Gomenasai Anime Smiley trisillumination: That's All Cause Ify Part 36

Selasa, 25 Desember 2012

That's All Cause Ify Part 36


Ruang OSIS

Rio tengah merapikan seluruh berkas-berkas pertanggung jawaban saat Pertandingan Basket minggu lalu. Dipelajarinya baik-baik untuk merapatkan pada dewan pembina bersamaan dengan acara malam ulang tahun Cagvairs yang masih belum tersusun laporannya. Namun kegiatannya terhenti begitu pintu Ruang Osis terketuk. Dan berselang beberapa detik kemudian seorang gadis yang beberapa hari ini fokus memenuhi pikiran utamanya masuk dengan segenggam berkas ditangannya.

Sama seperti Rio yang kini terpana memandangnya. Ify begitu sebaliknya. Tidak membayangkan ternyata Ruang Osis hanya ada Rio dan dirinya. Tadinya dia berpikir Ruang Osis akan kosong, apalagi disaat KBM sudah berakhir seperti ini, sehingga dia tidak perlu bertemu siapapun dan hanya menaruh laporan pertanggung jawaban acara malam ulang tahun Cagvairs kemarin malam.

“Ify”
“Mm, Iya. Gue mau ngasih LPJ kemarin” Ucap Ify sambil memaksakan senyumnya.
Rio langsung mengendalikan dirinya. “Mmm, Oh.. Oke. Mm, boleh gue liat?” Tanya Rio sambil mengulurkan tangannya.
Ify mengangguk dan menyerahkan LPJ yang telah disusunnya kepada Rio.

Suasana menghening, hanya suara kertas yang dibolak balik oleh tangan Rio yang sesekali memecah kesunyian. Ify yang tidak tahu harus berbuat apa hanya memainkan pajangan jam pasir yang ada diatas meja. Saat sedang membolak-balik pajangan tersebut, ada rasa nyeri datang disekitar daerah perut Ify sehingga pegangan pada pajangan itu mengendur dan...
PRANGG...
Rio langsung terlonjak dari kegiatannya, sedangkan Ify langsung mengendalikan rasa sakitnya dan mulai untuk sedikit menunduk membersihkan pajangan yang jatuh. Rio langsung berdiri untuk membantu Ify membersihkan serpihan pajangan yang pecah. Namun posisi Ify sendiri tidak begitu menguntungkan dengan bekas luka operasi dan posisinya membuat itu tertekan. Ify menyembunyikan wajahnya yang hampir menangis karena menahan saklit yang luar biasa dengan rambut panjangnya. Tetapi begitu hendak ingin bersama-sama bangun membuang bekas pajangan yang pecah, tak sengaja Rio melihat ekspresi Ify. Ify semakin menunduk dalam.
“Cuma pajangan kok Fy, gak papa kok” Ucap Rio lembut berusaha menghibur.
Ify bernafas lega begitu Rio menganggapnya berekpresi seperti sekarang karena kaget pajangan itu pecah bukan karena menahan rasa sakit. Ify berusaha tersenyum.
Menyadari itu bukan senyum Ify yang biasanya Rio kembali bertanya. “Atau loe kena kacanya ya?” Tanya Rio.
Ify menggeleng. “gue gak papa kok” Ucapnya langsung berdiri, namun karena rasa sakit yang harus ditahannya, membuatnya limbung sendiri.
Bersamaan Rio berdiri dan langsung menahan tubuh Ify. “loe beneran gapapa?” Tanya Rio sambil memperhatikan wajah Ify.
Ify yang jengah sendiri diperhatikan seperti itu langsung membetulkan posisinya. “Gue beneran gak papa kok” Ucap Ify sambil melepas cengkraman Rio pada bahunya.
Rio hanya mengangguk-angguk. Suasana kembali hening, masing-masing dari keduanya tidak tau harus berbuat apa. Hingga suara pintu kembali memecah keheningan.
Rio dan Ify kompak menjauh satu sama lain dan mencari kegiatan. Rio kembali dengan LPJ yang tadi diserahkan Ify, sedangkan Ify masih berdiri menentukan harus berbuat apa.
Tak lama tampak Pak Duta dan Pak Dave yang berangsur masuk. Ify sudah mengira-ngira apa yang akan dilakukan Pak Duta dan Pak Dave diruang Osis sekarang, jadi dia putuskan untuk meninggalkan Ruang Osis secepatnya.
“Yo, gue duluan ya.  Nanti kalo ada kekurangan loe bisa konsul ke Via. Gue nyusun ini bareng Via kok dan dia udah gue terangin semuanya.” Pamit Ify langsung cepat-cepat keluar dan ketika melewati Pak Duta dan Pak Dave yang memandangnya aneh Ify hanya berusaha tersenyum dan bersikap sebiasa mungkin.
Baru saja Rio ingin bertanya kenapa harus ke Via sedangkan Sekertaris Utama adalah Ify. Segera diurungkannya begitu melihat langkah terburu-buru Ify dan Pak Duta dan Pak Dave yang sengaja menemuinya bersamaan juga sudah dihadapannya.

***

“IFY” Panggil sebuah suara yang membuatnya mengangkat wajah yang sedari tadi menunduk.
Ify mempercepat langkahnya. “Apa Vi?” Tanyanya begitu sampai didepan Sivia, orang yang memanggilnya.
“Gimana? Udah loe taro?” Tanya Sivia.
Ify mengangguk. “Udah diterima dan dipelajari Pak Ketosnya langsung malah iya”
“Rio ada di RO?” Sahut Alvin yang sudah ada diatas motornya.
Ify menggedikan bahunya pelan. “Tadi dia lagi mempelajari LPJ minggu lalu kayaknya” Sivia dan Alvin meng’o’kan mulutnya.
“Fy, loe gapapa?” Celetuk Gabriel yang ternyata sudah berada dalam jaguar hitam miliknya.
“Emang kenapa?” Tanya Ify balik.
“Muka loe lebih pucat dari tadi pagi” Ucap Sivia memberi jawaban.
“Emang muka gue dari tadi pagi pucat ya? Kayaknya salah pake bedak” Sahut Ify santai.
Kompak. Gabriel, Sivia dan Alvin melengos.
Ify nyengir. “Iya, gue ngaku deh. Tadi di RO sempet sakit sedikit.” Jelas Ify “Eh, tapi sumpah, Cuma nyeri sedikiiiiittt banget” Ucap Ify sambil memeragakan jarinya yang agak menekan kuku dan menyipitkan matanya.
“Percaya gak yaaa” Ledek Sivia masih sanksi.
Ify cemberut. “Iya-iya. Sakit. Nyeri, perih banget, tapi Cuma sebentar. Tuh gue jujur”
Sivia dan yang lain hanya tersenyum kecut.
“Udah gak pinter ngibul loe Fy” Cibir Alvin.
Ify semakin manyun.
“Udah ayo pulang. Gue cape ini” Ajak Gabriel dari dalam mobil.
Ify menurut. “Gue duluan ya” Pamit Ify pada Alvia.
“Yoi, Hati-hati loe” Ucap Alvin diangguki Sivia.
Gabriel hanya mengacungkan jempolnya dan langsung kembali menutup kaca mobil sebelum akhirnya berjalan meninggalkan pelataran parkir Cagvairs.
Sepeninggal Fyel

“Pulang Vi?” Tanya Alvin sambil memakai helm fullfacenya.
“Gak, nginep!” Sahut Sivia asal.
Alvin langsung kembali melepas helm full facenya. “Yakin?” Tanyanya skeptis sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sivia. “Kata Pak Karyo satpam kita tercinta, kalo malem disini suka adaa.......”
“Alvin ayo pulang !” Potong Sivia cepat-cepat sambil mencubit pinggang Alvin.
“Aww, sakit Vi” Ringis Alvin.
“Bodo. Udah ayo pulang” Ucap Sivia jutek.
“Nyeh, ngambek”
“Engga, udah ayo cepet pulang. Udah sore nih” Ucap Sivia berusaha menetralkan suaranya.
“Maaf deh, tadi aku tuh....”
“ALVIN!”
Alvin dan Sivia kompak menengok kearah sumber suara. Tampak Rio yang sedang berlari kearah mereka. Alvin dan Sivia saling berpandangan dan kembali kompak mengernyitkan dahi mereka.
“Ify mana?” Tanya Rio to the point begitu sampai didepan Alvia yang masih saja memandang dirinya aneh.
“Ify mana?” Rio mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada lebih tegas melihat respon orang dihadapannya.
“Ha? Tadi.. Tadi udah pulang Yo bareng Gabriel” Jawab Alvin masih setengah sadar.
“Damn!” Umpat Rio yang langsung berlari menuju cagivanya dan memasang kunci serta memakai helm full facenya dengan terburu-buru.
“Ada apa Yo? Loe mau kemana?” Begitu melihat Rio langsung menyalakan mesin cagivanya.
Rio tidak menjawab, hanya gas yang disetel full meredam suara disekelilingnya, sebelum melajukan motornya dalam kecepatan maksimal.
“Vi ayo naik. Pegangan. Ada yang gak beres” Perintah Alvin yang diikuti Sivia langsung tanpa protes. Sama seperti Rio, Alvin juga langsung menstarter motornya dan kemudian dilajukan dengan kecepatan maksimal.

***

Rio tidak berkonsentrasi seutuhnya juga pada jalanan begitu mengingat kejadian di ruang osis sepeninggal Ify setelah kedatangan Pak Dave dan Pak Duta.

FLASH BACK ON
“Selamat sore Pak? Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Rio sopan begitu Pak Duta dan Pak Dave duduk.
“Kami datang kesini, hanya untuk membicarakan ini” Ucap Pak Dave sambil mengangsurkan sebuah amplop putih kehadapan Rio, diikuti Pak Duta yang melakukan hal yang sama.
Rio mengangkat sebelah alisnya. Bingung.
“Amplop dari tangan saya berisi pernyataan bahwa Alyssa Saufika mengundurkan diri dari kepengurusan OSIS tahun ini” Jelas Pak Duta.
Mata Rio terbelalak maksimal.
“Dan dari tangan saya, merupakan pernyataan pengunduran diri Alyssa Saufika dari Captain Varaway, Team Inti sampe anggota Ekstra Basket” Jelas Pak Dave.
“APA??!” Rio langsung membuka dengan terburu-buru dua amplop yang ada dihadapannya dan mencermatinya secara cepat. Benar, memang tulisan Ify yang tergores disana.
“Apa kamu bisa memberi penjelasan soal ini? Bukan mau bagaimana, tapi saya rasa ini terlalu mendadak. Apalagi kita baru saja menang pertandingan kemarin dan menyelenggarakan acara OSIS” Jelas Pak Dave.
Rio berpikir keras, namun tetap tidak memunculkan jawaban apapun dalam otak brilliannya. Rio menghela nafas berat. “Maaf Pak, saya rasa kita bisa membicarakan ini besok lagi, saya akan mencari tahu dulu. Maaf saya tinggal duluan” Pamit Rio cepat sambil menyalami punggung tangan Pak Dave dan Pak Duta lalu berlari meninggalkan Ruang Osis dengan langkah-langkah panjang. ‘Sekarang apa lagi Fy?’ Bathin Rio.

FLASH BACK OFF

Fokus Rio kembali begitu penglihatannya menangkap Jaguar Hitam milik Gabriel. Tanpa pikir panjang, ditambah lagi kecepatan cagivanya hingga sampai 2 meter didepan mobil Gabriel lalu diremnya kuat-kuat hingga decitan ban beradu aspal memekakan telinga begitu berhasil memblokir jalan.

***

Gabriel yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standar langsung menginjak rem  dadakan Jaguar hitam miliknya begitu titiba ketika sebuah cagiva yang sudah tidak asing lagi memblokir jalannya. Apalagi si pengendara cagiva telah membuka helm fullfacenya. Gabriel langsung turun diikuti bantingan pintu mobilnya dan menghampiri Rio yang sudah stay didepan cagivanya.
“Loe gila ya?! Kalo gue gak reflek bisa ketabrak loe!” Maki Gabriel.
“Itu urusan nomor sekian Yel, untuk sekarang gue lagi gak mau membuang waktu sama loe. Gue Cuma mau bicara sama Ify” Ucap Rio santai sambil menunjuk Ify yang ternyata ikut turun dari mobil.
“Gak bisa, Ify harus istirahat karena dari kemarin pas balik dari Spore dia belum istirahat sama sekali. Belum lagi semalem begadang buat laporan” Larang Gabriel.
“Sekali ini aja Fy. Untuk seterusnya gue janji gak akan ganggu loe lagi” Pinta Rio memelas tanpa mengindahkan laragan Gabriel.
Ify menatap Gabriel yang menunjukkan ekspresi protes keras. Lalu memandang Rio dengan wajah permohonan. Lalu mengangguk. “Loe pulang duluan Yel, nanti dari sini gue janji langsung pulang naik taksi” Ucap Ify pada Gabriel.
“Tapi Fy...”
“Loe cape kan? Gue juga. Dan jangan nambah kecapean kita sama perdebatan yang gak penting ini. Loe pulang sekarang dan gue nanti nyusul” Bujuk Ify sambil mendorong Gabriel kembali kedalam mobilnya. Akhirnya Gabriel menurut. Rio menghela nafas lega dan langsung meminggirkan cagivanya memberikan akses jalan bagi Gabriel.

Sepeninggal Gabriel.
Berhubung tempat mereka berhenti tepat berada di hutan kota yang cukup sepi. Cukup mendukung agar mereka dapat berbicara tanpa harus terganggu hingar bingar keramaian.
“To the point Yo, gue janji sama Gabriel untuk pulang gak terlalu larut” Ucap Ify membuka percakapan setelah merasa siap dengan perkiraan yang akan dibicarakan Rio.
“Gue yakin loe tau apa yang mau gue bicarain, gue gak akan memaksa loe macem-macem. Gue Cuma mau loe menjelaskan secara suka rela.” Ucap Rio tegas.
“Apa yang harus dijelasin? Gue akan jelasin sepuas yang loe maksud hari ini” Tantang Ify. Yah. Memang harus hari ini, dia tidak akan menunda waktu lagi. Dia akan menjelaskan keseluruhannya.
Rio menghela nafas, menenangkan segala emosinya. “Pertama, apa maksud soal pengunduran diri loe dari seluruh kegiatan sekolah yang loe ikuti?”
Ify memandang Rio tajam sama seperti Rio memandang dirinya. Sudah diduga, pertanyaan inilah sebagai pembuka. “Gue harus bantu nyokap diperusahaan beliau, dan gue harus menghapus semua kegiatan yang menyita waktu” Jelas Ify, meski harus berbohong, tapi dia berharap Rio mau menerima keputusannya.
“Loe sadar? Semua yang loe hapus adalah kesukaan loe. Basket, organisasi...”
“Dan itu menyita waktu” Potong Ify cepat. “Lagipula minat gue gak Cuma itu kok. Ada beberapa kegiatan yang suka gue lakuin diwaktu senggang. Fotografi dan Musik” Jelas Ify.
“Itu hobby Gabriel” Lirih Rio yang memang mengetahui Gabriel adalah pengganti Alvin sebagai ketua Ekstra Fotografi karena Alvin menjabat ketua Ekstra Futsal.
Ify menghela nafas. “Bukan Cuma hobby Gabriel. Tapi hobby gue berdua sama dia dari semenjak kami masih kecil” Jelas Ify.
Rio memandang Ify tanpa ekspresi.
“Gua rasa Cuma itu pertanyaan loe” Ucap Ify berusaha menghindari tatapan Rio.
Rio reflek menggeleng cepat. Namun diwaktu yang sama Rio mendadak langsung bingung sendiri dengan apa yang berikutnya akan ditanyakannya.
Ify masih menunggu pertanyaan Rio berikutnya.
Rio menghela nafas berat, lalu menatap tajam dan dalam mata Ify yang ada dihadapannya. “Jelasin.. Jelasin tentang semua perasaan loe ke gue dengan jujur. Dan kenapa. Kenapa loe membuat hubungan kita kayak gini” Lirih Rio pelan, namun bagai sengatan listrik penyampaiannya pada kerja otak Ify. Dan seperti terhipnotis sendiri Ify langsung menunduk dalam. Logikanya mendadak berhenti bekerja.
“Ada 3 hal yang harus loe tau Yo” Bisik Ify lirih, bahkan ucapannya agak tertahan dengan tangis dipangkal tenggorokan. Namun dengan jarak yang begitu dekat. Rio masih dapat mendengar dengan jelas.
“Bilang semuanya Fy, gue siap denger walau itu nantinya akan nyakitin” Bisik Rio tak kalah lirih.

Aku sadar kalau kini..
Kita sudah semakin menjauh..
Sempat aku berpikir ini..
Kau yang menginginkannya..
Lepas dari pelukku..

Ify mengangkat wajahnya. Mencoba untuk menarik nafas dan kembali menghembuskannya untuk melepas sesak.

Oh.. Kini aku sadari..
Ini salahku.. Tak ingin kuterlambat dan sesali..

“Pertama. Untuk semua tentang kita. Semua perasaan gue, semua kata-kata yang pernah gue ucapin sama elo, tentang kita. Itu semua benar adanya. Semua itu tulus dari hati gue, gue gak mau membohongi elo atau perasaan gue sendiri. Kita punya perasaan yang sama, Gue akui loe lah yang pertama buat gue merasakan sesuatu hal yang berharga diluar family gue.” Ify mengusap pipi Rio lembut. “Untuk kesekian kalinya gue bilang... Mario... I love you” Ucap Ify lirih diakhir kalimat.
Rio memandang Ify teduh, merasa lega karena memang seharusnya di tak boleh ragu akan perasaan gadis ini terhadapnya. Namun disisi lain, ada rasa berontak tidak ingin mendengarkan pernyataan selanjutnya.
“Kedua, gak ada orang lain dalam perasaan ini. Tapi dalam suatu hal pasti akan ada bagian tambahan yang akan bercampur menjadi satu” Ucap Ify.
“Gue gak ngerti” Ucap Rio.
“Bagian tambahan yang gue maksud, pasti akan ada tokoh lain dalam cerita ini” Jelas Ify.
“Gabriel?” Tanya Rio hati-hati.
Ify menggeleng. “Kita udah berulang kali membahas ini. Dan jawaban gue tetap sama. Jangan sangkut pautin dia lagi” Pinta Ify.
“Terus? Siapa tokoh yang loe maksud? Apa yang akan loe mau dari gue?” Tanya Rio.
Ify memandang kearah lain, lalu berjalan agak menjauhi Rio. Namun begitu kurang lebih tiga langkah, Ify kembali berbalik, namun masih tetap ditempatnya. Pandangan Rio masih belum lepas dari Ify.
“Gue punya sahabat. Dia kehilangan beberapa bagian dihidupnya. Keluarga dan salah satu organ tubuhnya, meski sudah digantikan oleh orang lain” Cerita Ify.
Rio mulai paham dengan siapa yang diceritakan Ify, tetapi masih belum mengerti sepenuhnya apa yang akan maksud sebenarnya.
“Sama seperti gue. Dia butuh suatu bagian yang menyempurnakan. Tapi diluar dugaan, ternyata bagian yang dia maksud sama kayak bagian yang gue maksudkan sebagai ‘bagian yang menyempurnakan’”  Suara Ify hampir menghilang oleh tangis yang sudah ditahannya dari tadi.
Mata Rio terbelalak maksimal setelah mendengar kata-kata Ify barusan. Lalu langsung menghampiri Ify cepat dan mencengkram bahu gadis itu yang telah dihadapkan kepadanya. Tapi sayang, Ify tetap menunduk.
“Jadi selama ini... Shilla suka sama gue Fy?” Tanya Rio to the point.
Melihat wajah Ify yang terus menunduk. Rio mengangkat wajah tersebut untuk menatap dirinya. “Jawab gue. Shilla beneran suka sama gue?” Tanya Rio lagi dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.
Ify memejamkan matanya berusaha menunda air yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Lalu mengangguk pelan. Rio melepas cengkramannya pada bahu Ify. Sedangkan Ify mulai kembali mengatur nafasnya agar tidak menjadi isak.
“Yang terakhir...”
“Loe nyerah?” Potong Rio kepada pernyataan Ify yang ketiga. “Loe nyerah dan gamau pertahanin gue? Cinta elo ke gue?”
“Jangan bodoh! Gue mana bisa bertahan sendiri” Ucap Ify yang akhirnya menangis.
Sebenarnya Rio tidak tega gadis dihadapannya yang dari tadi dia tau berusaha kuat kini mulai melemah. Ingin rasanya direngkuhnya gadis itu. Tapi saat ini egonya malah ingin berkuasa.
“Loe gak sendiri. Ada gue” Lirih Rio yang tidak bisa berbuat apapun ketika Ify mundur selangkah ketika Rio berniat mendekatinya.
Ify menggeleng lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk menekan tangis. Rio membiarkannya sampai gadis itu agak tenang.

Langit sore yang agak mendung, justru makin menambah sendunya suasana diantara dua insan tersebut. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Ify mengatur nafasnya agar lebih tenang. Dan Rio masih setia menanti kata-kata penjelasan dari mulut Ify.
“Shilla sahabat gue Yo. Tapi loe yang berhasil membuat dia senang dan bersemangat. Dukungan dan perhatian loe kedia beneran membuat dia semangat Yo. Loe liat saat ada loe? Fisiknya selalu dalam keadaan stabil. Sedangkan saat loe bersama gue fisik dia menjadi sebaliknya. Selalu dititik bawah.” Ucap Ify dengan pandangan menerawang.
Rio tidak berkomentar, biarlah penjelasan itu tuntas agar dia tahu apa saja yang harus dijelaskannya.
“Apa kata orang lain seandainya loe bersanding sama pembunuh sahabat kayak gue? Apalagi gue itu sama aja ngebunuh dia secara perlahan.” Lirih Ify.
Rio memandang Ify sayu. “Loe bukan Ify yang gue kenal.....”
“Ify yang loe kenal gimana Yo? Ify yang loe kenal punya titik bawah Yo. Seperti apa yang ada dihadapan loe saat ini” Potong Ify.
“Kenapa loe gak ngasih gue pilihan?” Tanya Rio pelan.
“Karena emang gak ada dua pilihan. Hanya satu. Satu nama... Ashilla..” Ucap Ify.
“Loe juga pilihan” Bantah Rio.
Ify menggeleng. “Buat apa loe memilih hal yang gak mungkin bisa dijalani? Gue dan Shilla bukan barang yang bisa loe pilih Yo...”
“Kalo gitu gue juga bukan barang yang seenaknya bisa loe atur Fy. Gue punya hati ! Hati gue gak bisa dipindahkan atau diatur seperti apa kemauan loe. Gue punya hak untuk memilih!” Bentak Rio.
Ify agak mengkeret mendengar bentakan Rio. Hatinya justru membenarkan setiap ucapan Rio.

Maafkan lah bila kuselalu..
Membuatmu marah dan benci padaku..
Kulakukan itu semua..
Hanya untuk buatmu bahagia..

“Maaf” Ucap Rio menyesal begitu melihat reaksi Ify. Rio berjalan lebih mendekat kearah Ify. Ify tidak lagi menghindarinya seperti tadi.
“Seperti kata elo Fy” Ucap Rio melembut. “Semua orang dihidup kita selalu punya bagian masing-masing. Shilla, Shilla menempati bagian teman, sahabat yang merupakan bagian dari hidup. Sedangkan elo? Elo menempati semua bagian itu Fy. Elo pelengkap disemua bagian yang ada dihidup gue. Elo bisa jadi sahabat gue, rival gue sampai teman dari hati gue. Elo gak ada sama aja membuat setiap bagian dalam hidup gue berlubang tanpa ada yang bisa untuk menutupnya” Rio mengucapkannya dengan segenap hatinya.
Ify benar-benar menangis mendengar kata-kata Rio. ‘Gak bisa. Gak bisa begini terus’ Bathin Ify. Ify mulai mengendalikan dirinya dan langsung menghapus air matanya dengan cepat.
“Gue gak mau menyakiti loe lebih jauh. Gak mau membuat loe khawatir dengan keadaan gue dalam situasi apapun. Ini semua udah berakhir Yo. Shilla yang terbaik buat elo. Dia tulus sama elo. Siapa yang membantu loe ngerjain tugas kelompok saat Cakka mangkir? Shilla!. Siapa yang rela nemenin loe ngobrol dipinggir lapangan, sementara gue dan yang lain asyik ditengah lapangan? Shilla!. Siapa yang membawakan minuman saat elo capek latihan basket terus-terusan? Shilla!. Siapa yang...........”
“CUKUP FY! CUKUP” Bentak Rio tanpa bisa menahan dirinya lagi memotong segala ucapan Ify.
Ify langsung terdiam.

Mungkin ku Cuma tak bisa pahami..
Bagaimana cara tunjukkan maksudku..
Aku.. Cuma ingin jadi.. Terbaik untukmu..

Rio menghela nafasnya berat. “Siapa yang membuat gue gak anti social lagi? Ify!. Siapa yang membuat Alvin sahabat gue lebih terbuka lagi? Ify!. Siapa yang menyelamatkan nilai gue dari dulu dalam pelajaran biologi? Ify!. Siapa yang mau capek-capek nemenin gue buat ngurus anak kecil dengan penyakit jantungnya? Ify! Siapa yang membuat adek gue Ray lebih mau jadi dirinya sendiri? Ify! Siapa cewek pertanma yang ngerebut hati nyokap gue? Ify! Siapa yang..........”
“STOP YO. UDAH CUKUP” Jerit Ify sambil menutup kedua telinganya. Jerit yang bercampur tangis. Ify kembali mundur beberapa langkah menjauhi Rio.
Rio masih tidak mau kalah dengan tetap mendekati Ify. “Rio kayak gimana Fy? Rio kayak gimana yang membuat Ify tetap disamping Rio? Rio kayak gimana yang membuat Ify bertahan dengan sikapnya? Rio kayak gimana? Apa gue harus jadi ‘Rio’ yang dulu? Rio yang selalu dikejar-kejar Ify Cuma buat diajak ngobrol gak penting? Gue akan jadi kayak gitu, asal loe tetap disamping gue. Tetap bertahan memperjuangkan gue” Ucap Rio sambil pergi meninggalkan Ify yang masih terisak sendirian.

***

“Dia lagi tidur sekarang Vin. Seenggaknya sekarang dia lebih baik dari pas pertama ketemu tadi sore sama kita” Jelas Sivia via telepon genggamnya bersama Alvin sambil sesekali melirik Ify yang sudah beristirahat ditempat tidurnya. “Gimana tadi kamu sama Rio?” Tanya Sivia lagi.
“Agak sedikit bonyok sih hehe. Tapi berhubung aku sempet bales, jadi kita bonyok barengan deh” Ucap Alvin sambil terkekeh.
“HAH? Kamu berdua ngapain? Kan aku bilang jangan macem-macem” Sivia mulai mengomel bercampur rasa khawatirnya.
“Santai dong Sivia.. Cuma sedikit kok. Itu masih jauh lebih mending dibanding kita sama-sama mati karena kecelakaan akibat kebut-kebutan tadi” Ucap Alvin santai.
“ALVIN!” Bentak Sivia jutek.
“Iya.. Iya, maaf sayang. Abis kamu khawatir banget sih. Cuma luka kecil kok.” Ucap Alvin menenangkan.
“Bukan soal luka kecil Vin. Kamu ngerti dong keadaannya sekarang gimana? Aku udah cemas setengah mati sama Ify yang ada disamping aku sekarang dalam keadaan begini, kamu juga bikin aku cemas lagi dengan berantem sama Rio. Gimana ceritanya sampai kamu bisa berantem sama Rio?” Ucap Sivia panjang lebar.

Sementara diseberang sana. Alvin tersanjung dengan ucapan Sivia.
“Iya.. Iya. Aku minta maaf okey. Oke aku cerita. Tapi kamu jangan marah atau ngambek ya?” Tanya Alvin.
“Tergantung ceritanya” Sahut Sivia males-malesan.
“Vi..”
“Iya, cepetan ceritaa” Janji Sivia.
“Sip. Jadi tadi.......”

FLASH BACK ON

Sepeninggal Rio. Alvin dan Sivia yang sedari tadi memang sengaja membuntuti Rio dan bersembunyi dibalik pohon hingga sempat menyaksikan setengah kejadian yang lumayan menyesakkan dada tersebut langsung menghampiri Ify yang masih terisak sendirian. Sivia langsung berlari lebih dahulu menuju Ify dan memeluk sahabatnya tersebut.
“Udah Fy, nanti Rio juga ngerti kok. Udah ya jangan nangis” Hibur Sivia menenangkan Ify.
“Sakit Vi...” Lirih Ify
“Loe istirahat dirumah gue ya. Loe bisa cerita seandainya loe udah tenang, kapanpun loe mau” Bujuk Sivia. Ify hanya mengangguk dan mulai berdiri atas bantuan Sivia.
“Kalian pulang naik taksi aja ya. Gue ada urusan yang harus gue selesaikan sama dia. Kalian hati-hati” Ucap Alvin cepat-cepat.
“Kamu juga. Dan jangan macem-macem” Pesan Sivia.
Alvin hanya mengacungkan jempolnya sambil berlari kearah motornya untuk mengejar Rio.

***

Alvin benar-benar mengendarai motornya seperti di arena balapan. Tidak peduli pada pengguna lalu lintas lain yang kemungkinan siap menerjang dirinya. Tapi usahanya tersebut tidak sia-sia begitu melihat Rio sudah tertangkap dipenglihatannya sambil membawa cagiva putih miliknya dengan kecepatan yang sama. Alvin langsung menambahkan kecepatan motornya dan berusaha mendahului Rio dan memblokir jalan sahabatnya itu. Berhasil!
Begitu sudah sekitar 5 meter didepan motor Rio, Alvin langsung memberhentikan motornya ditengah-tengah dengan posisi menghalau jalan. Untunglah Rio memasuki daerah yang cukup sepi sehingga tidak ada aksi protes dari pengguna jalan lain karena perbuatannya.
Rio yang melihat Alvin mengerem mendadak langsung menekan remnya kuat-kuat agar tidak sampai menabrak motor sekaligus penggunanya tersebut.
Tidak dapat dielakkan. Suara decitan ban motor beradu dengan aspal benar-benar memecah keheningan tempat tersebut. Tepat sekitar 10 cm jarak motor Rio dan Alvin. Motor Rio benar-benar berhenti. Rio langsung cepat-cepat menstandarkan motornya dan menghampiri Alvin penuh emosi.
“Heh! Loe mau mati Vin? Gila loe ya!” Bentak Rio sambil mencengkram kerah kemeja Alvin.
Alvin langsung mendorong Rio kasar. “Loe pikir loe juga gak mau mati apa ngendarai motor dengan kecepatan segitu”
“Loe juga bego ngebahayain diri loe begitu!” Balas Rio mendorong kasar Alvin.
Berhubung mulai tersulut juga, Alvin langsung memukul pelipis Rio. Rio terjatuh, dan Alvin langsung kembali membuat Rio berdiri dengan cengkraman dikerah baju Rio. “Sahabat macam apa gue kalo ngebiarin loe mati sendirian?” Bentak Alvin.
Gantian Rio mendorong kasar Alvin dan memukul pelipisnya. “Jangan Bego! Ngapain gue kalo mau mati bawa-bawa elo”
Alvin kembali memukul Rio. “Bisa gak loe lampiasin dengan cara lain? Mati gak membuat masalah loe selesai!”
Rio kembali membalas Alvin sampai Alvin benar-benar tersungkur. “Loe gak ngerasain apa yang gue alami sekarang Vin. Tau apa loe?”
Dengan sisa tenaganya Alvin langsung mendorong Rio kasar hingga kembali terjatuh. “Selalu itu yang loe ucapin ketika loe ada masalah. Gue emang gak ngalamin, tapi gue ngerasain Yo. Tau apa gue? Gue sahabat loe. Gue kenal loe. Loe yang selalu berusaha ngertiin gue. Tapi kenapa gue gak pernah loe kasih kesempatan untuk mengerti loe? Gue sahabat loe kan? Gue sahabat Ify. Gue tau apa yang kalian rasain meski gue gak ngalamin. Tapi bukan gini cara loe buat lari” Bentak Alvin.
Rio terdiam. Mencoba mencerna seluruh perkataan Alvin.
“5 Tahun loe mengenal Ify. Seharusnya loe mengerti karakter dia. Dan gak seharusnya loe begini” Ucap Alvin lirih.
Rio memandang Alvin. “Pada kenyataannya, gue emang gak pernah tau apa yang selama ini dia pikirin. Waktu memang lama Vin. Dia emang selalu deket gue Vin. Tapi sayang dia gak pernah tergapai. 5 Tahun ini memang gak membuat gue mengenal dia sepenuhnya” Ucap Rio sambil mengusap kasar hasil “karya” Alvin pada ujung bibirnya. Lalu bangkit dan berjalan agak tertatih menuju cagivanya untuk kembali berpacu meninggalkan Alvin yang menatapnya penuh permohonan maaf. Maaf karena tidak memberi tahu segalanya.

FLASH BACK OFF

“Gitu Vi.. Eh aku pukul-pukulannya gak beneran kok” Ucap Alvin langsung segera mengklarifikasi.
“Tetap aja bikin bonyok. Awas ya, kalo besok ketemu disekolah gak ganteng. Kita putus” Cibir Sivia.
“Yah.. Yah.. Vi. Dalam keadaan gimana pun tetap aja aku ganteng Vi. Malah makin macho karena ada bekas luka nya” Ucap Alvin.
“Iya, mantan copet” Cibir Sivia.
“Kok mantan copet sih?” Protes Alvin.
“Kan copet banyak bekas luka tuh gara-gara doyan berantem” Jelas Sivia.
“Idihhh.. Mana ada copet ganteng kayak aku. Tapi iyasih. Aku emang copet” Ucap Alvin.
“Hah?” Sivia cengo.
“Pencopet hatimu sayanggg” Gombal Alvin.
Walau kini Sivia tidak dihadapannya sekarang. Alvin yakin jika pipi chubby gadisnya itu pasti sudah memerah.
“Apaan sih. Jayusss” Gerutu Sivia.
“Jayus jayus kalo muka kamu merah awas lho” Ucap Alvin.
“Awas kenapa?” Tanya Sivia
“Aku cium” Jawab Alvin
“Berani?” Tantang Sivia
“Kenapa gak?” Ucap Alvin santai.
“Ehh aku bercandaaa..” Ucap Sivia gelagapan
Alvin terkekeh.
“Yaudah, udah malem. Kamu istirahat ya. Next to youu tomorrow. Have a nice dream my dear” Ucap Alvin.
“You too” Jawab Sivia sambil mengakhiri ambungan teleponnya.

***

Cafetaria SMA Cagvairs.

“HAVE A TIME BREAKFASTTTTT” Ucap Deva semangat sampai beberapa penghuni cafetaria melihat kearahnya. Deva nyengir.
“Norak loe jenglot, kayak baru ketemu aja” Ucap Ray sambil menoyor Deva.
“Heh pion catur diem loe. Gak gue bayarin loe ya” Ancam Deva.
“Dasar kutuuuu... Loe gak bayar. Gue , Elo , UNFOL (?)” Ucap Ray.
“Unfol balik lah susah amat” Sahut Deva cuek sambil memakan mie ayamnya.
 “Rayyy, jangan bertingkah deh. Elo yang bayar ya makanan kita-kita” Ucap Obiet sambil menikmati baksonya.
“Kok gueeee?” Sahut Ray histeris.
“LEBAYYY” Sahut Deva, Obiet dan Lintar bersamaan.
“Gara-gara elo kan ntar Deva ngambek. Nggak nraktir dah” Sahut Lintar. “Kalo Deva gak bayar, berarti loe harus rela berkorban cuci mangkok buat bayar makanan kita-kita” Lanjutnya.
“Idiiihhh. Dev, loe gak ngambek kan?” Tanya Ray.
“Hmmm” Sahut Deva malas-malasan.
“Devv” Rengek Ray.
“Hmmm”
“PING (?)” Ucap Ray sambil menjawil pinggang Deva.
“Apadeh loee” Sahut Deva masih cuek.
“Devaaaa” Panggil Ray sambil mencolek pinggang Deva.
“Apaan sih RAY ??!!” Jawab Deva dengan partikel mie ayam agak muncrat kesana-kemari.
“JOROKKKK!!” Ucap Ray, Lintar dan Obiet bersamaan.
“Lagian gue diajak ngobrol” Ucap Deva lengkap dengan muncratnya (?)
“Gue Cuma manggil..” Protes Ray.
“Kan gue lagi makan” Balas Deva sambil meneguk minumannya.
“Ehh.. Eh.. Loe pada ribut sendiri deh. Itu kenapa jadi dua kubu gitu sih?” Tanya Lintar sambil menunjuk kearah kakak-kakak mereka.
Dimeja yang dekat dengan pintu cafetaria ada Rio, Cakka, Ozy, Dea, Zevana, Angel, Zahra, Acha, Agni dan Shilla yang baru saja masuk sekolah. Sedangkan dimeja lain yang agak kepinggir tanpak Alvin, Gabriel, Sivia dan Ify.
“Kak Ify lagi sakit Dev? Tanya Obiet, begitu melihat wajah Ify agak pucat.
“Gatau, semalem dia nginep dirumah Kak Via. Tadi pagi aja gue jadi harus bareng sama Keke Kedondong gara-gara  nganterin baju kak Ify. Dan Keke harus berangkat pagi karena piket tapi gak ada barengannya” Jelas Deva.
“Ohh” biet hanya meng’o’kan mulutnya.
“Tapi seneng kan Dev” Ledek Ray.
“Apaan sih loe. Biasa aja kali” Ucap Deva cuek.
“Itu kenapa muka Kak Rio sama Kak Alvin pada bonyok deh berdua” Tanya Lintar yang lebih mengarah pada Ray.
“Kalo kak Rio katanya jatuh dari motor. Tapi gue gak yakin. Kalo kak Alvin gue kurang tau” Jawab Ray.
Yang lain hanya meng ‘o’ kan jawaban Ray.

“TEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTT” (?) Bel tanda selesainya waktu istirahat berbunyi.
“Cabut guys!” Koor Deva diikuti yang lain.
Saat menuju pintu keluar ternyata ada insiden yang membuat mereka harus berhenti dahulu.

***

“TEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTT” (?) Bel tanda selesainya waktu istirahat berbunyi.
“Kekelas yuk!” Koor Alvin diikuti yang lain.
Namun karena suasana cafetaria pada jam istirahat pertama begitu padat sehingga mau tidak mau pun agak berdesakan saa keluar pintu cafetaria. Disaat itulah, Ify agak terdorong sehingga juice alpukat yang tadi ditangannya terlepas hingga tumpah mengenai orang lain. Begitu mengetahui siapa yang terkena tumpahan juice tadi. Ify tercengang. Cafetaria yang tadinya ramai justru menghening begitu adanya kejadian ini.
“Aduhh, sorry banget Shill. Sweater loe jadi kotor gini. Maaf gue gak sengaja” Ucap Ify panik sambil berusaha membersihkan sweater Shilla dengans sapu tangan miliknya.
“Udah Fy, gapapa kok. Cuma kena sweater ini” Ucap Shilla. “Sini biar gue bersihin sendiri” Ucap Shilla sambil mengambil sapu tangan Ify.
“Aduhh, gue beneran minta maaf. Tadi gue kedorong dan juice itu.........”
“Alah, mau bilang sengaja aja kok repot ngarang cerita Fy?” Sindir Angel.
Mata Ify terbelalak maksimal.
“Heh, nenek lampir. Ikut-ikut aja loe. Ify tuh beneran gak sengaja” Sahut Sivia.
“Maling ngaku mah penjara penuh neng” Lanjut Zahra.
“Loe lagi. Shilla aja fine. Kenape loe yang repot sih?” Balas Sivia gak mau kalah.
“Udah Vi udah” Ucap Ify menenangkan.
Sedangkan Gabriel dan Alvin masih memilih stay melihat keadaan.
“Loe bilang aja Fy? Iri kan liat Rio sama Shilla? Dari tadi kan loe selalu ngeliat kearah kita?” Ucap Zevana.
Ify melotot mendengar ucapan Zevana. Mau tidak mau langsung menatap Shilla dan Rio yang kini juga tengah menatap dirinya. “Gue? Iri? Untuk apa?” Ucap Ify tidak terima.
“Ya siapa tau aja loe ngarepin Rio dan ada niat jelek. Karena Rio deketnya sama Shilla.” Sahut Dea.
“Yang ada niat jelek itu Ify apa elo De?” Sindir Sivia.
Dea memandang tajam kearah Sivia.
“Udah deh, gak usah diperpanjang. Kalian itu jadi tontonan” Seru Obiet dari belakang. “Nih, kak. Loe bisa pake sweater gue dulu” Ucap Obiet sambil mengangsurkan sweaternya kearah Shilla.
“Gak usah Biet, gue juga tadi emang mau lepas kok” Ucap Shilla sambil melepas sweaternya lalu kembali menyeruput minumannya. Tiba-tiba Dea mengambil minuman Shilla lalu berniat menyiramkannya ke baju seragam Sivia, tapi sayangnya Ify langsung mengambil posisi tepat disamping Sivia langsung pindah kedepan Sivia sehingga seluruh minuman yang disiramkan Dea malah mengenai bajunya.
Suasana langsung menghening.
Sivia yang tadi mau langsung memaki-maki Dea, gerakannya langsung tertahan begitu Gabriel tiba-tiba maju kedepan dengan wajah tanpa ekspresinya dan memandang tajam kearah Dea. Dea lumayan takut dipandangi Gabriel seperti itu. Shilla yang mengerti keadaan langsung pindah kedepan Dea. “Maafin Dea Yel.. dia....” Ucapan penyesalan Shilla langsung terhenti begitu sosok tinggi Rio berdiri didepannya menghadap Gabriel seakan menantang.

Ada rasa sesak di hati Ify begitu melihat sikap Rio yang seakan melindungi Shilla atau lebih tepatnya Dea. Ify memilih membuang pandangannya.

Rio menatap Gabriel tajam. Begitupun sebaliknya. Tiba-tiba Gabriel melempar senyum meremehkan kearah Rio. Rio yang tidak mengerti arti dari senyum Gabriel hanya tetap stay cool ditempatnya. Perlahan Gabriel mencopot kancing kemejanya satu persatu, hingga tersisa satu kancing lagi, Gabriel lebih memilih menariknya sambil melepas kemeja SMA Cagvairs hingga membuat kancing malang itu justru tergantung tidak utuh. Gabriel tidak menyesali kebiasaannya memakai kaos hitam sebagai rangkap seragamnya, terutama sangat mendukung disaat seperti ini.
Rio terbelalak dengan apa yang dilakukan Gabriel. Belum lagi setelah itu Gabriel langsung berbalik kearah Ify dan memasangkan kemejanya menutupi bekas siraman minuman Shilla dibajunya.
“Loe bisa pake itu buat nutupin baju kotor loe sampai koperasi nanti. Kita ketemu disana ya” Ucap Gabriel lembut sambil menepuk puncak kepala Ify. Ifye menunduk lalu mengangguk kecil.
“Vi, tolong anter ya” Pinta Gabriel pada Sivia yang masih terpana juga atas perbuatan Gabriel.
“Hah? Iya.. Ayo Fy” Ucap Sivia menurut dengan setengah tersadar lalu menuntun Ify melewati kerumunan untuk pergi ke koperasi.
Setelah kepergian dua cewek itu mendadak suasana kantin langsung riuh setelah tersadar atas keterpanaan mereka.
“Astagaaa, itu so sweet sumpahh!!”
“Itu anak baru.. Pesonanya kayaknya melebih Rio dehh”
“Seandainya gue ceweknya.. kyaaa”

Gabriel hanya tersenyum miring mendengar pujian-pujian untuknya. Lalu kembali menatap Rio yang ternyata sudah mengendalikan dirinya. Dan balik memandangnya datar. Rio membuang muka. Lalu memutuskan pergi dari cafetaria secepatnya.

Sepeninggal Rio
“Ke koperasi Yel. Loe juga butuh baju baru” Ajak Alvin.
“Yoi” Patuh Gabriel sambil mengikuti Alvin yang berjalan duluan dan melewati kerumunan yang tadinya memenuhi pintu hingga membentuk jalan sendiri.

***


“DAMN!!” Amuk Rio sambil meninju tembok ruang musik. Ya, satu-satunya ruangan yang sudah pasti kosong karena hanya akan digunakan saat tertentu saja.
Mata Rio memandang Grand piano putih yang memang sengaja ditempatkan ditengah ruangan sebagai point of room. Alat musik yang justru mengingatkannya pada gadis itu.
“Apalagi Fy kali ini? Apa gue harus mempertahankan elo dulu sebelum elo mau mempertahankan gue?” Gumam Rio.
Rio menyeret langkahnya menuju grand piano putih lalu duduk didepannya dan mulai menekan tuts tuts yang diharapkan mewakili perasaannya kali ini.

Tak kusesali cintaku untukmu..
Meskipun dirimu tak nyata untukku..
Sejak pertama.. kau mengisi hari-hariku..
Aku tlah meragu.. Mengapa harus dirimu..

Aku takkan bertahan..
Bila tak teryakinkan..
Sesungguhnya cintaku..
Memang hanya untukmu..

Sungguh ku tak menahan..
Bila jalan suratan..
Menuliskan dirimu..
Memang bukan untukku.. selamanya..

Kadang aku lelah.. menantimu..
Pastikan cinta untukku..

Aku takkan bertahan..
Bila tak teryakinkan..
Sesungguhnya cintaku..
Memang hanya untukmu..

Sungguh ku tak menahan..
Bila jalan suratan..
Menuliskan dirimu..
Memang bukan untukku.. selamanya..

“Elo.. Gue.. Shilla.. Gabriel.. Gue harus apa Fy?”

***

Cheers (;!!!

Trisil {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar