Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 13
“Ag, sumpah permainan loe jelek banget” Ucap Ify saat bermain basket berdua dengan Agni.
Agni menatap Ify. “Ahhh.. Damn !” Seru Agni sambil menyentakkan bola basket ke tanah lalu beranjak ke sisi lapangan. Ify mengikuti.
“Loe kenapa sih? Trus kenapa tadi disekolah loe kayak gitu?” Tanya Ify.
Agni terdiam, hanya memandang lurus ketengah lapangan.
“Oke, mungkin kalo loe ga mau cerita saat ini. Lebih baik loe pulang aja. Sepertinya loe butuh ketenangan” Saran Ify.
Agni tersenyum tipis. “Oke gue duluan ya? Maaf untuk latihan hari ini” Ucap Agni sambil beranjak berdiri meninggalkan lapangan. Ify mengangguk.
***
Jam Istirahat..
“IPYYY, APINNN, IELLL” panggil Rio heboh.
“Idih apaan loe? Heboh amat” Ucap Iel.
Rio nyengir.
“Nyengir loe, nama gue Ify ya? Ga pake ngajak sparing loe” Jawab Ify.
“Boleh tuh Fy” Samber Rio.
“Hha?” Tanya Ify ga ngerti.
“Ayo kelapangan, kita sparing one by one” Ajak Rio sambil menarik tangan Ify. Teman-temannya mengikuti.
“Wehh, woy slow woy. Gue ga bawa celana olahraga” Ucap Ify sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rio.
“Pake Rok kan bisa” Kata Rio santai.
“Enak aja, ngga mau” Ucap Ify.
“Harus mau, pengecut ahh” Ucap Rio dengan santainya.
“Iya gue mau” Ucap Ify yang merasa dipanas-panasi.
“Gitu dong. Ayo kelapangan” Kata Rio sambil merangkul Ify.
“Woy ngga pake rangkul ya” Kata Ify.
“Emang kenapa sih?” Goda Rio sambil mencolek dagu Ify
“Risih”
“Jiah, yaudah gini aja” Kata Rio sambil mengacak Rambut Ify.
“RIOOOOOOO” tapi sayang Rio udah kabur duluan menuju lapangan, meninggalkan Ify yang sedang kesal. Tidak tinggal diam, Ify langsung mengejar Rio.
“Ya Tuhan, itu anak dua selalu rusuh ya?” Tanya Iel pada siapapun yang menjawabnya.
“Yoi, Ify bawel, Rio kadang suka lebay, jadi gitulah kalo digabungin” Jawab Alvin.
“Dan yang pastinya sepi ngga ada mereka” Ucap Cakka.
“Yaiyalah, orang biang rusuhnya mereka” Kata Sivia.
“Apalagi Ify” Cibir Acha.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan kelapangan.
Lapangan..
Sesampai Alvin dkk, Sivia dkk dilapangan bukannya battle basket yang mereka saksikan, melainkan Rio VS Ify yang sedang mengacak rambut satu sama lain. *-_-*
“Pupbay udahan dongg” Pinta Ify sambil merapihkan rambutnya.
“Ngga. Loe merusak tatanan indah rambut gue” Ucap Rio ngga mau kalah.
“Idih, tapi kan impas, loe duluan”
“Ngga, merasa...” Jawab Rio santai.
“Woy udahan kenapa? Katanya mau battle yaudah sok atuh” Ucap Cakka.
“Dih gak mau, gue pake rok, susah gerak Cakk” Ucap Ify.
“Bilang aja takut” Ucap Rio meremehkan.
“Gue ngga takut, ayo Mulai” Ucap Ify terpancing.
“Kka wasit. Yel Jump Ball” Atur Rio sambil melempar bola basket ditangannya ke Gabriel.
Oke..
1..
2..
3..
PRIIITTTTTT
Jump Ball dilakukan, tapi karena badan Rio masih lebih tinggi dibanding Ify jadi kekuasaan bola ada ditangan Rio.
“Ahh.. Damn” Rengut Ify yang langsung mengejar Rio.
“Hati-hati sama Roknya Non” Pesan Rio sambil melirik genit ke rok Ify.
“RIIOOO”
“Apa cantik? Ayo serius ambil nih bola” Ucap Rio menghentikan dribblenya tapi langsung mengeshoot kearah Ring, dannn..
PRIIITTTTTTTT
“Three Point for Mario Stevano” Ucap rio bangga sambil mencolek dagu Ify.
Ify tersenyum miring. “liat hasil akhir, sepertinya ide bagus” ucap Ify sambil memasang senyum meremehkan.
“I will see”
Permainan masih terus berlanjut hingga bola ada ditangan Ify. Dan tentunya dengan cara pertahanan yang dimilikinya dengan baik. Bola tersebut masih ada ditangannya. Pertandingan berjalan sembilan menit hingga skor menunjukkan angka 20-18 dan kemenangan masih ditangan Rio. Sedangkan sekeliling lapangan sudah dipenuhi oleh siswa Cagvairs yang ingin melihat battle the most wanted boy dan girl mereka. Apalagi sesama kapten basket.
“Satu menit lagi” pikir Ify, Ify memperhitungkan waktu yang berjalan dengan baik. Ify masih dalam posisi bertahan sambil mendribble bola. ‘Yap sekarang’ batinnya. Ify mulai melangkahkan kakinya ke area garis three point dan dengan penuh perhitungan langsung mengshoot ke arah Ring dan.............
PRITTTTTTTTTTTTTTTTTT..
PRITTTTTTTTTTTTTTTTTT..
Dua peluit berbunyi panjang menandakan kebalikan antara Rio dan Ify yaitu menjadi 20-21.
“Yess, gue menangggg” Ucap Ify bangga.
“Ify emang the besttt” Ucap Acha.
“Woyadonggg, temennya aja gue” Ucap Sivia
“GAKKK NYAMBUNGGG” Koor yang lain.
“Seperti biasa, selalu penuh dengan perhitungan” Ucap Alvin sambil bertoss riaa dengan Ify.
“Dan gue selalu lupa kalo loe suka ngulur waktu” Ucap Rio yang sudah ada dibelakang Ify.
“Gue kagum, mesti berguru sama loe” Ucap Cakka.
“Kecerdasan loe emang selalu terbukti dimanapun” Puji Gabriel.
Ify tersenyum tipis.
‘Selalu Ify, kenapa sih Ify yang selalu sempurna, dimata d’V-Mile, d’Cagvrionz. Ify selalu d’best. Dan semua perhatian selalu ke Ify kenapa sih’ Bathin seseorang.
“Kak Ify.. permainan loe keren, emosi loe bagus Kak” Ucap seseorang yang tak lain adalah Obiet.
‘Huhh, bahkan adek gue sendiri bilang Ify d’best. Gue dibanding Ify bener-bener ngga ada apa-apanya. Gue ngerasa ngga ada yang nyadar keberadaan gue’ Bathin seseorang yaitu Shilla.
“Ahh, payah loe Kak, kalah sama cewe” Sungut Ray.
“Yee, coba aja loe lawan dia. Ngambil bola kalo bisa aja gue tepuk tangan” Ucap Rio meremehkan.
“Huhh. Rese punya kakakak kayak loe. Adenya dijatohin mulu” Ucap Ray “Kak Ify loe jadi kakak gue aja. Loe kan cakep gue cakep, masa punya kakak kayak Kak Rio yang jelek, item, pesek *piss RISE*” Cerocos Ray yang langsung ditatap dengan aura neraka oleh Rio.
“Wohhh, ngga bisa Ray ini kakak gue, dan gue ngga sudi sodaraan ama loe” Ucap Deva.
“Wehh, daripada rebutan. Kak Ify kakak gue” Ucap Obiet.
“GAK” Ucap ray dan Deva kompak.
‘Terus aja Ify. Sadar woy ada gue disini. Ada ASHILLA bukan hanya ALYSSA” Bathin Shilla berteriak.
“Shill, dari tadi kok diem aja? Sakit?” Tanya Ify.
“Mmm, gak papa kok” Ucap Shilla sambil memaksakan senyum.
“Kok diem aja daritadi?” Tanya Rio.
“Ciiieeee Rio perhatian nih” Koor yang lain.
“Jiah, sebagai temen kali ya?” Ucap Rio. Kontan yang tadinya muka Shilla agak memanas karena sorakan temannya yang lain. Langsung tercekat mendengar omongan Rio pada kata TEMEN. Ada perasaan tidak rela pada dirinya.
“Ehm, gue ke toilet dulu deh” Pamit Shilla tanpa menatap teman-temannya. Karena dia yakin saat ini wajahnya tengah tidak karuan menahan emosinya sendiri.
“gue ikut Shil” Pinta Agni yang langsung menyusul Shilla.
“Ag” Panggil Cakka.
Agni yang tadinya melangkah langsung berhenti namun tanpa menoleh lagi.
“Gue masih membutuhkan alasan” Ucap Cakka.
Agni terdiam.
“Ag, bukan Cuma Cakka yang butuh alasan, gue dan semuanya juga. Kalau loe masih menganggap sahabat” Ucap Ify.
Yang lain hanya terdiam mendengar perdebatan satu pihak yang hening (??)
“Bukan urusan loe Fy” Tanggap Agni dingin.
Ify tersenyum miring “Well, ternyata bukan urusan gue.” Ucap Ify santai namun terdengar seperti sentakkan tajam ditelinga teman-temannya.
“Kak Ifyyy” Panggil Deva.
“Dia butuh waktu Dev” Tahan Gabriel. Deva mengangguk.
***
“Kak” Panggil Obiet sambil menahan pintu jazz Silver yang dikendarai oleh Ify.
“Kenapa Biet?” Tanya Ify santai seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
“Loe lagi banyak masalah ya?” Tanya Obiet.
“Anak kecil sok tahu” Ledek Ify.
Obiet manyun. “Loe mau kemana?” Tanya nya.
“Gak tahu” Ucap Ify santai.
“Yee, sengak, ngatain gue sok tahu, padahal emang bener loe lagi galau” Cibir Obiet.
Mau tak mau Ify tertawa kecil karena omongan Obiet.
“Kok ketawa? Gue pulang bareng loe ya? Ntar gue rekomendasiin tempat bagus buat nenangin diri.” Ajak Obiet.
“Cagiva loe gimana?” Tanya Ify.
“Ngga bawa, tadi gue sekolah ama kak Shilla naek mobil, eh gue malah ditinggalin. Jadi sekalian aja gue mau nebeng sama loe” Cerocos Obiet.
“Huuu, bilang aja mau nebeng. Yaudah ayo masuk sana” Ucap ify menunjukkan kursi disebelah pengemudi.
“Nggak, gue yang nyetir. Gue kan ngga mau berkorban nyawa gara-gara yang nyetir lagi depresi” kata Obiet seenaknya.
Ify tertawa kecil lalu keluar dari mobilnya, menyerahkan kunci mobil ke Obiet dan segera berpindah ke kursi sebelah pengemudi.
‘Bahkan loe lebih memilih pulang bareng Ify ketimbang gue kakak loe?’ Bathin seseoranng yang melihat Ify menyerahkan kunci mobil ke Obiet.
***
Sesampai ditempat yang dimaksud Obiet. Ify dan Obiet langsung duduk diatas rerumputan dipinggir danau. Tempat yang dimaksud Obiet adalah sebuah danau buatan yang dikelilingi taman berhiaskan pohon-pohon yang rindang. Cukup untuk seseorang yang tengah mencari inspirasi atau hanya menenangkan pikiran. Ify duduk sambil melonggarkan pernafasannya yang sepertinya lumayan sesak menahan emosi. Dengan memejamkan mata dan menikmati sang angin yang membuat rambut indahnya menyapu wajah cantiknya.
“Udah tenang?” Tanya Obiet sambil memandang lurus kedepan.
“Lumayan”
“Gak nyangka orang kaya loe bisa depresi juga” Ucap Obiet.
“Dan gue paling gak nyangka, kalo orang kaya loe bisa tau tempat indah kayak gini”
Obiet tersenyum miring. “Yang tau tempat ini Cuma loe, belom ada diantara sahabat gue, ataupun orang terdekat gue sekalipun keluarga gue ajak kesini”
Ify menaikkan alisnya.
“Nggak usah heran gitu. Gue ketemu tempat ini saat bener-bener lagi buntu, Dan gue bisa lampiasin disini. Dan alasan gue ngajak loe kesini Cuma satu..” Obiet menggantung kata-katanya.
Ify memiringkan kepalanya menatap wajah Obiet “Karena loe pernah luapin apa yang loe rasain sama gue. Gue dan tempat ini gak beda jauh karena sama-sama jadi pelampiasan atas semua masalah loe, begitu?”
Obiet tersenyum tipis.
Ify membuang pandangan kedepan “Loe salah” gumamnya.
Obiet mengerutkan dahinya.
Tanpa melihat ekspresi Obiet Ify melanjutkan kata-katanya. “Gue beda sama tempat ini, tempat ini terlalu tenang dalam menyimpan masalah. Membuat anggapan semua akan baik-baik saja. Sedangkan gue, masih terlalu labil dalam menghadapi semua masalah. Ego gue masih terlalu tinggi dalam ngungkapin semuanya” Ucap Ify Lirih.
Obiet terdiam mendengar kata-kata Ify, berusaha mencernanya. Ify yang sebetulnya terlihat tenang dihadapannya bisa berbicara seperti itu? Jujur saat ini hati Obiet merasa tersindir dengan ucapan Ify ‘Ego gue masih terlalu tinggi dalam ngungkapin semuanya’.
***
Lapangan Basket..
Latihan Basket sedang dimulai siang ini. Seluruh anggota Tim Varaway sedang melakukan pemanasan sebelum mengikuti kegiatan rutin mereka, latihan dan sparing antar anggota.
“Yo, ngga ikut pemanasan?” Tanya Gabriel.
“Ngga, badan gue rada ngga enak” Jawab Rio.
“Kenapa dateng? Bukannya istirahat.” Ucap Gabriel.
“Kan gue mau ikut sparing, hehehe” Alasan Rio.
“Yee, ngeyel. Pingsan tengah lapangan nyaho loe” Ancam Gabriel.
“Ngga lah, gue kan ganteng *gubrakk?*” Ucap Rio.
“Ngga, nyambung jelek” Ucap Gabriel menoyor Rio. “Eh, badan loe rada anget” Ucap Gabriel.
“Ngga ah, ayo sparing” Ajak Rio sambil menepuk pelan pundak Gabriel.
Sparing dimulai. Team Inti Varaway melawan team cadangannya. Saat ini permainan dikuasai oleh Gabriel dan Cakka dari Team Inti. Rio? Entah mengapa saat ini pergerakannya begitu lamban.
Dikoridor sekitar lapangan..
“Widihhh, Gabriel keren maennya” Ucap Acha histeris.
“Biasa ya Cha. Inget tuh abang Ozy loe juga lagi maen” Ledek Sivia.
Acha nyengir.
“Pergerakan Rio lamban banget. Obiet juga kayaknya pergerakan dia ngga seperti biasanya” Koment Ify.
“Rio sih emang agak beda dari biasanya, tapi kok loe tau Obiet juga beda?” Tanya Sivia.
“Obiet biasanya maen agak tenang, tapi lo liat sekarang tuh” Ucap Ify sambil menunjuk ke arah Obiet yang sedang mendribel.
“Gila tuh bocah, cara dribelnya lumayan kasar” Ucap Acha.
“Bukan lumayan Cha, bahkan tangan dia, jiwa dia saat ini lagi ngga bergabung dengan bola basketnya” Ucap Ify.
‘Bahkan yang lebih tau Obiet adalah loe bukan gue’ bathin seseorang.
“Hentiin Fy permainannya. Percuma satu inti 5 orang yang maen Cuma 3” Saran Sivia.
Tanpa menjawab Ify langsung melangkahkan kakinya ketengah lapangan dan menghentikan permainan. Semua pemain langsung melangkah keluar lapangan dan beristirahat.
“Woy nona, jadi kapten kok bolos?” Ledek Cakka.
“Yee, gue bolos nemuin Pak Duta ya? Loe mau tuh bola basket dilempar ke muka loe gara-gara gue ngga ngadep Pak Duta atas Perintah loe” Ucap Ify.
Cakka nyengir.
“Nyengir loe”
Ify berjalan menghampiri Rio. Yang sedang duduk menunduk dan mengusap kepalanya dengan handuk. Ify duduk berjongkok dihadapan Rio.
“Permainan loe jelek banget, loe sakit ya?” Tanya Ify lembut.
Tanpa menjawab Rio menggeleng, dan melanjutkan kegiatan mengusap kepalanya dari keringat. Ify menggelengkan kepalanya lalu memegang tangan Rio menghentikan kegiatannya mengusap keringat. Lalu meletakkan tangannya dikening Rio.
“Idih sok kuat, bilang aja nggak enak badan. Repot banget sih. Sekarang loe pulang istirahat.” Kata Ify.
“Nggak mau, masa kapten bolos bareng-bareng” Ucap Rio.
“Kan masih ada Cakka, masih ada Gabriel yang gantiin. Kalo misalnya ngga ada tuh baru” Kata Ify memberi alasan.
“Yaudah nanti abis sparing, lagian gue bawa motor bukan mobil. Jadi ntar nebeng aja ama Alvin yang lagi futsal” Kata Rio ngeyel.
“Ngga ! pulang sekarang. Gue anter. Ntar motor loe dianter Deva yang tadi pagi bareng gue” Kata Ify ngga mau kalah.
“Loe maksa banget sih”
“Nah loe ngeyel”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“Loe”
“STOOOPPPP” Koor yang lain.
“Bisa ngga sih hidup gue sehari ngga diwarnai sama kenyolotan loe berdua, ampunn” Ucap Cakka Frustasi.
“Ngga bisa. Hidup loe bakal suram kalo gue ngga ribut” Ucap Ify santai.
“Lagian kenapa mesti ribut sih Fy? Tadi perasaan loe ngomong bisik-bisik” Tanya Gabriel.
“Nih, si item ngeyel gara-gara..dhggrkshiyyhmmmpthhdhsajadhemppptt” Omongan Ify terputus karena Rio membekapnya.
“Gara-gara apa Fy?” Tanya Gabriel.
“Hmmptytttthmmmptptpttthhhtr” Ify berusaha berbicara.
“Yo temen gue” Panggil Sivia.
“Eh iya” Sadar Rio belum membuka bekapannya.
“Gila, loe. Mau bikin gue mati” Ucap Ify menoyor Rio. Rio nyengir. Ify melengos.
“Melengos lagi, udah ayo jalan, gue ngalah” Ucap Rio.
“Mau kemana loe berdua” Tanya Cakka.
“Mau jalan” Jawab Rio santai. Ify menoyor Rio.
“Ngga nyantai loe bohongnya” Ucap Ify.
“Udah ayo jalan” Ucap Rio sambil merangkul Ify. “Kka, Yel gue titip Varaway buat hari ini. Dan Dev, nih loe pulang pake motor gue” Ucap Rio pada Deva sambil melempar kunci motornya.
“Emang loe mau kemana Kak?” Tanya Deva.
“Dibilang mau jalan” Ucap Rio santai. Ify melotot dengan aura neraka. Rio nyengir. “Gue duluan semua” Pamit Rio.
‘Tuhaannnn, aku mau kayak Ify. Bisa deket dengan siapa aja. Apalagi Rio. Dia bisa bercanda, maen basket, jalan berdua, kejar-kejar kayak anak kecil, nyolotan-nyolotan. Andai gue bisa jadi Ify’ Bathin seseorang.
Perjalanan RiFy.
“Dan seperti dulu loe selalu bersikap seenaknya” Dumel Ify.
“Abis loe cari senssasi aja kalo bilang gue sakit ntar fans gue khawatir gimana” Ucap Rio.
Ify melengos.
“Melengos mulu. Mana kunci mobil loe?” Tanya Rio.
“Ngga, gue yang nyetir. Ntar kalo loe tiba-tiba pusing terus pas nyetir oleng gimana? Gue masih mau hidup tau” Ucap Ify.
“Dan loe juga seperti dulu, kalo mikir suka kejauhan” Ucap Rio.
“Udah ngga pake ngeyel. Lebih baik loe duduk manis dibangku sebelah kemudi dan istirahat” Ucap Ify.
“Oke-oke” Rio lebih memilih mengalah jika berdebat dengan Ify karena jarang ada ujungnya.
***
Sesampai didepan rumah Rio. Rio sedang tertidur dikursi sebelah kemudi. Melihat Rio yang tengah tertidur, tidak tega juga Ify untuk membangunkan. Jadi dia meutuskan untuk memanggil Ray kedalam. Saat sedang melepas sabuk pengaman kegiatan Ify terhenti karena panggilan Rio.
“Fy.. Ify” Igau Rio.
“Ternyata Cuma ngigau, dipikir bangun” gumam Ify pelan. Lalu Ify memperhatikan setiap lekuk wajah pria yang ada didepannya saat ini. Hal yang tidak pernah dilakukannya dari 4 tahun yang lalu saat bertemu Rio pertama kalinya. Melihat wajah Rio yang kini telah SMA beda saat SMP dulu membuat Ify tersenyum kecil karena seperti melihat pangeran yang sudah menjadi dewasa. Ify memngusap lembut pipi Rio yang agak memanas karena demam.
‘Ngga nyangka ketua osis Cagvairs yang sempurna ini kalo tidur polos banget *unyuu :P*’ Bathin Ify. “Telepon Ray aja deh” Gumam Ify yang lalu mengeluarkan I-Phone 4 miliknya.
“Hallo Ray. Gue ada didepan rumah loe sekarang. Nganterin Rio. Rio sakit loe bisa kesini ngga? Rio lagi tidur”
“Waelah kak, gue belom ngomong udeh nyerocos aja. Oke.oke gue keluar” Jawab Ray sambil mematikan teleponnya.
Dengan bantuan satpam rumah Rio dan Ray akhirnya Rio bisa dibawa kekamarnya. Setelah Rio berbaring dengan telaten Ify melepas sepatu Rio dan menyelimutinya.
“Kak” Panggil Ray.
“Kenapa Ray?”
“Jangan pulang dulu ya. Gue nggak bisa ngurus Kak Rio sendirian” Ucap Ray polos.
“Jiahh, emang nyokap loe kemana?” Tanya Ify.
“Lagi kerja, seminggu ini nggak pulang sama kayak bokap. Tadi katanya mereka baru mau pulang setelah gue telepon dan gue bilang kak Rio sakit.” Ucap Ray agak Lirih.
“Yee, jangan cengeng dong” Ucap Ify sambil mengacak rambut gondrong Ray. “Gue akan disini, loe tenang aja” Ucap Ify lembut.
“Huuuuaaa Kak Ify akhirnya gue liat juga sisi baik loe” Ucap Ray watados.
“Sialan, jadi selama ini gue nggak baik gitu” Kata Ify manyun.
“Iya, abis loe banyakan resenya sih daripada baiknya” Ledek Ray.
“Huh dasar. Udah daripada loe ngeledek gue terus ntar gue ngambek kan susah, mendingan loe ambil kompres, trus gue masakin bubur dan sop buat Rio” Kata Ify.
“Loe ngambek gue beliin lolipop aja” Sahut Ray enteng,
“Yee, gue kalo ngambek mintanya apartemen tau” Kata Ify.
“Nyeh, menghibur banget permintaan loe, loe kata gue jin” Kata Ray.
“Emang” Samber Ify. “Jin GONDRONGGG” Lanjutnya.
“Mana ada Jin cakep kayak gue” tanya Ray.
“Ada, nih didepan gue” Ucap Ify sambil menunjuk Ray.
“KAKK IFYYYY” Teriak Ray kesal, tapi sayang Ify sudah kabur kedapur untuk membuat bubur untuk Rio *ngenes amat si Ray -__-*
***
Masih dengan ketelatenannya karena terbiasa mengurus Deva saat sakit. Ify dengan piawainya mengompres Rio. Ify melepas kompres Rio dan mengusap keningnya.
‘Better’ Bathinnya puas.
Tiba-tiba Rio bangun. Dan langsung memegang tangan Ify yang berada didahinya.
“Eh Yo udah bangun” Ucap Ify kaget.
Bukannya menjawab Rio malah menatap Ify dengan tatapan yang dapat meluluhlantakan hati siapa saja yang menatapnya. Ify yang dipandang Rio seperti itu malah terkesiap sendiri. Adanya sebuah sulur kehangatan dan kenyamanan yang kini merayapi hatinya.
“EHMM, ada anak kecil nih” Ucap Ray berdehem memecahkan keheningan dalam RiFy.
Sontak Ify membuang pandangan mengarah pada Ray yang tengah membawa nampan berisi Bubur dan sup hangat buatannya.
“Eh, Ray siniin nampannya” Ucap Ify berusaha bersikap biasa saja. Sedangkan Rio hanya bisa mengurut kepalanya yang pusing.
“Nih kak. Gue kebawah dulu ya. Ada Deva dibawah gue mau lanjut maen PS dulu sama dia” Ucap Ray.
“PS mulu. Yaudah sana” Kata Ify.
“Yee, ngusir, bilang aja mau berduaan disini sama sipesek”
BUGGGHHH..
Sebuah bantal melayang ke muka Ray yang berasal dari Rio yang sudah duduk bersandar ditempat tidurnya.
“Ihh, rese loe kak, muka ganteng gue dilempar bantal. Nanti kalo hidung gue pesek juga kayak loe gimana?” Cerocos Ray.
Rio menanggapi cerocosan dengan kembali mengambil ancang-ancang melakukan agresi militer 2 alias melempar gulingnya.
“Weitts, udahan bercandanya. Ray loe turun kebawah sekarang. Rio loe makan abis itu minum obat dan istirahat lagi” Ucap Ify kayak ibu-ibu.
“Dihh, kak Ify kayak emak gue loe” Ucap Ray sambil ngabur kebawah.
Ify hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mengubah arah pandangannya terhadap Rio.
“Dan loe makan dulu sekarang” Ucap Ify sambil menyerahkan buburnya.
“Yah, berasa ga punya gigi gue makan bubur” Ucap Rio menutup mulutnya.
“Pokoknya makan” Ucap Ify galak.
“Gak mau ah, ga napsu” Ucap Rio cuek.
“Yo, jangan kayak anak kecil dong” Ucap Ify dengan lembut.
“Dih, bukan kayak anak kecil, buktinya gue ga mau makan bubur, gue ga doyan” Ucap Rio memberi alasan.
“Yah tapi kan udah terlanjur gue buatin Yo. Ayolah” Ucap Ify memelas.
“Loe yang masak? Bukan Ray?” Tanya Rio.
“Ray yang masak yang ada jadi padi” Ucap Ify asal.
Rio tersenyum kecil “okelah, tapi suapin ya” Ucap Rio manja.
“Huh repot lho. Muter-muter akhirnya makan juga” Ucap Ify.
“Hehe, tapi laen kali jangan buat bubur” Ucap Rio.
“Siap pak ketos” Ucap sambil memberi hormat.
Akhirnya Ify menyuapi Rio dengan telaten pula menyuapi sop hangat yang telah dibuatnya untuk Rio.
“Udah Fy, mulut gue pait” Ucap Rio.
“Karena buburnya?”
“Bukan, bubur buatan loe enak, sop nya juga lumayan buat angetin badan. Tapi sayang badan gue lagi ga enak” Ucap Rio.
“Okelah, sekarang minum obat” Kata Ify sambil menaruh mangkok sup di meja disamping tempat tidur dan mengambil obat penurun demam.
“Fy, Pahit” Ucap Rio melas sambil menutup mulutnya.
“Ya Tuhan, mana ada obat ga pahit? Masa udah tua gini, loe demam dipakein bye-bye fever jangan gila deh” Ucap Ify.
Rio menoyor Ify. “Loe yang gila masa gue dikasih kayak gitu”
Ify nyengir. “Udah minum ya. Ada teh manis ini. Nanti gue buatin juice alpukat anget deh biar ngilangin pait” Rayu Ify.
Akhirnya karena rayuan Ify, Rio mau meminum obatnya.
“Ishhh, sumpah ga enak” Koment Rio.
“Namanya Obat, makanya kalo ga mau minum obat, jaga kesehatan, makan yang bener, istirahat cukup, olahraga teratur, kalo cape ga usah sok kuat” Ceramah Ify.
“Kaya nyokap deh loe bawelnya” Ucap Rio.
“Bodo, mendingan loe sekarang istirahat deh,” ucap Ify yang lalu membenarkan bantal Rio dan membenahi selimutnya untuk menyelimuti Rio. Tak lupa memeriksa kening Rion.
“Better” Ucap Ify bangga dengan senyum manisnya. Tak menyadari bahwa dari tadi Rio menatap dalam dirinya.
“Gue kebawah” Pamit Ify, namun ketika akan bangun Rio menarik tangan Ify dan karena tidak siap dengan perlakuan Rio, akhirnya Ify jatuh diatas badan Rio. Dan untuk kedua kalinya mereka kembali bertatapan.
‘Tuhan, apa bener ini tatapan malaikat yang sering diliat para pengagum seorang Mario. Bener-bener dalam dan menghangatkan. Dan Tampan’ Bathin Ify.
‘Bening banget mata loe Fy, tenang, indah dan menyejukkan tapi seperti banyak menyimpan misteri. Tuhan izinkan aku mengetahui masalah gadis dihadapkanku, dengan menghadapkan hatinya pada hatiku’ Bathin dan doa Rio.
‘Terlalu tulus dan menyimpan kehangatan’ Bathin Ify
‘Rahasia dalam mata loe makin membuat gue pengen selalu jaga loe Fy’ Harap Rio dalam hatinya.
“Ekhemmm” Rio berdehem
“Eh maaf Yo, loe sih maen asal tarik aja” Ucap Ify yang langsung membuang pandangan, karena entah kenapa saat ini matanya enggan menatap mata Rio, padahal sebelumnya tidak begitu. Belum lagi detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Rio sendiri hanya mengacak rambutnya hambar.
“Reflek non, lagian gue pikir loe ga akan nindih gue. Mana loe berat lagi” Cibir Rio mencairkan suasana.
“Masa? Gue berat. Loenya aja yang kecungkringan gue ideal gini dibilang berat” Ledek Ify balik.
Rio menoyor Ify. “Gue lagi sakit nih, ga pake ngajakin gue sparing mulut loe” Kata Rio.
“Oke.. Oke.. Sekarang loe istirahat dulu yah. Gue mau masakin buat Ray dan Deva dulu coz dari pulang sekolah mereka belum makan” Kata Ify.
“Siap Nona” Kata Rio sambil berhormat ditambah senyum manisnya.
Ify hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
***
“Nasi gorengg Sea Food ala Cheff Alyssa sudah siapppp” Ucap Ify heboh
“Yess, mana kak?” Ucap Deva
Ray menoyor Deva “Berasa rumah sendiri loe” Kata Ray.
“Bodo, gue laper gila tau” Ucap Deva
“Woy, ga pake ribut ya loe berdua” Ucap Ify sambil mengacungkan spatula yang siap melayang kearah Ray- Deva.
“Weitss, kak. Bahaya itu. Bisa rusak muka ganteng gue” Ucap Ray.
“Yoi bener banget, ntar kalo muka gue rusak, pamor gue bisa lenyap nah kalo pamor gue lenyap ke-famous-an gue sebagai cowok TERGANTENG, TERCOOL bisa hilang kenegeri antah berantah” Cerocos Deva.
“Dasar bawel nin lebay binti Alay loe” Ucap Ify.
“Kan loe yang ngajarin kak” Ucap Deva polos.
“DEVVAAAAA” Teriak Ify yang langsung mengejar Deva yang sudah berlari.
“Jiah, pada kejar-kejaran. Tapi ga papa lumayan porsi gue dobel” Ucap Ray -_-
“RAYYYYYYYYY, MAKANANNNN GUEE” Teriak Deva Hebohh. -__-
“Apadeh loe Dep. Berasa dihutan” Ucap Ray manyun karena jatah makanannya ga jadi dobel *kasiann*
“Idih labil banget deh loe tadi bilang dirumah sendiri, sekarang dihutan. Yang bener gue ada dimana sih” Tanya Deva polos.
“Nah loe salah gaul, udah SMA bego masih diternak” Samber Ify. Ray ngakak.
“Udahlah sekarang makan aja, daripada ribut. Gue ga ngerti -_-“ Ucap Deva. Ray dan Ify hanya menurut.
Ketika tengah menikmati hidangan yang dimasak Ify. Ada derap langkah tergesa-gesa menuju arah dapur. Sontak Ify, Ray dan Deva menghentikan makan mereka.
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar