dong. Kapan lagi punya cowok ketua OSIS dengan hidung gak mancung kayak kamu” Melas Ify.
Rio melengos, tapi emosinya mereda. “Loe muji apa ngehina sih?”
Ify nyengir. “Dua-duanya. Udah ayok nyanyi”
“Elo duluan yang main, ntar lagu kedua gue deh” Janji Rio.
Ify memutar bola matanya nampak berpikir. “Kalo jelek sama fals jangan salahin ya” Ucap Ify sambil memangku gitar tadi dan mengatur tangannya di kunci-kunci yang diinginkan.
Rio
Looking in your eyes.. I see a paradise..
This world that I found is too good to be true..
Standing here beside you.. Want so much to give you..
This love in my heart that I’m feeling for you..
Ify
Let’ em say we’re crazy.. Don’t care ‘bout that..
Put your hand in my hand baby, don’t ever look back..
Let the world around us.. Just fall a part..
Baby, we can make it if.. We’re heart to heart..
RiFy
And we can build this dream together, standing strong forever..
Nothing’s gonna stop us now..
And if this world runs out of lovers, we’ll still have each other..
Nothing’s gonna stop us..
Ify : Nothing’s gonna stop us now..
Rio
Oh... Oh...
I’m so glad I found you.. I’m not gonna lose you..
Whatever it takes, I will stay here with you..
Take it to the good times, see it through the bad times..
Whatever it takes, is what I’m gonna do..
Ify
Let’ em say we’re crazy.. what do they know..
Put your arms around me baby, don’t ever let go..
Let the world around us.. Just fall a part..
Baby, we can make it if.. We’re heart to heart..
RiFy
And we can build this dream together, standing strong forever..
Nothing’s gonna stop us now..
And if this world runs out of lovers, we’ll still have each other..
Nothing’s gonna stop us..
Ify : Nothing’s gonna stop us now..
Rio : Ohh, All that I need is you..
Ify : All that I ever need..
RiFy : And all that I want to do.. Is hold you forever.. Forever and ever..
RiFy
And we can build this dream together, standing strong forever..
Nothing’s gonna stop us now..
And if this world runs out of lovers, we’ll still have each other..
Nothing’s gonna stop us..
Ify : Nothing’s gonna stop us.. stop us.. Nothing’s gonna stop us..
RiFy
And we can build this dream together, standing strong forever..
Nothing’s gonna stop us now..
And if this world runs out of lovers, we’ll still have each other..
Nothing’s gonna stop us..
Ify : Nothing’s gonna stop us now..
Ify mengakhiri lagunya dengan baik. Sambutan senyum manis Rio makin membuatnya tersenyum lepas. ‘Yeah, Nothing’s gonna stop us now, but no more’ Bathinnya perih.
“Keren untuk ukuran pemula” Puji Rio.
Ify tersenyum. “Masa untuk pemula? Profesional dong”
“Itu kalo loe main piano, sini sekarang gue yang main” Pinta Rio sambil mengambil alih gitar dari tangan Ify.
Ify mengangguk sambil merogoh saku roknya dan mengeluarkan sapu tangan miliknya, lalu mengusap keringat di dahi Rio.
Datanglah sayang dan biarkan ku berbaring..
Dipelukkanmu walau untuk sejenak..
Usaplah dahiku, dan kan kukatakan semua..
Rio menatap Ify lembut yang sedang mengelap keringatnya.
Bila kulelah tetaplah disini..
Jangan tinggalkan aku sendiri..
Bila kumarah biarkan kubersandar..
Jangan kau pergi untuk menghindar..
Ify menghentikan kegiatannya, lalu terpaku menatap Rio. Rasa bersalah kembali mendekapnya..
Rasakan resahku dan buat aku tersenyum..
Dengan canda tawamu walau untuk sekejap...
Karena hanya engkaulah, yang sanggup redakan aku..
‘Sekejap? Semua emang Cuma sekejap dan diakhiri sekarang ini’ Bathin Ify.
Karena engkaulah satu-satunya untukku..
Dan pastikan kita selalu bersama..
Karena dirimulah, yang sanggup mengerti aku..
Dalam susah ataupun senang...
Ify menarik tangannya dan langsung menunduk. Rasa bersalah karena telah mempermainkan hati didepannya membuat nafasnya tercekat.
Dapatkah engkau selalu menjagaku...
Dan mampukah engkau mempertahankanku.. Ohh..
Ify menggeleng kuat-kuat. ‘Maaf Yo’
Bila kulelah tetaplah disini..
Jangan tinggalkan aku sendiri..
Bila kumarah biarkan kubersandar..
Jangan kau pergi untuk menghindar..
Rio mengakhiri lagunya dan sedikit heran dengan sikap Ify yang mendadak hanya menunduk.
“Fy” Panggil Rio sambil berusaha memegang pipi Ify.
Ify menghindar dan menepisnya dengan lembut.
“Kenapa?” Tanya Rio cemas.
Ify mengangkat kepalanya. Membulatkan tekatnya. “Kita Putus!. Maaf untuk semuanya” Ucapnya tercekat sambil berbalik membetulkan tasnya dan berlari pergi. Meninggalkan Rio yang masih terdiam dalam kebingungannya.
***
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar