Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 19a

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 19a



Berhubung suasana jogging pagi yang terlaksana tidak sesuai rencana awal. Mereka masing-masing memutuskan untuk melanjutkan hari dengan kegiatan masing-masing seperti d’Lord (Lintar, Obiet, Ray, dan Deva) serta d’no2tha (Nova, Oik, Oliv dan Thalita (Keke)) yang memilih untuk gowes kearah taman kota setelah sebelumnya pulang kerumah masing-masing mengambil sepeda milik mereka. Sambil bergowes ria mereka terjadilah obrolan tak penting untuk sebagian orang namun penting buat mereka -_-
“Gila tuh Ray rambut loe mengilat gitu?” Komentar Obiet diatas sepedanya.
“Oh, ini gue pake Gel lebih banyak dari biasanya. Lumayan menambah pesona” Ucap Ray santai.
“Oh, gue pikir rambut loe minyakkan” Ledek Oliv.
“Kan elo minyaknya. Rambut loe kali tuh” Ucap Ray balik.
“Yee, elo”
“Elo tuh”
“Elo”
“Elo”
“Elo”
“Elo”
“Elo”
“Elo”
“Elo”
“ELO RAY”
“ELO OLIVIA”
“RAVIA BERHENTIIII” Koor Deva dan Keke barengan.
Ray dan Olivia diam. Saling berpandangan.
“Kok loe berdua kompak sih?” Selidik Ray.
“Tumbenan Ke? Apa seorang Putri udah jatuh ke tangan Pangeran Kodok?” Tanya Oliv
Deva dan Ray saling berpandang. Yah memang semenjak insiden ditaman belakang dan di UKS itu mereka hampir ga pernah lagi ‘bertegur sapa’ alias berantem lagi.
“Apa loe liat-liat? Naksir?” Tanya Deva
“Loe yang liat-liat emang gue pisang?” Tanya Keke.
“Rese loe ya” Ucap Deva.
“Loe lebih rese”
“Ayo, terusin” Koor Obiet.
“Lumayan tontonan gratis” Ucap Oik.
“Nyeh loe berdua, temen berantem. Ckckckck” Ucap Lintar heran.
“Nah elo tumbenan komentar” Ucap Obiet nyengir.
“Loe temen ngomong bukan dihargain” Ucap Nova.
“Eaaa, saling kompak saling ngebela” Ledek Ray.
“DeKe, O2, AvaTar, lumayan gossip baruu” Ucap Oliv.
“Yoyoy, perbincangan mading. Lumayan!” Sambut Ray.
“Loe berdua tumbenan kompak tadi berantem” Sahut Lintar.
“Susah yang sama-sama cewe, biang gossip” Ucap Obiet melengos.
“Wedehh, d’Lord and d’no2tha cinta damai kayak ICL men” Ucap Nova girang.
“Ahh, Ray selingkuh” Ucap Deva kambuh (??)
“Ahh, Deva sayongggss. Aku padamuu” Ucap Ray sambil mendekatkan sepedanya dengan sepeda Deva. Yang lain hanya melengos.
“Tak mau, kamu tak setiaaa” Ucap Deva bak telenovela -_-
“Fine kalo gitu. Ente, Ana, Wassalam” Ucap Ray sambil melepas pegangan kemudi sepeda pada kata wassalam dan mengangkat tangannya hinggaa...
GEDEBUKK...
Ray jatuh ._. ! Yang lain sudah ngakak setan sambil salto -__- Ray? Hanya bisa meringis sambil meratapi nasibnya yang jatuh dari sepeda.
“Ketawa loe semua mita gue bayar tau ga” Ucap Ray kesal.
“Kapan lagi liat ORANG GANTENG Jatuh” Ucap Lintar Ga santai sambil menekankan pada kata yang dicapslock.
“Gini aja loe bilang gue ganteng” Ucap Ray Ketus.
“ORANG GANTENG mau sampai kapan ngemper kayak gitu” Kali ini Nova ikut-ikutan.
“Jangan ikut-ikut si gledek deh loe” Ucap Ray.
“Makanya kalo jadi ORANG GANTENG naek sepeda pegangan” Ucap Oik.
“Sok sih loe” Ucap Obiet.
“Makanya jangan terpesona ama gue. Gue ganteng tapi normal men” Ucap Deva ga nyambung.
“Ga nyambung jelek” Ucap Keke sambil menoyor Deva.
“Sakit jelek” Ucap Deva sambil berusah membalas toyoran Keke. Sayangnya Keke sudah menjauh, kaki Deva agak tersangkut digowesan sepeda namun karena bernapsu (??) untuk membalas dendam jadi tidak menjaga keseimbangannya dan.
GEDEBUKKKK.....
“HAHAHAAHAHHAAA” Makin tergemalah suara ngakak setan dari teman-teman yang lain.

“Untung gue manis jadi ga perlu ikut-ikutan Jatuh kayak dua ORANG GANTENG ini”
Ucap Obiet.
“Bersyukur gue keren, jadi gaperlu ngemper menyedihkan kayak temen gue yang GANTENG ini” Ucap Lintar sambil bertos ria dengan Obiet.
“Udah, kasian tau mereka. Ayo bantuin bangun” Ucap Oik.
“Ntar ah Ik, sayang moment ini kalo ga diabadikan” ucap Obiet sambil mengeluarkan BB nya.
“Yoi, lumayan bikin tulisan mading dengan judul besar-besar. DUA ORANG GANTENG MENGEMPER SEDIH DIJALANAN KOTA KARENA DITOLAK CEWE” Ucap Lintar sambil menenkankan nada disetiap pembicaraannya.
“Anjrit, judulnya” Ucap Deva.
“Kalo itu kejadian, gue pastiin loe berdua ORANG MANIS dan ORANG GANTENG pertama yang masuk perut gue” Ancam Ray.
“Dasar kanibal” Ledek Oliv. Lintar dan Obiet nyengir.
“Udah kasihan mereka. Liv bantu Ray. Ke bantu Deva. Kita minggir dulu aja” Ucap Nova.
“Kok Gue??” Ucap Keke dan Oliv barengan.
“Elo Liv, kan Posisi loe ama Ray deket. Lagian walau jatuh gara-gara Deva, Deva lagi ga bisa ikut bantuin karena jatuh juga -__-“ Ucap Nova.
“Dan elo Ke, Deva jatuh gara-gara loe. Hitung-hitung tanggung jawablah” Ucap Oik.
“Emang Deva hamil?” Celetuk Obiet yang lengannya langsung dipukul Oleh Oik yang tepat disebelahnya. Just Info, semenjak insiden mengantar Oik ke Ruang guru. Obiet jadi lumayan deketlah ama Oik.
“Sembarangan deh” Ucap Oik. Obiet nyengir.
“Ayo minggir dulu” Ucap Nova sambil mengarahkan sepedanya kebangku taman terdekat.

Ngintip yang lain bentar yaa...

Jika d’Lord dan d’No2tha menghabiskan waktu mereka dengan bergowes ria. Berbeda dengan Alvin dan Sivia yang memilih untuk berjalan ke sebuah taman dekat rumah Alvin.
“Rumah loe sebelah mana Vin?” Tanya Sivia.
“Itu, liat yang pagar coklat ada pohon pinus didepannya” Ucap Alvin sambil menunjuk sebuah rumah bergaya eropa campuran dengan adat keraton Jawa Timur.
Sivia memperhatikan Rumah yang ditunjukkan Alvin dengan seksama. Desainnya sederhana tapi elegan tapi bukan itu yang menarik perhatian Sivia tapi adanya bunga edelwais di balkon kamar lantai 2. Tidak begitu kelihatan sih. Tapi Sivia meyakini jika itu benar bunga edelwais, secara Sivia memang pecinta bunga berkelopak indah itu.
“Vin.. Vin..” Ucap Sivia ga santai sambil menepuk-menepuk bahu Alvin yang sedang mengistirahatkan kakinya.
“Apaan sih” Ucap Alvin cuek sambil sabil menengok kearah Sivia memang memanggilnya tapi pandangannya tidak mengarah kearah Alvin membuat Alvin bingung sendiri. ‘Jangan-jangan nih anak kesambet lagi?’ Bathin Alvin.
“Vin? Itu Vin..” Ucap Sivia.
“Kenapa sih loe? Liat setan?” Tanya Alvin.
Sivia memukul bahu Alvin keras.
“Sakit Sivia. Loe liat apa sih?” Gerutu Alvin sambil mengusap bahunya.
“Hehehe, Sorry Vin. Kelewat semangat” Ucap Sivia nyengir.
“Kenapa loe? Semangat duduk sebelahan sama Prince Charmings Cagvairs?” Tanya Alvin.
Via mengerucutkan bibirnya “Males banget”
Gantian Alvin yang nyengir “Kenapa loe?”
Sivia kembali berbinar mengingat tujuannya untuk menanyakan Edelwais tadi.
“Eh Vin, Kamar lantai 2 itu kamarnya siapa?” Tunjuk Sivia to the point.
“Kamar gue” Jawab Alvin cuek.
“Hahh?” Ekpresi Sivia tidak percaya.
Alvin mengernyit. “Ga percaya loe?” Tanya Alvin seperti membaca pikiran Sivia.
Sivia mengangguk mantap.
“Give me the reasons about it” Sahut Alvin.
Sivia memutar bola matanya.
“Pasti ada alasannya kan?” Tanya Alvin.
“Ada sih, loe kan cuek gitu, Kok bisa-bisanya melihara bunga cantik semacam edelwais gitu?” Tanya Sivia.
Alvin tersenyum tulus, tulus tidak seperti biasanya. Sivia sampai terperangah melihatnya mengingat insiden saat berbaikan dengan Alvin.

FLASH BACK ON

...........................
Sivia terdiam, menatap Alvin sejenak sebelum akhirnya menubruk Alvin dan menumpahkan segala emosinya disana. Entah mendapat dorongan darimana. Gerakan tangan Alvin cepat balik merengkuh tubuh Sivia. Setelah puas Sivia melepaskan dirinya dari Alvin lalu menunduk.
“Sorry” Ucap Sivia pelan tapi cukup didengar Alvin.
“Fine, cewek galak macam loe cengeng juga ya” Ucap Alvin.
Sivia manyun sambil memukul lengan Alvin. “Rese”
Tidak menanggapi perkataan Sivia, Alvin memilih untuk menggunakan kedua tangannya mengusap airmata Sivia yang masih tersisa. Membuat Sivia sendiri blushing.
“Gue ga mau disangka abis ngapa-ngapain loe sampai muka loe sembab gitu” Ucap Alvin sambil masih berlagak cuek.
“Gue.. Gue mau minta maaf. Gue ga tau apa-apa tentang loe dan gue ga ada hak untuk ngomong kayak gitu ke elo. Sekali lagi gue minta maaf” Ucap Sivia dengan satu tarikan nafas.
“Widihhh, ngerepetnyaa.. Kayak kereta” Ucap Alvin amazing.
“Gue serius Vin” Ucap Sivia kesal.
Alvin tersenyum. Senyum tulus yang dilihat Sivia pertama kalinya.
“Gue juga minta maaf ya, Ga seharusnya gue berlaku kasar.” Ucap Alvin.
Sivia mengangguk.
“Mau gue anter pulang?” Ajak Alvin.
Sivia nampak berpikir sebentar. Lalu tersenyum dan mengangguk.
Akhirnya Alvin mengantarkan Sivia pulang hingga sampai depan agar rumah Sivia.
“Mau mampir?” Tanya Sivia.
“Ga, makasih. Gue langsung aja.” Jawab Alvin.
“Oke, hati-hati ya Vin.” Ucap Sivia sambil melangkah memasuki perkarangan rumahnya.
“Gue...” Ucap Alvin yang cukup membuat langkah Sivia terhenti dan menghadap kearahnya kembali. Terlihat Alvin dengan wajah seriusnya. Sambil memandang lurus kedepan tidak mengarah ke Sivia.
“Gue?” Tanya Sivia.
“Gue benci air mata dan gue harap ini pertama dan terakhir kalinya gue liat loe nangis” Ucap Alvin dengan gaya cuek namun nada serius sekaligus tulus tidak dapat disembunyikannya. Dengan sekali gerakan, dipakainya helm full facenya dan langsung menggas Cagiva hitamnya dan melajukannya hingga hilang di tikungan. Meninggalkan Sivia yang masih mematung.

***

FLASH BACK OFF

“Woy, SIVIAAA” Panggil Alvin.
“Hadir! Loe kenapa teriak-teriak gitu sih Vin. Gue belum budek kali” Gerutu Sivia.
“Loe, dipanggil-panggil ga nengok plus nyaut cantikk” Ucap Alvin kesal.
Sivia nyengir.
“Nyengir loe. Jadi males” Ucap Alvin.
“Idih ngambek. Eh iya, tentang Edelwais...” Ucapan Sivia terpotong.
“Bunga kesayangan nyokap gue” Jawab Alvin datar.
“Ohh. Itu nyokap loe bukan Vin?” Tanya Sivia sambil menunjuk kearah seorang laki-laki dan wanita yang baru saja keluar dari rumah mewah itu.
Mata Alvin menyipit, berusaha menangkap pandangan yang ada dihadapannya. Tangannya tanpa sengaja mengepal keras dan rahangnya mengeras seperti menahan emosi. Sivia yang sadar sepertinya pertanyaannya salah, langsung panik sendiri. Gila kali, baru kemaren baikkan, sekarang udah musuhan lagi.
“Vin?” Panggil Sivia pelan takut-takut.
“Ikut gue” Titah Alvin sambil menggengam pergelangan tangan Sivia keras dan menariknya, berjalan sepertinya kearah rumahnya. Sivia yang benar-benar takut karena sepertinya Alvin sedang dalam keadaan marah hanya bisa pasrah mengikuti.
Sekarang Alvin dan Sivia sudah ada dihadapan Laki-laki dan perempuan yang ditunjuk Sivia tadi.
“Pagi Alvin, Wah si cantik ini pacar kamu ya Vin?” Tanya wanita itu alias Kinan –Calon istri Papa Alvin-
Alvin melengos, tidak peduli dengan pertanya wanita itu. Setelah melepas genggamannya pada Sivia, Alvin langsung masuk kedalam Garasi.
“Wait here” Titah Alvin sebelum meninggalkan Sivia.
“Alvin yang sopan” Bentak Papanya. Alvin masih tetap tidak peduli dan masuk ke garasi menyiapkan cagiva hitamnya.
“Naik Vi” Ucap Alvin pada Sivia yang yang masih mengelus pergelangan tangannya yang memerah akibat genggaman Alvin yang kelewat keras. Sivia naik.
“Mau kemana Vin? Masih pagi gini?” Tanya Kinan ramah.
“Siapa loe ngurus urusan gue? Udah jadi Sindunata Family?” Tanya Alvin dingin.
“ALVIN!!” Bentak sang Papa.
“Kenapa Pa? Daripada Papa buang-buang waktu nanyain aku, marahin aku. Mendingan Papa sekarang berangkat dan Siap-siap rapat menandatangani seluruh dokumen yang udah jadi anak Papa sendiri” Ucap Alvin datar.
“Cukup Vin!!” Ucap sang Papa.
“Sabar Mas, jangan emosi” Nasihat Kinan sambil mengusap pundak sang calon suami. Alvin melengos. Melepar pandangan sinis kearah Papanya dan Kinan. Sedangkan Sivia hanya mendengar berbagai rentetan kejadian dengan tetap menundukkan kepalanya. Sivia tidak begitu terbiasa dengan suasana ini. Keluarganya benar-benar damai. Tidak pernah seperti ini. Sivia berusaha menyatukan kepingan kejadian saat bersama Alvin sampai saat kejadian ini. Dan membentuknya sebuah cerita.
“Mang Diman aku berangkat ya. Jangan lupa Edelwais MAMA” Pesan Alvin kepada tuan kebunnya sambil menekankan kata yang dicaps.
“Iya Mas” Sahut sang tukang kebun yang memanh sudah dekat dengan Alvin karena satu hal. Begitu telaten merawat bunga Edelwais yang ditanam Mamanya.
Setelah berpesan Alvin segara menstarter cagivanya dan langsung melajukan motor kesayangannya dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang sepadan bila melajukan didaerah komplek.

***

Balik ke Deva dkk yuk...

Keke dan Oliv seperti sedang berkompetisi mengobati luka Deva dan Ray akibat terjatuh tadi dengan bantuan tisu, air minum dan plester yang dibeli diwarung terdekat. Tempat mereka tidak bersebelahan sih. Bahkan bisa dibilang berjauhan karena pas Deva dan Ray duduk bersebelahan malah saling nyolot-nyolotan seperti anak TK -___-
Sedangkan Oik, Obiet, Nova dan Lintar lebih memilih jalan-jalan sendiri setelah memarkirkan Fixie mereka ditempat Ray dan Deva diobati lukanya.
“Danau/ Ensiklopedi” Seru Obiet dan Oik yang berbarengan mengucapkan kata Danau diimbangi Nova dan Lintar yang berbarengan mengucapkan Ensiklopedi.
Mereka saling berpandangan lalu tertawa,
“Itu tuh, ada kayak stand pecobaan yang ada di Iptek, kebetulan kemaren gue baru baca” Ucap Lintar.
“Sama, gue juga: Ucap Nova.
“Gue liat tempat yang menyenangkan” Ucap Obiet.
“Dan amazing banget” Seru Oik.
“Oke, sepertinya udah nemuin tempat buat  nongkrong. Gue kesana duluan” Pamit Obiet.
“Gue ikut” Ucap Oik.
Obiet mengangguk dan terus berjalan.
Tinggal Nova dan Lintar.
“Kesana?” Tanya Lintar.
“Yes” Ucap Nova berbinar.
Akhirnya mereka melangkah menuju stand tersebut.

***

Deva – Keke.
“Selesai” Ucap Keke puas.
Deva tidak menanggapi, sibuk meniup-niup lukanya.
Keke memutuskan duduk disebelah Deva sambil meluruskan kakinya yang tadi berjongkok mengobati luka Deva.
“Bilang terima kasih aja susah banget” Sindir Keke.
Deva yang merasa ucapan Keke untuknya menengok kearah Keke. Gadis imut disampingnya dengan sedikit peluh didahinya entah mengapa membuat pandangan Deva tak ingin beralih.
“Kenapa loe liatin gue gitu” Tanya Keke garang.
“Loe cantik Ke” Ceplos Deva yang langsung menutup mulutnya. Keke blushing.
“Emm, maksud gue makasih Ke, Iya makasih udah ngobatin” Ucap Deva cepat.
“I.. Iya Dev, sama-sama. Gue, juga mau bilang makasih atas pertolongan loe waktu itu ditaman belakang” Ucap Keke.
“Udah sepatutnya Ke” Ucap Deva. Entah mengapa kata-kata itu yang muncul dari mulutnya.
Keke terdiam mencoba mencerna apa kata Deva barusan. Deba juga terdiam, merutuki dirinya mengapa kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.
“Ke/ Dev” Ucap Deva dan Keke berbarengan.
“Loe duluan” Ucap Deva dan Keke berbarengan. –lagi-
“Ladies First” Ucap Deva.
“Oke, gue mau tanya kok waktu ditaman belakang loe bisa ada sih?” Tanya Keke.
“Gue udah ada dari awal kali Ke” Aku Deva.
“Kok bisa?” Selidik Keke
‘Mati loe Dev, masa gue jawab karena gue ga mau Keke jadian ama Rizky. Ntar Keke GR lagi’ Bathin Deva gengsi -__-
“Gue Cuma lewat kok, karena penasaran gue lanjutin deh” Dusta Deva.
“Oh” Cuma itu yang keluar dari mulut Keke. Entah ada perasaan kecewa menyergap dirinya saat mendengar ucap Deva. “Oh, ya tadi loe mau ngomong apa?” Tanya Keke.
“Oh.. Eh itu.. Ga penting” Ucap Deva.
“ihh Yaudah gapapa. Gue penasaran” Ucap Keke.
“Engg itu. Waktu itu kan loe bilang loe udah punya pacar. Itu bener?” Tanya Deva.
Keke memutar bola matanya, sedikit mengingat. “Belum kok” Jawab Keke singkat.
Deva menghela nafas lega “Pantes, siapa yang mau pacaran sama cewe galak macem loe” Ledek Deva yang membuat Deva menunduk.
“Tapi ada alasan kuat kenapa gue jawab gue udah punya pacar” Lirih Keke.
“Apa?” Tanya Deva
“Karena emang udah ada orang spesial dihati gue” Ucap Keke sambil tersenyum manis.
Deva terdiam ‘Kok kayaknya ada yang ganjil sama gue ya?’ Bathin Deva.

Ray – Oliv

“Oke, gue akuin cewek galak model loe bisa telaten juga” Tanggap Ray sambil mengusap pelan pinggiran lukanya.
“Loe muji atau menghina sih?” Tanya Oliv yang sedang mencuci tangannya dengan air minum miliknya.
“Peace damai lah, lagi males ribut.” Ucap Ray.
“Sama!”
“Aduh, untung Cuma luka. Gimana kalo sampai patah?” Ucap Ray.
“Lebay loe. Gitu doang juga, Ragu gue loe cowok atau bukan” Dengus Oliv.
“Eh, sial banget loe. Jangan-jangan loe ngefans ya sama gue jadi memperhatikan gue gitu” Goda Ray.
“Gak sudi. Bikin sakit mata” Ucap Oliv.
“Kok ngajak ribut?” Tanya Ray.
“Merasa? Gue nggak” Ucap Oliv.
“Ah. Tau ahh” Ucap Ray frustasi.
“Sarap” Ucap Oliv.
“Bodo, Eh yang waktu itu kata-kata loe bagus, nenangin banget. Copy paste darimana?” Tanya Ray.
Oliv menoyor Ray “Dasar otak bajakan taunya gitu doang, Original dari gue lah” Ucap Oliv.
“Ihh, sakit. Tapi makasih ya. Lumayan, membuka otak gue” Ucap Ray terdengar tulus.
Oliv tersentak, terdengar nada tulus dari ucapan Ray membuatnya menoleh dan mendapati cowok itu tengah menatapnya dengan tatapan tulus. Oliv jadi salah tingkah sendiri.
“Kenapa loe?” Tanya Ray bingung.
“Hah? Ga, Gapapa. Itutuh si Nova ama Lintar seneng amat kayaknya” Ucap Oliv ngeles sambil menunjuk AvaTar. Ray mengikuti arah telunjuk Oliv memang terdapat Lintar dan Nova yang sepertinya tengah berrcanda.
“Kok bisa?” Tanya Ray.
“Loe tanya gue, gue tanya siapa?” Jawab Oliv.
“Tanya hati” Ucap Ray asal.
“Dasar dodol, korban lagu” Ucap Oliv.
“Yah, coba deh kalau loe lagi bingung dengerin apa kata hati loe. Karena kata hati nyatanya emang pilihan terbaik kan?” Ucap Ray sambil memandang Olivia. Olivia terdiam, mencerna setiap apa yang dikatakan Ray.
“Loe lagi ga bercanda kan Ray? Atau ngegombal gitu” Tanya Oliv.
“Tanpa harus gue jawab seharusnya loe tau jawabannya. Kapan seorang cowok playboy kayak gue ngegombal atau memang tulus dari sananya” Jawab Ray sanbil memandang lurus.
“Ga ada bedanya Ray” Ucap Olivia polos.
Ray menengok kearah Oliv. “May you read my eyes ? Because eyes cannot Lie” Ucap Ray sambil memandang Olivia. Tatapan mereka bertemu pada satu titik. Dan entah mengapa ada perasaan menggelitik yang begitu nyaman diantara mereka. Tersadar, mereka langsung memalingkan wajahnya.
“Aneh, perasaan tadi gue gowes santai, Tapi kenapa ngos-ngosan (??) gini ya jantung gue” Bathin Ray.
“Kayaknya udah dari tadi istirahat kenapa masih ga beraturan gini detak jantung gue?” Bathin Oliv.

Ngintip Cakka dulu ah, sebelum ke O2 dan aVaTar.

Cakka memainkan gitarnya dengan asal. Pikirannya melayang penasaran kewaktu jogging tadi.

FLASH BACK ON

Setelah Rio pergi meninggalkan lapangan basket tempat beristirahat selepas jogging pagi. Cakka menghampiri Ify ingin menanyakan perihal waktu Ify pulang sekolah tidak bersama Rio atau Gabriel tapi bersama Kakaknya, Elang.
“Fy” Panggil Cakka.
“Kenapa Kka?” Tanya Ify.
“Emm, waktu pulang sekolah hari kamis kemarin loe pergi sama siapa?” Tanya Cakka.
Ify agak suprised mendengar pertanyaan Cakka, namun berusaha tetap tenang.
“Gue rasa tanpa gue jawab. Loe tau kali Kka” Jawab Ify sekenanya.
“Oke, pertanyaan gue ubah. Ada urusan apa loe sama dia?” Tanya Cakka.
“Penting Kka? Kayaknya loe juga gak mempedulikan dia” Jawab Ify –lagi-
Cakka mendengus keras. Lalu berjalan langsung meninggalkan Ify yang menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

FLASH BACK OFF

“Kka, Cakka” Panggil Elang sambil menggoyahkan bahu Cakka.
Cakka menatapnya sarkatis.
“Ngapain loe bengong gitu?” Tanya Elang.
“Penting buat loe?” Tanya Cakka sinis dan berlalu meninggalkan Elang.

***

“Ahh, Lintar Lintar. Rambut loe udah berdiri gitu, ngapain pula pake tuh mesin buat bikin rambut loe jiggrak lagi?” Komentar Nova tertawa puas.
“Yaudah, pake rambut loe sini” Ucap Lintar
“Enak aja, ga mau ! berantakkan” Ucap Nova histeris.
Lintar menutup kupingnya. “Santai kenapa sih ngomongnya, jarak kita ga lebih dari 50 centi meter oke” Ucap Lintar berbisik mendekat kearah Nova.
Nova sendiri blushing.
“Gitu aja malu” Cibir Lintar.
Spontan Nova memukul Lintar memakai mistar yang dibuat mengukur kedalaman minyak dan air yang dicampurkan.
“Sakit, Nova” Ucap Lintar sambil mengacak rambut Nova.
“Ahh Lintarrrrr” Teriak Nova melengking. Langsung saja Lintar membekapnya.
“Berisik tau ga sih, ntar disangka gue ngapain loe” Ucap Lintar masih membekap mulut Nova.
“HHMBETF^^$%$%^&%%$@)HGDH”
“Kenapa?” Tanya Lintar santai.
Nova menggigit tangan Lintar.
“Adaww sakitt” Ringis Lintar meratapi tangannya.
“Gue keabisan napas gledekkk” Ucap Nova gemas. Lintar nyengir.
“Kalo gue keabisan napas gimana? Trus meninggal? Trus banyak orang sedih? Trus........” Cerocosan Nova berhenti, karena jari telunjuk Lintar tepat didepan bibirnya kini.
Pandangan mereka bertemu. Lintar sadar dan menurunkan tangannya.
Mereka sama-sama terdiam dan membuang pandangan.
“Loe bawel banget sih” Ucap Lintar berusaha mencairkan suasana
Nova berusaha tersenyum. Berusaha mengendalikan senyum agar tak terlihat aneh karena salting.

Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar