Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 15b
***
“Hey Fy, darimana aja loe?” Sapa Rio dengan memainkan bola basket ditangannya.
“Dari hatimuu” Gombal Ify sambil mengambil bola basket ditangan Rio. Entah mengapa ada rasa yang menggelitik didalam hati Rio mendengar ucapan Ify.
“Gaya loe” Ucap Rio menoyor Ify.
Ify nyengir. “Muter-muter aja” Jawab Ify santai.
“Muter-muter dimana?” Tanya Rio
“Disekolah lah. Emang dimana?” Tanya Ify balik.
“Kali aja dihati gue abis dari tadi loe bolak-balik dihati gue sih” Gombal Rio, aslinya sih mengungkapkan isi hati =)
“Apadeh loe” Toyor Ify pada Rio. Dan omongan Rio sukses membuat sesuatu bergejolak didalam dirinya.
Akhirnya RiFy tertawa bersama karena canda yang dilontarkan masing-masing. Saat sedang asyik bercanda ada sebuah pandangan yang membuat mereka menghentikan tawa mereka.
***
Sivia sedang berjalan menyusuri koridor sambil mengutak-atik BB ditangannya. Karena terlalu fokus dengan BB yang kini ditangan kanannya membuat Sivia tidak begitu memperhatikan jalan depan hingga dia menabrak seseorang sehingga sesuatu yang juga sedang diotak-atik orang yang ditanraknya terlempar.
PRAKK.
Sivia dan orang yang ditabraknya alngsung menoleh kaget kearah sumber suara.
“Elo lagi !” Ucap orang yang ditabrak Sivia penuh emosi.
“Aduh, Vin sumpah gue ga sengaja” Sesal Sivia pada orang yang ditabraknya yaitu Alvin sambil menunjuk sebuah kamera SLR yang lensanya sudah tidak ditempat semestinya.
“Elo tuh kalo jalan bisa ga sih ga meleng, fokus sama jalanan hangan seenaknya !” Bentak Alvin, terbawa emosi melihat kamera SLR nya hancur ditambah dengan masalah dirumah.
“Ma.. Maaf” Lirih Sivia hampir tak terdengar karena ketakutan dibentak Alvin.
“Selalu kata maaf yang loe bilang setelah melakukan kesalahan” Dengus Alvin.
“Hey, emang begitukan semestinya? Gue salah dan gue minta maaf” Ucap Sivia nyolot.
“Oh ya? Loe pikir loe nabrak gue dan bakwan goreng yang jatoh dari tangan gue?” Ucap Alvin tak mau kalah.
“Karena itu gue minta maaf, loe kenapa sih segitu emosinya” Dengus Sivia.
“Karena SLR gue jauh dan loe Cuma bilang apa? Maaf? Sinting !” Dengus Alvin kasar. Yap jika sudah seperti ini Alvin tidak akan mempedulikan lawan bicaranya.
“Mau lo apa sih? Loe gak pernah diajarin sopan santun ya sama nyokap loe kalo oranng salah minta maaf dan harus dimaafin !” Bentak Sivia. Entah mengapa perkataannya barusan malah membuat Alvin semakin meledak.
“Ga usah bawa nyokap gue!” Ucap Alvin dingin.
“Kenapa? Nyokap lo ga sempet ngajarin loe?” Ledek Sivia.
Alvin terdiam. Matanya memandang tajam kearah Sivia. Entah kenapa emosi yang benar-benar tidak stabil membuatnya mengangkat tangan kanannya dan mengarahkan pada Sivia. Sivia memejamkan matanya melihat tatapan Alvin bak pembunuh di film-film yang pernah ditontonnya. Melihat tangan Alvin terangkat Sivia hanya pasrah menunduk dan meremas kedua tangannya.
“Alvin/Sivia”
PLAKKK
Kejadian barusan sepertinya berlalu begitu cepat untuk Rio dan Ify yang menyerukan nama Alvin dan Sivia setelah mendengar dan melihat dialog Sivia dan Alvin mereka langsung menghampiri Alvia. Untuk Alvin, karena tanpa sadar dia malah menampar Ify menjadikan dirinya tameng melindungi sahabatnya, Sivia. Dan Untuk Sivia karena merasa namanya dipanggil, lalu dia mendengar suara tamparan melayang keras namun dia tidak merasakan apapun dipipinya. Malah dia melihat Ify berdiri didepannya sambil menatap tajam Alvin dan memegangi pipi kirinya.
Dengan gerakan reflek Rio langsung mendorong pundak Alvin dengan kasar, entah apa yang mendorong pergerakannya saat ini. Mungkin tidak rela gadis yang kini menjadi mahkota hatinya tersakiti.
“Apa-apa sih loe Vin” Bentak Rio kasar.
“Loe yang apa-apaan ngedorong gue kasar gini. Seakan loe ga ngerti posisi gue” Balas Alvin mendorong Rio.
“Loe apa sih Vin” Bentak Ify dingin sambil mendorong Alvin. “Mau tambah berapa lagi sahabat gue yang loe sakitin” Lanjutnya sakartis.
“Fy....” Ucap Alvin tertahan, tidak mungkin dia menambah masalah dengan membentak Ify lagi.
“Apa Vin? Seharusnya loe tau Via ga tau tentang loe, kenapa loe malah mau nyakitin dia? Picik banget pikiran loe. Nyakitin cewe !” Bentak Ify.
“Hey kenapa sih? Kenapa sih?” Tanya Cakka yang baru datang bersama anggota d’Cagvrionz lain dan d’V-mile plus Ozy, namun tidak mengurangi ketegangan yang ada.
“Ikut gue Vin” Ucap Rio dingin sambil membalikkan badan setelah memberikan kode ke Cakka dan Gabriel untuk mengikutinya.
Setelah d’Cagvrionz pergi. Para d’V-mile plus Ozy langsung merubungi Ify.
“Aduh Fy, kok jadi gini sih” Ucap Acha panik.
Ify tidak menjawab malah mengusap kasar darah yang sedikit mengalir diujung bibirnya.
“Jangan gitu Fy, nih pake saputangan gue” Ucap Shilla yang juga merasa kasihan dengan kondisi Ify saat ini. “Gue bantu bersihin Fy” lanjutnya yang langsung mengusap lembut bawah bibir Ify.
“Aduh, loe diapain Fy sama si kodok? Biar gue bales” Ucap Agni menggebu-gebu, yap walaupun ada masalah kemarin-kemarin mereka tetap ingin menjaga sendiri masalahnya dengan tidak menyeret sahabatnya ke dalam masalah mereka.
Ify tersenyum miring.
“Ify maaf” Ucap Sivia menyesal.
Ify menggeleng. “Seandainya tadi tangan Alvin mendarat dipipi loe mungkin gue ga akan bisa maafin Alvin. Well gapapa semua udah lewat” Ucap Ify santai.
“Aduh neng ipy baek amat dah” Ucap Ozy tidak habis Pikir.
“Tapi Fy..” Protes Via.
“Ga ada tapi Via” Potong Ify.
“Udah, mendingan sekarang kita ke UKS obatin luka” Usul Acha.
“Yuk”
“Berangkattt” Seru Ozy.
***
Rio mengajak Alvin dan d’Cagvrionz lainnya menuju atap sekolah. Gabriel dan Cakka yang memang tidak tahu menahu kejadian yang terjadi hanya dapat saling berpandangan karena melihat kedua sahabat mereka yang malah saling melempar pandangan tajam seakan ingin membunuh lawan dihadapannya.
“Sebenernya apa yang terjadi sih?” Tanya Gabriel mencairkan keheningan diantara mereka dan juga melepas sebuah kekhawatiran yang tadi menyelubunginya karena sedikit cairan kental merah yang ada di pinggir bibir manis adiknya.
Rio mendengus, Alvin melengos.
“Tanya sama dia” Jawab Rio kembali ke sikap dinginnya yang dari dulu dikuburnya.
“Vin” Panggil Cakka.
Yang dipanggil malah membalikkan badan dan berjalan kepinggir atap. Mengatur Oksigen yang masuk keparu-parunya untuk melepas himpitan masalah yang ada dibenaknya kini.
***
“Riiooo... Rioooo...” Panggil Ify berkali-kali karena sang pemilik nama malah diam.
“MARIO STEVANOOO” Panggil Ify setelah berada didepan Rio yang terus berjalan sampai menabrak Ify yang tiba-tiba menghadangnya hingga keduanya terjatuh.
“Aduhhh.... Ifyy. Kebiasaan loe ga ngilang deh kalo maksa gini” Gerutu Rio kesal karena terjatuh. Kini posisi mereka berhadapan.
“Sapa suruh budek!” Bentak Ify kasar sambil berdiri sambil mengibaskan rok bagian belakangnya.
“Terus mau loe?” Tanya Rio dengan nada sarkatis yang juga ikutan berdiri.
Ify menaikkan alisnya. “Singkirin nada kayak gitu dalam nada bicara loe” Ucap Ify Bossy.
“Singkirin nada Bossy dalam ucapan loe” Sinis Rio.
Rio dan Ify saling memandang tajam.
“Hahahahhahaa” Akhirnya RiFy malah tertawa bersama mengingat kebiasaan waktu SMP dulu yang masih melekat dalam diri masing-masing.
“Ternyata loe belum berubah” Ucap Rio memandang lekat Ify.
“Dan loe tetep Mario Stevano dengan nada bicara sarkatis, angkuh dengan ego tinggi” Ucap Ify.
Rio menaikkan sebelah alisnya. “Seburuk itukah gue?” Tanyanya.
Ify mengangguk mantap.
“Sialan” Gerutu Rio.
“Seandainya, ego loe ga tinggi loe pasti maafin Alvin” Ucap Ify.
“Gue ga suka sahabat gue disakitin” Ucap Rio sambil membuang pandangan.
“Tapi itu nyiksa Alvin. Loe tau dia dan loe lebih kenal Alvin dibanding gue. So, pasti loe tau...”
“Cara dia yang salah, biar dia yang memperbaikinya” Potong Rio.
Ify tersenyum “Masih ada kesempatan untuk memperbaiki semua?” Tanyanya.
“Selalu ada dan akan selalu ada buat Alvin” Ucap Rio bijak.
Ify tersenyum puas. “Mario Stevano emang the best” Pujinya.
“Alyssa gurunya” Ucap Rio bangga.
***
“Nyampe Shill” Ucap Rio sambil membuka sabuk pengamannya. Ya, sesuai kesepakatan kemarin. Sore ini Rio dan Shilla akan mengobservasi lingkungan hijau didaerah Jakarta
“Mulai dari sana Yo” Ajak Shilla sambil menunjuk sebuah Pohon Pinus rindang yang terletak disudut. Rio mengangguk dan langsung mengarahkan kakinya kearah yang dimaksud diikuti Shilla.
Akhirnya mereka berjalan mengelilingi Taman Suropati sambil mencatat hasil Observasi mereka kedalam notes yang ada ditangan masing-masing. Hari mulai menjelang petang akhirnya dengan hasil Observasi yang cukup memuaskan mereka memutuskan untuk beranjak ke kedai ice cream.
@Kedai SweetIce
“Selamat Petang Mas dan Mba” Sapa sang pramuniaga ramah.
“Petang juga” Jawab YoShill kompak.
“Pesen apa Shill?” Tanya Rio.
“Yang enak apa mba?” Lempat pertanyaan diajukan Shilla pada sang Pramuniaga.
“Hmm, kebetulan kedai kami sedang mengadakan Promo Couple Ice, mungkin cocok untuk kalian berdua” Jawab sang Pramuniaga ramah.
Shilla membulatkan matanya. ‘Couple Ice? Sama Rio? MAU!’ Bathinnya menjeritn.
“Gimana Shill? Mau?” Tanya Rio meminta pendapat.
“Terserah loe” Jawab Shilla singkat karena sangat senang.
“kalo gitu Couple Ice nya 2 ya” Pesan Rio.
“Aduh, si mas. Namanya Couple Ice yah satu tempat ada 2 Ice Cream. Jadi satu piring berdua. Cocoklah sama kayak mas dan mbanya ini. Jadi pesen satu aja ya. Oke? Bisa ditunggu” Cerocos sang pramuniaga yang membuat Rio cengo, dan membuat Shilla kegirangan.
‘Satu piring berdua sama Rio?MAU! oh no, you are lucky girl Ashilla’ Bathin Shila meloncat-loncat. Rio sendiri malah pasrah dan berusaha santai untuk makan satu tempat berdua sama Shilla. Bagaimanapun Rio mengenal Shilla. Dia masih belum begitu dekat seperti dirinya dengan Ify. Jadi perasaan canggung itupun tetap ada. Lamunan Rio buyar dengan kedatangan sang Pramuniaga.
“Ini pesanananya. Couple Ice untuk Cute Couple hari ini. LongLast ya Mas Mba” Doa sang pramuniaga tersebut sambil meninggalkan Rio dan Shilla yang cengo mendengar perkataan sang pramuniaga.
‘Secocok itukah gue sama Rio?’ Bathin Shilla bertanya.
Rio hanya geleng-geleng kepala menanggapi ucapan Pramuniaga tersebut.
Akhirnya dengan rasa canggung yang meliputi keduanya, Couple Ice dimakan bersama-sama sampai tinggal setengahnya.
“Gue udahan, kenyang” Ucap Rio
“Sama gue juga, ga nyangka Ice Cream nya banyak gini” Ucap Shilla mengamini.
“Hahahaa, payah loe Shill. Udah SMA makan belepotan kayak anak kecil” Ucap Rio sambil mengambil serbet milik Shilla dan mengusap lembut pipi mulus Shilla. Yang diusap hanya menundukkan wajahnya karena tidak mampu melihat ukiran maha indah sang pencipta yang tidak jauh didekatnya kini.
“Jangan nunduk ga kliatan” Ucap Rio sambil mengangkat dagu Shilla.
Akhirnya Shilla berani mengangkat kepalanya dan menatap Rio. Yang ditatap masih santai membersihkan noda Ice Cream di pipi Shilla.
“Selesai, pulang yuk” Ajak Rio.
“Thanks” Ucap Shilla cepat, seirama dengan detak jantungnya yang kini tengah berlomba.
“Urwell” Ucap Rio sambil melangkah keluar setelah menaruh selembar lima puluh ribuan diatas meja.
***
Hari ini tidak seperti biasanya saat pulang sekolah, Ify tidak langsung pulang kerumahnya, melainkan ke Toko Buku Gramedia untuk membeli sebuah novel yang sedang digemari banyak kawula muda saat ini. Surat Kecil Untuk Tuhan. Saat sedang menelusuri bagian dari rak-rak buku yang tertata rapi tiba-tiba ada yang memecah perhatiannya karena pundaknya dipukul pelan.
“Alyssa” sapa seseorang yang menepuk pundak Ify yang ternyata seorang pemuda.
Ify membalikkan badannya. “Iya? Siapa ya?” Tanya Ify yang merasa asing dengan pemuda dihadapannya.
“Hm, sorry. Gue Elang. Elang Nuraga” Ucap Pemuda tersebut memperkenalkan diri.
“Nuraga?” Tanya Ify memperjelas.
“Yap, tepatnya kakaknya Cakka temen loe” Jawab Elang sambil tersenyum.
“Oh pantes agak mirip Cakka. Kok bisa kenal aku kak?” Tanya Ify.
“Oh waktu itu gue liat loe waktu peform di Taman Ismai Marzuki acara Kids Zone. Disana loe pianis yang juga nyanyi bukan” Tanya Elang memastikan.
“Wah, jadi tersanjung nih. Hahaha Ada apa kak?” Tanya Ify.
‘Apa Ify orang yang tepat?’ Bathin Elang.
“Kak?” Panggil Ify sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“Ah, iya. Loe ada waktu?” Tanya Elang.
Ify memutar bola matanya, nampak berpikir. Tak lama kemudia, mengangguk menyetujui.
“Kita ke food court bawah yuk!” Ajak Elang.
Ify menyetujui dengan isyarat sebuah anggukan dan melupakan tujuan utamanya membeli buku.
***
“Aduh Ya Allah, Kak Ify kemana sih?” Gumam Deva panik karena sedari tadi sang kakak belum pulang-pulang.
“Kak Iel, iya telepon kak Iel” Ucap Deva cepat pada dirinya sendiri dan langsung meraih BB nya yang tergeletak diatas meja ruang tamu dan menekan tombol dengan nama contact kakak sulungnya.
“Halo? Kak Iel? Kak Ify ama loe ga Kak? Dari tadi belum pulang. Dia dimana?” Cerocos Deva
“Santai Dev, dia bilang dia ke toko buku. Tadi dia sendiri” Jawab sang kakak.
“Serius Kak? Kak Ify ga ngambek mau kabur dari rumah kan karena sikap gue tadi pagi?” Tanya Deva ga santai.
“Deva, tenang.Ify ga akan ngambek sama loe. Loe tuh adeknya ter the best ga mungkin dia marah sama loe sampai segitunya” Ujar Iel menenangkan.
“Tapi bener kan Kak? Kak Ify ga marah. Dari tadi dia ga ngasih kabar, ga biasanya. Ga tenang gueeee” Ucap Deva panik.
“DEVAAA, Ify ga papa. loe coba telepon dia” Usul Iel.
“Takut kak, Kak Ify bawel” Ucap Deva
“Dasarr, oke nanti gue yang telepon. Kalo ada kabar gue kasih tau loe. Oke.?” Usul Iel.
“Sipp kak. Cepet Ya!” Kata Deva
“Iya bawel” Seru Iel yang langsung memutuskan sambungan telepon.
Ya bagaimanapun Deva teramat menyayangi Ify.
***
@Food Court.
“Mocha hangatnya dua mba” Pesan Elang pada sang pramuniaga.
“Siap ditunggu” Ucap sang pramuniaga sambil berjalan menjauhi meja Elang dan tempat Ify berada.
“Terus?” Tanya Ify.
“Tunggu minuman” Ucap Elang.
Tak lama sang pramuniaga telah kembali sambil membawakan pesanan Elang dan Ify.
“Thanks” Ucap FyEl kompak (iFY-Elang)
“Kok gue jarang liat loe sama Cakka ya?” Tanya Ify.
Elang melengos. “Cakka ga pernah peduli sama gue” Jawab Elang.
Ify menaikkan sebelah alisnya, gerakan yang dapat seorang Elang.
“Jangan heran, mungkin selama ini gue begitu sibuk sampai ga pernah mikirin Cakka dan Lintar. Gue terlalu sibuk sama dunia gue sebagai musisi, hasilnya? Adek-adek gue pada cuek dan Ortu gue entahlah” Jawab Elang.
“Sesibuk itukah loe sama dunia musik? Ga ada kegiatan berguna untuk orang lain?” Tanya Ify.
Elang mengerutkan kening, berusaha mencerna perkataan Ify. Lalu tersenyum mengerti.
“Tentu adam dan akan gue tunjukkin ke elo dengan satu syarat” Kata Elang.
“Yah, satu syarat. Oke. Apa?” Tanya Ify.
“Bantuin gue perbaiki hubungan gue sama Cakka, untuk Lintar dia mungkin masih bisa terima gue. Tapi ga untuk Cakka” Lirih Elang.
“Deal, kapan loe mau nunjukin ke gue?” Tanya Ify.
“Besok saat loe pulang sekolah gue jemput loe depan gerbang” Ucap Elang “Tapi jangan bilang siapapun loe ketemu gue apalagi ke Cakka” Lanjutnya.
“Sipp gue tunggu” Ucap Ify.
Elang tersenyum puas, merasa nyaman dengan gadis dihadapannya sekarang. “Udah malem, gue anter ya” Tawar Elang sambil melirik jam Sporty yang melingkar ditangannya.
Ify nampak berpikir dan langsung mengiyakan.
***
“Aduh Kak Iel, minta ditebass” Gumam Deva gregetan karena dari tadi Iel tidak memberi kabar tentang Ify.
“Awas besok kalo ketemu gue tabokin tuh orang” Gerutu Dea kaya emak-emak sambil mondar-mandir gaje didepan TV karena merasa bersalah. Tadi pagi telah membentak Ify.
TOKKK.. TOKK... TOKK..
CKREKK
“Malem Dev” Sapa Ify setelah membuka pintu rumahnya dan melihat Deva sedang mondar-mandir gaje.
“KAK IFY! Loe dari mana? Kenapa baru pulang? Kenapa ga kasih kabar? Loe pulang sama siapa?” Cerocos Deva setelah mendengar deru mesin mobil.
“Satu-satu Deva sayonggg. Gue dar toko buku dan food court, baru pulang karena kelamaan ngobrol, Ga kasih kabarm karena gue pikir loe ngambek dan ga akan peduli kapan gue pulang, gue pulang sama temen gue kakaknya Cakka. Puas?” Jawab Ify panjang lebar.
“Kak Ifyyyyyyy. Loe tau ga sih? Gue panik setengah mati. Gue takut loe kenapa-napa, ga biasanya loe kayak gitu loe tau ga sih” Ucap Deva menggebu-gebu.
Ify tertawa “Jadi ga ngambek lagi nih?” Goda Ify sambil merangkul Deva.
Deva malah manyun “Asal loe tau, loe kakak yang paling gue sayang” Lirih Deva.
Ify tertegun mendengar ucapan adiknya. “Dan loe adik yang paling the best dan paling gue sayang” Ucap Ify sambil mengacak pelan rambut Deva. “Jangan cengeng” bisik Ify.
“Gue sayang loe kak. Selamat malam” Salam Deva dan langsung berjalan kekamarnya.
Ify hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Deva malam ini. Dan langsung menuju kamarnya untuk mengistirahatkan matanya.
***
Rumah Cakka.
“Malem Kka, Malem Lin” Salam Elang yang baru pulang dan melihat Cakka dan Lintar yang sedang menonton film.
Cakka tetap terdiam.
“Malem kak” Jawab Lintar.
“Malem Lin, gue tidur duluan” Pamit Cakka tanpa memperdulikan kakaknya.
“Malem Kak” Jawab Lintar lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Cakka.
“Gimana sekolah loe Lin?” Tanya Elang setelah merebahkan dirinya disamping Lintar.
“Menarik” Jawab Lintar singkat, karena memang pada dasarnya dia pendiam.
“Ada kejadian istimewa?” Tanya Elang pada adik bungsunya, berusaha membina komnunikasi yang baik antara adik dan kakak.
Bukannya menjawab, Lintar malah membayangkan kejadian siang jam istirahat saat dirinya diperpustakaan.
FLASH BACK ON
Saat sedang menekuni buku pengetahuan tentang Romawi Kuno di perpustakaan sekolah ada yang menepuk pundaknya.
“Hey, boleh duduk sini?” Tanya orang itu.
Lintar menengadahkan kepalanya ke orang yang menepuk pundaknya lalu mengiyakan pertanyaan orang itu.
“HA-LI-LI-N-TAR” Eja seorang gadis yang tadi menawarkan diri duduk dihadapannya.
Lintar mengangkat kepalanya lagi.
“Cukup Lintar” Ucap Lintar singkat.
“Gue tau, tapi sebelumnya gue ga tau nama panjang loe” Jawab gadis itu.
“Kok bisa ya? Padahal loe kan duduk didepan sekertaris kelas” Ucap Lintar.
Sang gadis tersipu, ternyata lelaki dihadapannya ini walaupun tak banyak cakap namun mengetahui lingkungan disekitarnya.
“Gue pikir loe cuek, tapi loe ngerti lingkungan sekitar” Ucap sang gadis setengah meledek.
“Loe ngeledek Nov? Tanya Lintar pada gadis itu yang ternyata Nova,
“Loe tau nama gue?” Ucap Nova takjub.
“Gue rasa loe amnesia, kita sekelas, Oke!” Tegas Lintar masih cuek.
“Hahahaha” Meledaklah tawa Nova diperpustakaan itu.
“SSSSTTTTTTTT”
Nova langsung membekap mulutnya. Lalu pura-pura menunjuk-nunjuk buku ditangannya karena takut disangka gila oleh tatapan orang disekitarnya dan dihadapannya hanya ada Lintar yang seperti patung sambil menekuni bukunyam jadilah Nova menjadikan buku sebagai alibi.
Diam-dia Lintar tersenyum kecil melihat tingkah gadis dihadapannya. Unik.
“Kenapa loe senyum-senyum” Ucap Nova setelah melihat sedikit senyum Lintar.
“Pede berat loe” Dengus Lintar.
“Rese!” Balas Nova.
“Aneh!” Balas Lintar.
“Bodo!” Ucap Nova pura-pura ngambek sambil berjalan keluar perpustakaan. Tapi entah kenapa dalam hatinya ada kesenangan yang tidak tergambar.
FLASH BACK OFF
“Yee, ditanya malah senyum sendiri” ledek Elang sambil menyenggol lengan Lintar.
“Ehh.. Ohh. Iya. Gapapa. Efek ngantuk, gue keatas duluan Kak” Pamit Lintar sambil ngacir dari ruang Tamu.
Elang menghela nafas berat, melihat tingkah kedua adiknya yang sekarang tak jauh beda. Menjauhi dirinya. Cakka dan Lintar, dua sosok yang terlihat berbeda, namun tak bisa ada yang menyangkal kalau darah lebih kental dari pada air.
***
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar