Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 30
***
Khusus untuk team inti Varaway baik putra dan putri serta cadangan yang akan mengikuti seleksi menggantikan Gabriel yang menjadi pemain inti tadinya serta mencari cadangan saat pertandingan hanya mengikuti kegiatan KBM sampai tengah hari. Karena waktu pertandingan semakin mepet ditambah lagi waktu mereka untuk menyiapkan pensi.
Ify sudah kembali bersekolah walau Gabriel masih menginap dirumah sakit sampai hari ini. Basket, salah satu kegiatan yang disukainya untuk berolahraga walau dia tidak setomboy Agni. Sang kulit bundar oranye kini seperti berayun ditangan kanannya mengikuti pergerakan Ify seperti rambut yang diikat buntut kuda mengikuti irama tubuhnya. Sinar matahari yang begitu menyengat seperti tidak dirasakan kulit putih cerahnya saat ini. Ntah mengapa permainan basket hari ini terasa berbeda baginya. Mungkin karena sebagian beban dipundaknya kini sudah sedikit terangkat kemarin. Senyum belum lepas dari bibirnya dari awal tangannya menyentuh si oranye.
“Ngerasa gak Yo, kalo Ify hari ini cantikan?” Bisik Alvin sambil menyenggol tangan Rio yang mendribel bola sehingga bola ditangannya bergulir begitu saja.
“Ahh, rese loe Vin. Lagian inget cewek loe. Malah muji cewek lain lagi” Ucap Rio ketus karena dua hal, pertama karena keasyikannya terganggu dan kedua mendengar Alvin memuji Ify.
“Yee, gue kan Cuma berkomentar apa yang gue liat Yo, hati mah tetep ke Sivia Azizah” Ucap Alvin mantap.
Rio melengos, “tapi bener gak yang gue bilang?” Tanya Alvin lagi, yang membuat Rio mengalihkan pandangannya kearah Ify yang asyik merebound bola kearah ring basket. Mata Ify yang sedikit menyipit karena silau matahari siang ini. Butiran keringat yang mulai mengalir dipelipisnya justru malah membuat Ify semakin cantik natural di mata Rio. Belum lagi rambutnya yang dikuncir buntut kuda, secara memang Ify jarang dikuncir kini memperlihat lehernya yang begitu jenjang. Pemandangan berganti ketika Ify mulai tersenyum lepas melihat shoot three pointnya masuk dengan mulus kearah Ring.
“Yah, malah terpana” Keluh Alvin sambil menepuk pundak Rio.
Rio mendengus kesal, keasyikannya menilai Ify terganggu.
“Biasa aja dong” Ucap Alvin terhadap reaksi Rio. “Tapi bener kan kata gue, Ify cantikkan?” Tanya Alvin.
“Buka cantik, tapi beda. Senyumnya lebih lepas dari pada sebelumnya. Gue belum pernah ngeliat dia senyum selepas itu” Tanggap Rio.
“Cieee, merhatiin loe ya” Goda Alvin.
Rio mendelik kearah Alvin. “Tadi kan elo yang nanya, kenapa sekarang gue yang diledek?” Keluh Rio sambil mengelap keringat didahinya.
Alvin nyengir. “Kalo Ify senyumnya selepas itu dijamin bukan Cuma Debo yang naksir, tapi satu sekolah bisa memperebutin, kecuali gue tentunya karena udah ada Via” Ucap Alvin iseng.
Rio menoleh. “Kak Debo naksir Ify? Loe tau dari mana?” Tanya Rio, hatinya mendadak gusar. Siapa yang tidak kenal Debo? Kakak kelasnya yang juga masuk kederetan wanted boys Cagvairs.
“Itusih cerita lama, lagian Ify nolak. Cuma nganggep kakaknya doang” Jawab Alvin santai.
“Kok gue gak tau? Ify gak cerita, loe tau dari mana?” Tanya Rio lagi.
“Dari... dari... dari nguping langsung hehe” Jawab Alvin nyengir.
Perlahan Rio menghembuskan nafas lega.
“Cara nanya loe gak santai banget Yo? Loe naksir Ifyy yaaa?? Goda Alvin lagi.
Perlahan hati Rio menghangat tanpa diminta. “jangan ngomong asal loe Vin. Gue gak naksir Ify” Bantah Rio bertolak belakang dengan hatinya.
“Oh yaudah, kalo gak naksir. Berarti gue gak perlu ngasih tau ya, kalo Debo sama Ify lagi main basket bareng tuh dilapangan seberang” Ucap Alvin santai.
Reflek, Rio langsung memutar kepalanya kearah yang diberitahukan Alvin secara tidak langsung. Rio langsung menoleh kearah Alvin lagi.
“Loe gak naksir kan Yo? Yaudah santai aja” Ucap Alvin sambil menepuk-nepuk pundak Rio. Namun tanpa diduganya Rio tidak mempedulikan tangan Alvin dipundaknya dan langsung ngacir kearah lapangan seberang meninggalkan Alvin dengan muka terpana.
***
“Serius banget Ray foto-fotonya” Tanya Obiet menyenggol lengan Ray yang sedang membidikan lensanya.
Ray menoleh. “Lagi nemu objek bagus, lumayan buat...”
“Gue liat dong foto-fotonya” Pinta Obiet yang langsung merampas SLR Ray dan langsung dilihat-lihatnya foto-foto bidikan Ray. Ray langsung manyun.
“Dari kebanyakan anggota basket, kenapa foto gue Cuma sedikit? Kenapa banyak foto Kak Ify? Loe naksir sam kak ify ya?” Tuduh Obiet.
“Ssstt... sembarangan loe Biet, makanya jangan dipotong dulu kalo gue ngomong. Pertanyaan loe pertama kenapa foto loe dikit? Karena gue bukan maho yang terobsesi sama elo. Kedua kenapa foto Kak Ify banyak karena itu buat... eh itu objeknya lagi bagus” Ucapan Ray menggantung dan langsung merampas kembali SLR ditangan Obiet. Dan membidikannya kearah objek yang dianggap bagus.
Ckreekkk...
“Keren nih kalo gue sebar ke satu sekolah” Gumam Ray pelan. Obiet yang penasaran dengan foto yang dibidik Ray kembali merampas SLR Ray secara paksa.
“Kak Ify sama Kak Rio?” Tanya Obiet.
Ray mengangguk. “Gak tau, akhir-akhir ini seru aja ngeliat mereka berdua jadi objek foto gue secara langsung tanpa mereka ketahui. Gue ngerasa sayang aja kalo gak abadiin itu” Ucap Ray aneh.
“Jadi ini juga kenapa alasan di SLR loe banyak foto Kak Ify? Buat loe kasih Kak Rio mungkin?” Tanya Obiet.
Ray mengangkat bahunya. “Gue gak tau pastinya, tapi jarang aja ngeliat Kak Ify yang senyumnya lepas begitu. Sisanya ada sebab yang gue sendiri gak tau apa maksudnya.” Jelas Ray.
Obiet memandang Ray aneh, lalu pandangan beralih pada foto Ify dalam SLR Ray yang tengah tersenyum, begitu cantik dan natural. Obiet sendiri mengakui hal tersebut, tapi secara perlahan ada rasa takut dan resah dalam dirinya terhadap senyum tersebut.
***
“Hey nenek lampir” Sapa Rio sambil iseng menarik kuncir rambut Ify hingga rambutnya yang agak basah karena keringat menjadi tergerai agak berantakan karenanya. Debo sudah tidak lagi bermain dengan Ify karena –entah karena suatu hal- berlari kepinggir lapangan.
“Rioooo jangan rese kek, gerah banget ini” Keluh Ify sambil berusaha mengambil alih karet kuncirnya.
“Gue gak gerah tuh” Ledek Rio sambil mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi yang memegang kuncir Ify.
Ifye mendengus kesal. “Yaiyalah, loe kan cowok. Rambut pendek, kecuali kalo loe berniat buat jadi banci karena jahilin gue terus” Ucap Ify kesal sambil melompat-lompat kecil mencoba meraih kuncirnya.
“Wah loe mau cobain gue ya. Gue asli cowok tau” Goda Rio.
Pipi Ify mulai bersemu merah. Pemandangan yang sangat detail sekali yang ditangkap oleh indera penglihatan Rio. Dan diyakini Rio bukanlah efek dari panas sinar matahari yang menyengatnya siang ini. Toh memang jarak Rio dan Ify begitu dekat sehingga Rio begitu puas memandang wajah cantik –meski kesal- dalam jarak begitu dekat. Belum lagi wangi mawar yang menguar dari rambut Ify yang berantakan –karena ulahnya- bercampur dengan wangi alami yang mulai memenuhi indera penciuman Rio.
Tidak jauh berbeda. Ify sangat sadar jika pasti pipinya telah memerah dibuat Rio. Namun panas matahari yang seakan memanggang kepalanya membuat udara semakin sempit karena rambutnya tergerai sehingga memaksa Ify untuk berusaha mengambil karet kuncirnya. Namun kegiatan Ify terpaksa berhenti karena melihat tatapan Rio yang mengarah padanya begitu lembut dan teduh. Mendadak jantungnya mulai bekerja diatas normal dari biasanya. Ify memandang laki-laki yang dikenalnya hampir 5 tahun ini. Dulu tinggi Ify dan Rio hampir sejajar hingga sekarang tinggi Ify hanya sedagu Rio.
“Loe dekil banget sih” Ucap Rio tiba-tiba sambil mengelap keringat yang mengalir di pelipis Ify.
Seperti dampak global warming memiliki dampak lebih dahsyat kepada Ify, karena mendadak suhu badannya memanas dengan sentuhan Rio di pelipisnya. Ify menepis tangan Rio didahinya pelan.
“Kayak loe gak dekil aja” Balas Ify sambil iseng menepuk jidat Rio dengan tangannya.
“IFYYYY”
“APAAAA” Balas Ify sambil berlari menjauh.
“Elo itu yaaa, awas kalo sampai gue tangkep” Ancam Rio.
“Coba, I’m not afraid boy!” Ucap Ify dengan nada meremehkan sambil terus berlari setelah melihat Rio mulai berlari kearahnya.
***
“Mereka akrab banget sih” Keluh Shilla tanpa sadar.
“Siapa Shill?” Tanya Dea yang sedang membenahi pom pom cheersnya.
“Heh? Bukan, bukan siapa-siapa” Jawab Shilla panik.
Dea mengikuti arah pandang Shilla sebelumnya. Tampak Rio dan Ify yang berkerjaran keliling lapangan. Shilla hanya pasrah melihat arah pandangan Dea.
“Loe cemburu sama mereka ya Shill?” Tanya Zahra yang ternyata mengikuti obrolan Dea dan Shilla.
Shilla tersenyum. “Ya nggaklah, mereka kan sahabat, Lagian ngapain gue cemburu? Ada-ada aja loe pada nebaknya” Ucap Shilla berusaha tertawa.
“Loe gak bisa bohong Shill” Ucap Dea pelan.
“Gue gak boong Deaaaaa” Ucap Shilla santai.
“Mau cerita sama kita-kita juga gak papa kok. Temen loe bukan Cuma d’V-Mile kan Shill?” Sahut Zevana.
Shilla tertawa. “Apa yang mesti gue ceritain sih? Yaiyalah, kalian kan temen gue juga”
“Mungkin ada sesuatu yang gak bisa loe ceritain sama d’V-Mile, apalagi sama Ify yang biasa jadi pendengar disana. Misalnya soal Rio” Samber Angel tiba-tiba.
Shilla terdiam tak berkutik.
“Ayo Shill, cerita sama kita. Janji deh kita gak ember, malah kalo bisa kita bantu elo” Rayu Dea.
Shilla nampak berpikir. ‘Haruskah dia berbagi tentang Rio kepada mereka? Toh, mereka gak ada sangkut pautnya sama Ify, gue yakin gak papa deh’ Pikirnya.
“Boleh deh, tapi jangan disini, di ruang osis aja ya” Pinta Shilla.
D’BeauZAZ – genk nya Dea dkk- saling menyikut dan tersenyum penuh arti.
“Oke deh Shill, Yuk” Ajak Angel sambil menarik tangan Shilla.
“Gue ke toilet bentar ya, kebelet. Nanti kalo ketinggalan cerita gue minta ulang sama yang lain aja ya” pamit Zahra yang langsung terburu-buru pergi tanpa mendengar terlebih dahulu persetujuan yang lain.
Shilla dan d’BeauZaz yang lain akhirnya melangkah ke ruang osis.
***
“RIOOO, Sahabat gue jangan di bully” Ucap Sivia sambil memisahkan Ify dan Rio yang sedang tarik-tarikan tangan untuk berusaha menoyor kepala satu sama lain -__- (anak kecil banget)
“Buat anak rese kayak dia mah gak masalah di bully” Tanggap Rio yang masih berusaha mencekal tangan Ify.
“Yang rese elo tau” Ucap Ify sambil menoyor Rio dengan tangannya yang bebas.
“Loe mau latihan basket atau maen toyor-toyoran sih?” Keluh Alvin sambil memisahkan Ify dan Rio membantu Sivia.
“Latihan mental Vin sama dia. Ngolah emosi biar jadi orang sabar ngadepin lawan yang rese” Jawab Rio yang akhirnya ditarik Alvin dan Ify ditarik Sivia.
“Jelek loe” Ledek Ify.
“Gue ganteng”
“Gue cantik”
“Gak ada yang ngakuin”
“Matanya katarak berarti”
“Gue normal tuh”
“Mata loe bermasalah gak bisa liat orang secantik gue”
“Rese loe”
“Loe gurunya”
“Loe suhunya”
“Loe leluhurnya”
“Stop woy stop, loe mau cerita? Konferensi pers? Atau belajar sejarah? Ampe leluhur segala dibawa” Ucap Sivia.
Ify dan Rio kompak nyengir.
“Pasangan Aneh” Ucap Sivia dan Alvin kompak.
Ify dan Rio saling berpandangan mendengar ucapan Alvin dan Sivia, lalu bergidik meremehkan satu sama lain, bertolak belakang dengan isi hati mereka yang tergelitik mendengar ucapan AlVia.
“Dia?” tanya Rio sambil menunjuk Ify. “Kayak gak ada yang lebih cakep, lebih feminim, lebih manis dan kalem aja” Ucap Rio.
“Rio?” tanya Ify balik meremekan. “Masih ada yang lebih putih, lebih mancung, lebih ganteng dan gak rese kali” Ucap Ify.
“Gue item manis kalii” Ucap Rio.
“Sepet iya”
“Rese”
“Lebih rese elo”
“STOPP” Koor Alvia.
“Tuhkan mulai lagi” Keluh Alvin.
“Kayak anak kecil kalian deh” Ucap Sivia.
“Biarin, kan gue belum 17 tahun” Ucap Ify seenaknya.
“Nah elo bukannya udah punya SIM Fy?” Tanya Rio.
“Udah, nembak gitu, pake kartu pelajar” Jawab Ify santai.
Yang lain cengo. “Emang ya Ify itu nyebelin” Ucap Alvin, Rio dan Sivia kompak.
Ify cengengesan.
***
-------------------------------------
To : Dea Christa
-------------------------------------
Amazing ! Rencana lo
Buat ngenyahin d’pimel gw
Yakin berhasil *,*
-------------------------------------
-------------------------------------
Sender : Dea Christa
-------------------------------------
Gw gitu, jgn lupa selanjutny
Rencana lo . inget ! timingny
Hrs pas, lo awasin dr luar ya !
Pastiin Ify ngeliat & dgr
Semuanya, kebetulan lg Ada
Agni & Acha.. 3 org lgsg
Msk perangkap, gluck buat
Loe :D
-------------------------------------
Zahra tersenyum sinis membaca pesan singkat dari Dea sambil berjalan menghampiri Rio, Ify, Alvin dan Sivia diujung lapangan.
“Hey Sorry gue ganggu” Ucap Zahra sok manis.
“Kenapa Ra?” tanya Alvin.
“Ini gue mau tanya keadaan Gabriel gimana Fy? Gue denger dia patah tulang ya? Maaf ya gue dan yang lain belum sempet liat” Ucap Zahra dengan penyesalannya dan lengkap dengan senyum manis yang dibuatnya.
“Gabriel baik kok, baik banget malah. Perkembangan dia sebagai pasien patah tulang lumayan cepet sembuh” Ucap Ify dengan senangnya. Diam-diam membuat orang disisinya –Rio- mendengus kesal.
“Oh, yaudah gue salam aja ya. Oh ya Fy, tadi pas gue dari Ruang Osis kayaknya HP loe getar, mungkin ada yang nelpon tapi gue biarin aja” Ucap Zahra masih bersikap manis.
“Yaudah gapapa, nanti gue kesana. Makasih pemberitahuannya ya” Ucap Ify.
“Sama-sama Fy, gue duluan ya. Yo, Fy, Vin, Vi. Bye” Pmait Zahra.
“Bye” Koor yang lain.
“Bisa-bisanya sikap loe sok manis kayak tadi Fy” Sindir Rio.
“Yee, gue emang manis kok” Ucap Ify.
“Buktinya sama gue gak pernah” Ucap Rio.
“Ama elo? Sikap gue manis? Mana bisa, loe aja gue black list di daftar sikap sopan santun gue” Ucap Ify seenaknya.
“Ngeselin loe” Ucap Rio.
“Bodo. Vi ke Ruang Osis yuk liat HP gue, takut Gabriel atau nyokap gue yang nelpon” Pinta Ify.
“Yuk dari pada loe berantem gak jelas mulu disini” Ucap Sivia menyetujui.
“Gue duluan ya Vin, Rese. Byee” Pamit Ify sambil nyengir begitu menyebut Rio dengan kata ‘Rese’
***
“Baru pada selesai latihan?” Tanya Agni begitu Shilla, Dea, Zevana dan Angel memasuki Ruang Osis.
“Yoi, latihan riang doang lah, berhubung kesehatan Shilla yang gak memungkinkan juga” Sahut Zevana.
“Thanks Ze” Ucap Acha berterimakasih karena pada mengerti kondisi Shilla.
“No prob Cha, kita kan satu team” Ucap Zevana sambil memainkan rambutnya.
Acha tersenyum manis.
“Mau cerita sekarang Shill?” Tanya Dea membuka percakapan.
“Kalin mau cerita apa sih?” Tanya Agni.
“Isi hati Shilla” Ucap Angel sok manis.
Sebelah alis Agni terangkat. Shilla langsung gugup.
“Maksud gue Cuma mau share doang kok Ag, tentang kegiatan Cheers” Ucap Shilla.
“Loe tadi kan mau cerita tentang Rio, kenapa jadi Cheers?” Tanya Zevana sok polos.
“Rio?” Tanya Acha. “Mario Stevano? Ketos kita?” tanya Acha memastikan.
Shilla menunduk.
“Tentang Rio kenapa Shill?” Tanya Agni.
“Ayo cerita Shill” Desak Acha.
Shilla menghela nafasnya. “Tapi jangan bilang-bilang Ify ya” pinta Shilla
***
Ify melangkahkan kakinya bersama Sivia masih dengan tawa riang sambil sesekali bercanda. Dan Sivia sendiri teramat bersyukur melihat sahabatnya kini mulai tertawa dan tersenyum bahkan berbeda dari biasanya. Kali ini seluruhnya tampak lepas dan ringan.
“Udah ah Fy, ketawa mulu. Ntar sampai ruang Osis elo disangka gila lagi” Ucap Sivia.
“Kan gue ketawa sama elo Vi, jadi elo disangkain gila juga” Ucap Ify seenaknya, tapi mulai mengendalikan tawanya dengan senyum.
“And thenn... Kita akan disangka sebagai sepasang sahabat gila gitu?” Ucap Sivia yang langsung ngeri ketika membayangkannya.
Tawa Ify langsung meledak seketika bahkan sampai tidak ada suaranya. Sivia langsung membekap mulut Ify untuk menahan tawanya.
Ify hanya bisa memberikan sebuah jari tangan yang berbentuk ‘V’ meyakinkan Sivia kalo tertawanya tidak akan lebih dari ini. Sivia membuka bekapannya.
“Gila loe Vi, kalo gue mokat karena loe bekep gimana?” Ucap Ify.
“Yang bener loe mati karena banyak ketawa” Ucap Sivia.
Ify nyengir, satu ruangan lagi mereka tiba diruang Osis. Namun begitu akan membuka pintu Ruang Osis, langkah Ify dan Sivia terhenti.
“Tapi jangan bilang-bilang Ify ya” pinta Shilla dari dalam Ruangan.
“Loe bisa percaya kita” Ucap Dea mewakili Zevana dan Angel.
“Dan loe juga bisa percaya gue” Ucap Agni ragu. Acha mengangguk menyetujui.
Nafas Ify tertahan mendengar percakapan dalam ruang Osis. Begitupun Sivia.
“Gue suka sama Rio” Aku Shilla.
Agni dan Acha sama-sama terkejut. Selama ini mereka memang menduga jika Shilla memang menyukai Rio, tapi karena tidak terlalu sering mereka tidak begitu ambil pusing. Namun dilain sisi mereka melihat Hubungan antara Rio dan Ify yang bisa dibilang cocok jika lebih dari sahabat.
Agni menghela nafas. “Sejak kapan?” Tanya Agni.
“Sejak LDKS tahun ini” Jawab Shilla.
Seakan sebuah petir menyambar hati Ify kini yang mendengar percakapan sahabatnya. Sejak LDKS berarti kurang lebih 4 bulan yang lalu.
“Kenapa loe gak bilang dari dulu?” Tanya Acha pelan, bagaimanapun juga dia pernah merasakan hal yang sama seperti Shilla sebelum jadian sama Ozy.
“Gue gak mungkin menghancurkan persahabatan gue sama Ify karena ini. Loe tau Ify baik banget, banyak yang udah dia perbuat sama gue terutama adik gue Obiet” Ucap Shilla.
Acha dan Agni terdiam.
Sivia menggengam tangan Ify erat, dapat dirasakannya genggaman tangan itu mulai menegang.
“Gue denger Ify orangnya peka banget lho” Ucap Dea tiba-tiba.
“Iya, Ify emang peka banget sama sekeliling dia” Ucap Agni menyetujui.
“Trus, kalo rasa suka Shilla udah selama itu paling gak dia tahu dong atau bisa nebak apa yang Shilla rasain terhadap Rio, kecuali.......” Jelas Angel menggantung.
“Kecuali?” Tanya Acha.
“Yah, kecuali Ify pura-pura gak tau, karena dia suka Rio dan gak peduli sama perasaan elo Shill” Samber Zevana langsung.
Sivia dapat merasakan tubuh Ify merosot. Dirangkulnya sahabatnya tersebut untuk menumpunya agar tetap berdiri.
“gak mungkin Ify begitu” Bantah Acha.
“Well, yang paling kenal Ify kan kalian Cha, Ag, Shill. Dan gue rasa kalian yang lebih tau sifat dia gimana dibanding kita” Ucap Dea pura-pura mengalah.
“4 bulan lho, bukan waktu yang singkat buat mendam rasa tanpa bisa menahan sesekali untuk menunjukkannya” Lanjut Angel.
“Bukannya kita mau memecah kalian, tapi gue peduli banget sama elo Shill. Gue ngerasain hal yang sama kayak loe sama Alvin” Lanjut Zevana sambil tak sengaja curhat colongan. Lengannya langsung disikut Angel.
“Eh, tapi gue mah rela-rela aja. Dia kan udah sama Sivia” Ucap Zevana terburu-buru meralat ucapannya.
Kali ini bukannya hanya tulang Ify yang seakan lenyap. Pijakan Sivia sepertinya terasa mulai mengambang. Namun begitu dirasakannya tubuh Ify mulai bergetar, Sivia sadar. Jika sekarang bukan saatnya memikirkan dirinya sendiri. Ada Ify, sosok yang jauh lebih rapuh dari pada dirinya.
“Jangan disini ya Fy, kita ke mobil loe dulu. Tas loe nanti biar gue yang ambil, Kita kerumah sakit sama-sama” Bisik Sivia. Ify tidak menjawab, hanya pasrah tubuhnya dibawa Sivia yang merangkulnya.
To be continue part 31~~
Maaf Makin jelek dan HANCUR -__-
Harap like nya kalo suka, dan jangan Cuma like, comment juga ya di MASING-MASING Part dan sesuai alur nya gimana :) Jangan Cuma semangat demo ya -_-v
Kalo gak, lain kali gak mau post double part. Biar aku tau kekurangannya.
Soal Serial MJ : STARE kenapa kemaren gak post , ya karena kemaren pulsa modem habis tanpa diketahui -_- dan gak aku post karena mau konsist postnya setiap malem jum’at doang.
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar