Lumos Maxima!! Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the illuminate - Albus Dumbledore, Trisil's student
Selasa, 25 Desember 2012
That's All Cause Ify Part 31
..........
“gak mungkin Ify begitu” Bantah Acha.
“Well, yang paling kenal Ify kan kalian Cha, Ag, Shill. Dan gue rasa kalian yang lebih tau sifat dia gimana dibanding kita” Ucap Dea pura-pura mengalah.
“4 bulan lho, bukan waktu yang singkat buat mendam rasa tanpa bisa menahan sesekali untuk menunjukkannya” Lanjut Angel.
“Bukannya kita mau memecah kalian, tapi gue peduli banget sama elo Shill. Gue ngerasain hal yang sama kayak loe sama Alvin” Lanjut Zevana sambil tak sengaja curhat colongan. Lengannya langsung disikut Angel.
“Eh, tapi gue mah rela-rela aja. Dia kan udah sama Sivia” Ucap Zevana terburu-buru meralat ucapannya.
Kali ini bukannya hanya tulang Ify yang seakan lenyap. Pijakan Sivia sepertinya terasa mulai mengambang. Namun begitu dirasakannya tubuh Ify mulai bergetar, Sivia sadar. Jika sekarang bukan saatnya memikirkan dirinya sendiri. Ada Ify, sosok yang jauh lebih rapuh dari pada dirinya.
“Jangan disini ya Fy, kita ke mobil loe dulu. Tas loe nanti biar gue yang ambil, Kita kerumah sakit sama-sama” Bisik Sivia. Ify tidak menjawab, hanya pasrah tubuhnya dibawa Sivia yang merangkulnya.
***
“Malem Bro” Sapa Alvin sambil menutup pintu ruangan tempat Gabriel dirawat.
“Yoi malem, sendiri loe?” Tanya Gabriel yang sedang memainkan PSP nya.
“Lah, kan Via sama Ify udah duluan dari tadi sore kesini. By the way mereka kemana?” Tanya Alvin sambil celingak-celinguk keseluruh sudut ruangan.
Gabriel menaikkan sebelah alisnya. “Maksud gue sama Rio atau Cakka. Lagian Ify sama Via kan emang gak kesini. Tadi Ify BBM kalo dia dan Via gak bisa kesini karena Via ngebantu Ify ngerjain tugasnya yang banyak selama dia gak masuk dan bantu nyalin catatan buat gue” Jelas Gabriel.
Sekarang gantian Alvin yang menaikkan sebelah alisnya. “Kok Via gak bilang gue ya?”
“Emang loe ortunya” Sindir Gabriel.
“Maksud gue ngabarin. Tadi pas pulang juga langsung pulang, bareng Ify kayaknya. Gak nunggu gue. Sekarang juga....”
“Loe tanya aja besok disekolah” Potong Gabriel. “Jangan sekarang, takutnya Via nya juga cape” Usul Gabriel.
Alvin hanya menganguk setuju.
***
Sivia mematut dirinya dicermin, sesekali berputar. Ify yang melihatnya dari tadi diatas tempat tidurnya hanya bisa memandang dalam diam. Ify sudah jauh lebih tenang dibanding tadi, Untungnya dia memilih Sivia untuk menemaninya malam ini menginap dikamarnya sementara Gabriel masih dirumah sakit.
“Sampai sekarang gue gak tau apa yang diliat Alvin dalam diri gue Fy” Curhat Sivia sambil menjatuhkan dirinya terduduk di pinggir tempat tidur Ify.
Ify memandang Sivia dengan memangkukan kepalanya diatas boneka stitch besar. “Kalo Alvin melihat loe dengan alasan. Apa loe gak takut, Alvin ninggalin loe saat alasan loe menghilang?” Tanya Ify balik. Sivia terdiam.
“Tapi kalo gue dibanding Zevana...”
“Loe masih mikirin perkataan Zeze ya?” Tanya Ify. Sivia mengangguk.
“Kan dia bilang dia gak papa karena Alvin udah sama elo” Ucap Ify.
“Tapi gue yakin gak sepenuhnya...”
“Gak usah mikir yang jauh-jauh. Alvin udah memilih elo...”
“Tapi gimana dengan perasaan Zevana?” Tanya Sivia.
“Alvin yang memilih, Alvin yang bisa mempertanggung jawabkan keputusannya” Ucap Ify meyakinkan.
“Gue dan Alvin terlalu cepat Fy. Kita yang sering berantem, taunya saling suka dan pacaran. Semua terlalu cepat, gue juga belum begitu kenal Alvin keseluruhan” Ucap Sivia.
“Loe gak yakin dengan Alvin terhadap elo atau loe malah gak yakin dengan perasaan loe sendiri?” Tembak Ify langsung. Sivia terdiam.
“Come on Vi! Loe harus bisa mantapin semuanya. Loe belum kenal Alvin karena semua butuh proses. Hingga loe berdua bisa sama-sama yakin atas semuanya.” Ucap Ify menyemangati.
Sivia termenung.
Don’t cry... Don’t be shy...
Kamu cantik apa adanya...
Sadari... Syukuri... Dirimu sempurna...
Jangan dengarkan kata mereka...
Dirimu indah... Pancarkan sinarmu...
Ify menyanyikan sedikit bait dari You’re Beautiful milik Cherry Belle yang membuat Sivia mau tidak mau tersenyum sambil mengacak rambut Ify.
“Ahai, thanks Py ! Loe buat gue lebih baik” Ucap Sivia sambil tertawa kecil.
Gantian Ify yang bete karena rambutnya diacak-acak.
“Selaww Fy selaww, gak ada Rio kok. Lagian Rio juga hoby ngacak-ngacak rambut loe. Jangan manyun ah” Ucap Sivia yang malah membuat Ify semakin manyun dan malah diam.
“Yah.. yah.. Ify kok diem sih? Maaf deh bercanda” Ucap Sivia menyadari raut muka Ify yang justru terdiam sambil merapikan rambut Ify kembali. Ify tidak merespon karena asyik dengan pikirannya.
“Tuhkan, jangan ngelamun sendiri dong Fy, berbagi sama gue. Jangan main rahasia-rahasiaan lagi deh” Ucap Sivia.
Ify melirik Sivia, lalu membetulkan posisi tidurnya. “Gue gak ngelamun, Cuma lagi mikir.” Ucap Ify.
Sivia mendengus pelan. ‘Apa bedanya?’ Bathinnya. “Sebenernya loe suka sama Rio gak sih Fy?” Tanya Sivia.
“Menurut loe gue seharusnya suka atau gak setelah denger Shilla suka Rio?” Tanya Ify balik.
“Gak ada hubungannya. Ini gak ada sangkut pautnya. Gue kan tanya perasaan elo” Ucap Sivia.
“Ada hubungan dan sangkit pautnya Vi. Shilla sahabat gue. Gak mungkin kalo kita...” Ify menggantung kalimatnya.
“Menyukai orang yang sama?” Tebak Sivia.
Ify mengangguk berat.
“Mungkin aja” Sahut Sivia. “Perasaan bergerak bebas, mengalir tanpa mengikuti alur, dan yang pasti gak bisa memilih dia bertaut pada hati siapa” Ucap Sivia.
Ify hanya terdiam mendengar perkataan Sivia. Namun memilih untuk tidak menanggapi atau melancarkan protes pernyataan dari Sivia. Ify menutupi mukanya dengan bantal sticth berukuran besar tanda sudah tak ingin diganggu untuk mengistirahatkan pikirannya. Dan tidak ingin membahas masalah ini lebih lanjut.
Tanpa bertanya lagi, Sivia sudah bisa mengambil kesimpulan dari perbincangan singkat antara dirinya dan Ify. Walau secara tersirat, Sivia tahu dan mengerti. Ify suka Rio !
***
Ify dan Sivia berangkat bersama ke sekolah. Sejak semalam mereka kompak untuk mematikan ponsel mereka dan sepakat untuk tidak ingin diganggu sementara. Sivia berniat untuk menghindar dari Alvin mulai hari ini untuk memastikan perasaannya, maupun perasaan Alvin. Keheningan menyelimuti perjalanan mereka baik dari Rumah Ify sampai tempat parkir SMA Cagvairs. Ataupun perjalanan sepanjangan koridor menuju kelas mereka. XI IPA 2. Sivia memasuki kelas dengan agak canggung, apalagi begitu mendapati Agni dan Acha sedang asyik membahas PR –sepertinya- tanpa menyadari keadiran Ify maupun Sivia. Berbeda dengan Ify yang justru bersikap santai seolah tidak terjadi apapun malah mencoba menyapa Agni dan Acha.
“Pagi Ag, Pagi Cha” Sapa Ify lengkap dengan senyum manisnya.
“Pa.. Pagi Fy” Jawab Agni dan Acha canggung, sambil kembali menyibukkan diri dengan buku dihadapan mereka. Sivia hanya menghela nafas melihat kelakuan semua sahabatnya.
Sadar yang disapa sudah tidak ingin diganggu, Ify melangkahkan kakinya kemeja yang ditempatinya bersama Sivia.
“Pagi Vin” Sapa Ify sambil meletakkan ranselnya diatas meja.
“Yoo, Pagi Fy.. Pagi.....”
“Fy anter gue ke kantin yuk. Gue mau beli minum” Potong Sivia terhadap ucapan Alvin yang ingin menyapanya.
Alvin dan Ify kompak mengangkat sebelah alisnya heran.
“Udah ayo cepet, ntar keburu bel” Ucap Sivia tanpa menunggu persetujuan Ify dan langsung menyeretnya keluar dari kelas.
Giliran Alvin yang tercengang ditempatnya. ‘Via kok kayak ngehindar sama gue sih?’ Bathin Alvin.
***
“Berhenti nyeret gue deh Vi” Pinta Ify sambil berusaha berhenti dan menghempaskan tangan Sivia.
“Nanti keburu bel Ifyyy” Balas Sivia.
“Kita tuh berangkat pagi Vi, gak mungkin bel secepat itulah” Keluh Ify.
Sivia menepuk jidatnya pelan, dan memainkan rambutnya sambil tersenyum polos. “Lupa”
Ify mendengus kesal. “Gak perlu menghindar dari Alvin juga kali Vi karena hal kemarin” Ucap Ify santai akan tetapi telak kepada Sivia. “Dia kan gak ada sangkut pautnya” Lanjut Ify lagi.
“Apa yang nanti loe lakukan saat ketemu Rio nanti?” Tanya Sivia balik. Ganti Ify yang terkesiap.
“Kita gak lagi ngomongin Rio. Kita ngomongin Alvin” Bantah Ify.
“Gak ada masalah karena dua-duanya langsung bermasalah sama hati kan?” Tanya Sivia balik.
Ify membuang pandangannya akan tetapi telak kepada Sivia. “Dia kan gak ada sangkut pautnya” Lanjut Ify lagi.
“Apa yang nanti loe lakukan saat ketemu Rio nanti?” Tanya Sivia balik. Ganti Ify yang terkesiap.
“Kita gak lagi ngomongin Rio. Kita ngomongin Alvin” Bantah Ify lagi
“Gak ada masalah karena dua-duanya langsung bermasalah sama hati kan?” Tanya Sivia balik.
Ify membuang pandangannya. Lalu memejamkan matanya sejenak. “Untuk Rio beda Vi. Elo dan Alvin udah punya status untuk saat ini. Sedangkan gue....”
“Tapi hati loe dan Rio secara gak langsung udah...”
“Gak ada yang tahu isi hati Rio ! Gue gak mau bahas ini” Ucap Ify tegas, sambil berjalan berbalik menuju kelasnya.
Sivia hanya bisa menghela nafas pelan menenangkan dirinya atas kelakuan sahabatnya.
***
Memang seperti biasa saat jam istirahat. D’V-mile tidak selalu istirahat bersama seperti pergi ke cafetaria untuk makan bersamaan. Namun tetap saja, walau tidak menghabiskan waktu istirahat bersama tapi pasti mereka akan tetap berkumpul, ntah sebelum jam KBM, sepulang sekolah, atau jam kosong yang ada bersamaan. Saat ini, tanpa disengaja mereka ke cafetaria bersama namun duduk ditempat berbeda bahkan bisa dibilang berjauhan. Ify bersama Sivia sedangkan Shilla, Agni dan Acha bersama anggota d’BeauZAZ *Angel, Dea, Zahra, Zeva* Sedangkan anggota d’Cagvrionz sama sekali tidak beredar di kantin. Paling hanya Gank nya Deva dkk yang masih setia membuat cafetaria semakin ramai.
“Boleh gabung Fy?” Tanya seseorang.
“Hey kak Debo, kak Kiki. Silahkan” Ucap Ify sambil menggeser duduknya, berikut Sivia.
Kiki mengedarkan pandangannya kesekeliling, tanpa sengaja matanya menangkap sosok Agni yang juga ada di Cafetaria. “Fy loe kok gak bareng sama Agni?” tanya Kiki. “Sama Shilla juga, disana” Lanjut Kiki sambil menunjuk kearah Agni dkk yang sedang asyik mengisi perut.
“Kan gak mesti bareng terus juga kak” Jawab Ify.
“Yah, biasa elo kan lengkap berlima” Sambung Debo sambil menunjuk Ify dan Sivia.
Ify dan Sivia hanya bisa mengulum senyum mendengar pernyataan Debo.
“Emang kita selalu di absen apa? Jadi harus lengkap” Ledek Sivia.
Debo dan Kiki tergelak.
“Ya, gak juga. Pemandangan baru aja” Sahut Debo.
“Sedikit-sedikit cari suasana baru gitu” Ucap Ify sambil tersenyum. Senyum yang masih bisa untuk meluluhlantakan hati seseorang dihadapannya sekarang. Walau, dianggap sebagai kakak. Perasaan Debo terhadap Ify masih juga belum hilang. Tapi bagaimanapun juga ia mengetahui perasaan Ify yang sebenarnya terhadap orang lain. Rio. Debo malah asyik terdiam sambil memandang Ify.
“Ngeliatnya biasa aja kali” Ucap Kiki sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Debo/
Debo tersadar dan mengulum senyum malu. “Sayang kan kalo dilewatin, samping gue cantik begini” Ucap Debo iseng.
Ify makin terbahak karena Debo menggodanya. “Gombal banget sih” Ucapnya.
“Elo juga Fy, ketawanya gak santai banget” Keluh Sivia.
“Lumayan buat pencerahan” Ucap Ify sambil mengangkat bahunya dan berhenti tertawa lalu sibuk menghabiskan air jeruknya.
Debo dan Kiki mengangkat sebalah alis mereka mendengar ucapan Ify. “Maksudnya?” Tanya Debo.
“Lagi ngisi kotak tertawa” Jawab Ify cuek.
“Loe lagi galau ya” Goda Kiki.
“Iya kak. Gue lagi galau. Galau mikirin eloo” Goda Ify balik.
Kiki manyun karena digoda balik. Sebaliknya Debo malah tertawa geli smabil mengacak rambut Ify.
“Yah, berantakan deh” Keluh Ify sambil menyisir rambutnya dengan jari.
“Giliran orang lain yang ngacak aja ngambek, tapi kalo itu...”
“Kan gue bilang lagi gak mau bahas itu” Potong ify terhadap ucapan Sivia. Sivia manyun.
“Yang dimaksud ‘itu’ si Rio ya?” Tanya Debo telak
Ify manyun. Sivia ngakak.
“Diem loe Vi. Ketawanya gak nahan banget” Keluh Ify sambil iseng melempar tisu yang habis dipakainya.
“Jorok loe Fy” Ucap Sivia sambil melempar tisunya kembali masih dengan tawa ngakaknya.
“Loe berdua jorok deh” Ucap Debo dan Kiki berbarengan.
Sivia dan Ify nyengir.
“Kompak deh kak kayak pramuka” Ledek Sivia. Ify dan Sivia kembali tertawa.
“Loe bedua ketawa kayak gak pernah ketawa tau” Keluh Kiki.
“Bodo” Ucap Ify santai sambil memeletkan lidahnya dan menjulingkan matanya. Konyol -_-
Mau tidak mau Debo dan Kiki jadi ikut tertawa.
“Boleh gabung?” Potong seseorang menghentikan tawa mereka berempat, Alvin.
“Ayo Vin” Ucap Debo sambil menarik Alvin langsung.
“Aduh Fy, kebanyakan ketawa nih. Gue jadi mau ketoilet. Gue pamit ya” Ucap Sivia sambil ngacir begitu saja tanpa mendengar jawaban Ify.
Pandangan Alvin yang mengikuti kepergian Sivia langsung beralih kepada Ify.
Ify langsung mengangkat kedua tangannya seperti seorang tersangka yang dicurigai. “Jangan tanya gue. Gue gak ngerti sepenuhnya apa yang dipikiran Sivia saat ini, lebih baik tanya dia langsung.” Ucap Ify sambil berdiri untuk bersiap meninggalkan Cafetaria.
Tapi tangannya yang bebas langsung ditarik Debo.
“Gak tau sepenuhnya, tapi sedikit tau kan?” Tanya Debo.
Ify tersenyum dan mengangguk. “Tapi itu bukan wilayah kita buat ikut campur kak” Jawab Ify, akhirnya Debo melepaskan tangannya.
“Gue duluan” Pamit Ify.
Yang lain mengangguk.
***
“Bahkan mereka biasa aja walau tanpa kalian” Bisik Angel sambil menunjuk kearah Sivia dan Ify yang asyik bercanda dengan Kiki dan Debo.
“Kalian tuh kadang iri gak sih? Kalian kan satu gank. Tapi ya gitu yang dikenal Cuma Ify. Apa-apa Cuma Ify. Pernah ngerasa gitu gak?” Tanya Zevana.
***
“Woy, ngelamun loe” Tegur Rio sambil menghempaskan bola basket tepat didepan wajah Alvin. Alvin terkesiap.
“Gila loe!” Dengus Alvin kesal.
Rio nyengir. Sepertinya sahabatnya sekarang tidak bisa diajak bercanda. “Maap, Maap. Loe kenapa sih? Lagian ngelamun” Ucap Rio memberi alasan.
Alvin mengatur nafasnya, meredakan emosinya. “Gue Cuma lagi mikir, gak ngelamun” Ucap Alvin.
“Apa bedanya?” Tanya Rio.
“Kalo ngelamun, otak kosong. Gue kan mikir. Masa otak kosong?” Keluh Alvin.
Rio nyengir. “Iyasih. Loe kenapa sih? Dari pagi kayaknya gini terus” Ucap Rio.
“Kepikiran Via” Jawab Alvin singkat.
“Via? Gue malah Ify. Dia gak masuk ya hari ini. Kayaknya dari pagi gue gak liat” Ucap Rio. “By the way, Via kenapa?” Tanya Rio.
“Ify masuk kok. Masak loe gak ketemu dia? Aneh. Via kayaknya menghindar dari gue. Salah gue apa ya?” Tanya Alvin entah pada siapa.
“Ify gak keluar kelas ya? Kan tadi gue gak kekelas loe. Loe telat jemput atau apa kali” Jawab Rio.
“Dari tadi dia keliaran kali yo. Masa loe gak liat? Gak kok. Gak tau ah” Sahut Alvin berusaha tak peduli.
Rio menautkan kedua alisnya. Dari tadi pagi dia memang tidak melihat Ify sama sekali. Bahkan ketika tadi dia menengok kelas Ify juga tidak ada Ify di tempat duduknya.
“Nah tuh Ify” Ucap Alvin menyadarkan Rio dari lamunannya.
Rio menengok kearah yang ditunjuk Alvin. Tampak sosok Ify yang asyik mendrible bola sendirian. “Gue kesana” ucap Rio sambil berlari mendribel bola meninggalkan Alvin.
***
Tanpa permisi, Rio langsung merebut bola yang sedang didrible Ify dengan gerakan halus. Lalu mulai mendriblenya sendiri dan langsung mengshoot kearah ring. Masuk. Cengiran lebar khasnya ditunjukkan pada Ify yang mendesah kesal ditempatnya.
Ify memutar bola matanya, seharian ini sebenarnya dia berusaha menghindar dari lelaki dihadapannya sekarang. Berusaha tak kasat mata melalui jalan berbeda. Tapi sesungguhnya Ify lupa, bagaimanapun mereke masih dalam lingkup yang sama, menghilang dengan cara apapun jika masih dalam sangkar yang sama sudah pasti akan memeiliki titik temu kemudian. Tanpa sengaja Ify melihat Shilla bersama Dea dkk yang asyik berlatih cheers dipinggir lapangan. Ify menghela nafas berat, tanpa mempedulikan Rio yang sudah melempar pandangan heran kearahnya –mungkin akan sikapnya- pandangan Ify mengedar mencari Bola basket baru. Ada satu yang tengah tergeletak diam dipinggir lapangan. Dilangkahkan kakinya untuk mengambil bola tersebut dan berlatih kembali.
Rio menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi, heran. “Mau maen sama gue Fy?” Tanya Rio ramah, tak peduli akan sikap cuek Ify.
Ify menghentikan permainannnya, teringat dengan kejadian kemarin sore.
“Fy, one by one sama gue yuk” Ajak seseorang dari belakang Ify tiba-tiba.
Ify berbalik dan tersenyum lega. Ada pengalih perhatian tanpa diminta. Debo. “Boleh kak, dilapangan seberang ya” Pinta Ify
Debo mengacungkan jempolnya setuju.
“Sorry Yo, latihan sama elo udah biasa. Gue sama yang lain, mau tau trik lain” Ucap Ify memberi sebuah alasan yang diharap bisa dimengerti Rio.
Walaupun kecewa, Rio berusaha mengangguk mengerti. Ify tersenyum paksa. “Thanks” Lirihnya pelan.
Rio langsung menatap Ify yang memunggunginya berjalan menjauh bersama Debo dengan pandangan tak mengerti. “Thanks? Buat apa?” Tanya Rio pada dirinya sendiri. Rio menggelengkan kepala membuang segala kemungkinan buruk. Dan langsung mengambil bola basket yang tergeletak diam dikakinya untuk mulai berlatih kembali.
***
“Permainan kalian buruk sekali!!!” Kecam Pak Dave pelatih Varaway, team basket Cagvairs.
Para siswa-siswi terutama pemain inti menunduk. Barusan diadakan uji coba pertandingan antara para pemain inti melawan murid kelas 3 yang mantan pemain inti juga.
“Alvin, Rio ! Mana kerja sama kalian seperti biasa? Kalian lebih banyak diam. Bahkan mengimbangi permaina Ozy yang lebih semangat saja tidak bisa”
“Maaf Pak” Ucap Alvin dan Rio berbarengan.
“Kalian pegangan Cagvairs saat ini, apalagi dengan celakanya Gabriel yang mungkin tidak akan turun saat pertandingan nanti. Tolong profesional, walau kalian ada masalah” Ucap Pak Dave, kali ini melunak.
“Agni ! kamu juga, permainan kamu cenderung egois hari ini. Sejago apapun kamu mampu memasukkan bola dari jarak jauh. Basket bukan permainan individu. Basket permainan team ! Seharusnya kamu bisa saling oper sama Alyssa seperti biasa. Bukan bermain sendirian” Ucap Pak Dave.
“Maaf Pak, gak akan keulang” Ucap Agni.
“Untuk Alyssa, tetap bertahan sama kualitas kamu sekarang, dan tingkatkan. Posisikan diri kamu untuk semuanya” Nasihat Pak Dave.
“Saya usahakan Pak” Ucap Ify.
“Saya bicara bukan untuk yang tadi saya sebutkan, bukan hanya untuk pemain inti. Tapi untuk semua. Sekarang kalian semua boleh pulang dan beristirahat berinstropeksi diri. Ingat, pertandingan sudah dekat. Jangan sampai keinginan menang kalian hanya terucap di mulut saja. Selamat Sore.” Ucap Pak Dave sambil berjalan meninggalkan lapangan.
***
“Suntuk banget Ag tampang loe” Ucap Zevana sambil memperhatikan Agni yang sedang memberekan peralatannya.
“Tuh Pak Dave ngomel-ngomel, bikin gue bad mood aja” Keluh Agni
“Sabar-sabar Ag” Ucap Shilla mengelus-elus punggung Agni.
“Emang kenapa sih honey” Tanya Angel.
“Efek beban pikiran kali, mood gue berantakan” Jawab Agni.
“Share dong Ag” Pinta Acha.
Agni menghela nafasnya. “Gue kepikiran soal yang kemaren sore. Dan jadinya gue disalahin mulu, main gak benerlah, egois lah de el el” cerocos Agni.
“Reaksi Ify gimana?” Pancing Zahra.
Agni mendelik lalu mendengus. “Ya biasa ajalah dia, emang dia tau apa” Ucap Agni kesal.
“Dan dia gak bilang apapun?” Tanya Dea.
“Mau bilang apa? Dari pagi kita juga gak ngobrol” Ucap Agni.
Dea melempar senyum penuh arti ke zahra.
“Tuh liat deh, udah gini dia gak peduli sama elo Ag, mentang-mentang kapten. Seharusnya dia kan nanaya elo kenapa. Kayak Shilla gitu, yang meduliin kita-kita kalo kita pada gak mood latihan” Ucap Zahra.
Shilla tersenyum malu mendengar ucapan Zahra. “Biasa aja kali Ra, emang seharusnya kan?”
“Iya banget Shill, masa mentang-mentang ketua jadi punya kekuasaan jadi bodo amat sama anggota. Mau dipuji sendirian tuh” Sahut Dea.
Agni termenung sesaat sebelum menanggapi Dea. “Emang sih, dari tadi Cuma Ify yang gak kena omel. Rio sama Alvin aja kena.” Ucap Agni ragu-ragu.
“Serius?” Tanya Shilla surprise.
Agni mengangguk. “Sama Ozy juga sih yang gak kenal omel” lanjutnya.
“Alhamdulillah” Ucap Acha.
“Ozy grafiknya ningkat terus Cha” Ucap Agni.
Acha tersenyum.
“Tuh bener deh kayaknya. Ify mau dipuji sendiri. Mending elo deh kaptennya Ag. Gue liat loe sama dia juga bagusan elo mainnya. Kurang beruntung aja loe” Sahut Zevana.
Agni mengulum senyum. “Tau ah, gue mau pulang. Thanks ya udah denger keluh kesah gue” Ucap Agni sambil menyamparkan tasnya.
“Gunanya teman honeyy” Ucap Angel.
Agni mengangguk terimakasih “gue duluan ya bye” Pamitnya.
“Be carefull Ag........”
***
Rio kembali menyetem gitar yang diambilnya diruang musik tadi untuk iseng sendirian. Dan mulai mencobanya kembali.
“Woy... jatuh cinta sama siapa loe” Tegur Alvin yang baru datang langsung duduk disebelah Rio.
“Cuma iseng nyanyi” Ucap Rio cuek.
“Yakin? Gak biasanya. Emang loe kebagian performe buat6 pensi sekolah?” Tanya Alvin.
Rio terdiam, teringat pada amanat Pak Duta yang memintanya dan Ify untuk berduet nanti. Perlahan wajahnya sumringah, ada alasan untuk berbicara dengan Ify sekarang. Apalagi setelah seharian ini Ify –terlihat menghindar- tidak bertemu dengannya.
“Yee ditanya malah senyam-senyum” Keluh Alvin.
Rio nyengir. “Loe gimana sama Sivia?” Tanya Rio memutar balikkan perhatian.
“Gatau” Ucap Alvin lemas.
“Lebih parah dari kemarin, gue salah apa ya?” Tanya Alvin.
“Loe ketahuan selingkuh kali, atau loe ketahuan berbuat freaky jadi Via il feel sama elo” Ucap Rio mengada-ada.
“Ngaco!” Ucap Alvin.
“Lagian begitu” Sahut Rio.
“Loe sendiri sama Ify gimana?” Tanya Alvin.
“Gimana apanya?” Tanya Rio.
“Jangan pura-pura deh. Loe suka sama dia kan?” Ucap Alvin to the point.
“Loe ngaco ah, mana mungkin gue suka sama dia” Bantah Rio.
“Sikap loe itu lho” Ucap Alvin.
“Sikap yang mana?” Tanya Rio balik.
“Perhatian, cara pandang, sikap....”
“Ngelantur loe Vin, semua standar kali. Dia kan Cuma sahabat gue. Wajar aja” Potong Rio.
“Gak wajar Yo. Gue kenal loe dari dulu, lagian gue juga cowok. Gue pernah ngerasa jatuh cinta. Pernah tau rasanya punya sahabat cewe atau cowo. Dan kesimpulannya yang gue tangkep dari seluruh sikap elo selama ini. Elo suka Ify” Ucap Alvin menjelaskan secara tepat.
Rio terdiam, tidak membantah ucapan Alvin.
“Diem kan loe. Gengsi loe ternyata belum berubah Yo” Ucap Alvin.
Rio hanya menggedikkan bahunya mendengar ucapan Alvin. Alvin hanya menghela nafas berat melihat sikap Rio. Keadaan menghening, hanya terdengar suara gitar yang sesekali dipetik oleh Rio mencoba setemannya.
“Tapi dia kayaknya menghindar sama gue dari kemarin Vin” Ucap Rio pelan.
Alvin mengarahkan pandangannya kearah Rio, terkejut. “Ify juga?” Tanyanya.
“Maksud loe?” Tanya Rio.
“Ify juga menghindar dari loe?” Tanya Alvin.
Rio mengangguk heran.
“Sivia menghindar dari gue dan Ify dari loe....” Penjelasan yang ingin dikemukakan Alvin terputus begitu melihat sosok Sivia dan Ify diujung koridor yang sepertinya tengah asyik bercanda.
“Kenapa Vin?” Tanya Rio sambil mengikuti pandangan Alvin. Rio ikut terdiam.
“Loe ke Ify, gue ke Via. Kayaknya kita butuh ngomong masing” Ucap Alvin. Rio mengangguk, baru saja mereka akan bangun.
“Oy, My Broo mau kemana loe berdua. Disamper malah kabur” Ucap Cakka menghalangi.
“Aduh Cakk ntar dulu deh” Keluh Alvin.
“Mau kemana sih loe?” Tanya Cakka.
“Kka, loe tadi disuruh keruang musik nyetemin gitar buat latihan pensi” Ucap Rio berbohong.
“Suruh siapa?” Tanya Cakka.
“Suruh Ketua Osis. Yaudah gue ama Alvin duluan. Titip nih gitar sekalian” Ucap Rio asal sambil menyerahkan gitarnya pada Cakka dan menarik tangan Alvin dan segera berlari meninggalkan Cakka.
“Okedeh” Teriak Cakka karena Rio dan Alvin sudah berlari meninggalkannya. Tetapi sesat kemudian dia terdiam.
“Bentar.. bentar.. disuruh ketos? Bukannya ketosnya Rio? Trus gue dibegoin dong?” Gumam Cakka pada diri sendiri. -__-
“Rio sialannnnnn” Geram Cakka kesal. “Jadi gue harus ke ruang osis gak ya?” -__-
***
Sivia menghentikan langkah Ify begitu melihat Alvin dan Rio berlari kearah mereka.
“Fy, Alvin sama Rio” Ucap Sivia.
“Trus?” Tanya Ify heran.
“Gue gak mau ketemu Alvin dulu” Ucap Sivia.
“Loe gak bisa lari terus-terusan Vi. Loe berdua harus bicara” Ucap Ify.
“Guee...”
“Kita mencar ya, gue juga lagi gak mau ketemu Rio. Selesaikan masalah loe sama Alvin, gue duluan” Ucap Ify sambil melangkah pergi meninggalkan Sivia yang terdiam ditempat. Sesaat Sivia berpikir dan langsung berjalan berlawanan arah dengan koridor yang dilewati Ify.
***
“Mereka mencar lagi” Ucap Rio.
“Baguslah, kita bicara masing-masing, gue duluan” Ucap Alvin sambil berlari meninggalkan Rio.
Rio mengangguk dan langsung mempercepat langkahnya mengikuti Ify.
***
“Fy, Ify tunggu” Panggil Rio yang berusaha mengejar Ify.
Ify lebih mempercepat langkahnya. Firasatnya mengatakan jika Rio pasti akan menanyakan kenapa saat ini dengan dirinya. Dan pasti dengan mantap takkan ada sepatah katapun yang akan menjadi penjawabnya.
“Ify tunggu” Ucap Rio sambil mencekal tangan Ify untuk menahannya. Ntah gerak refleks ataupun memang tenaga Rio yang kelewat kuat. Malah membuat Ify menubruk Rio langsung. Keadaannya sekarang Rio yang setengah memeluk tubuh Ify. Keduanya sama-sama terdiam. Berusaha menetralkan detak jantung mereka masing-masing.
Tidak bertahan lama Ify tersadar. “Maaf Yo”
“Maaf juga Fy” ucap Rio yang ikut tersadar sambil membantu Ify berdiri.
“Loe kenapa sih Fy?” Tanya Rio langsung.
“Kenapa emang?” Tanya Ify pura-pura tak mengerti, tapi pandangan matanya langsung mengarah kepada sosok yang sedang berjalan dibelakang Rio. Shilla !
“Kenapa loe terlihat menghin..”
“Sorry Yo, gue tadi buru-buru mau ketoilet” Potong Ify langsung sambil berlari kearah toilet yang memang sudah berada dekat dengan tempat mereka berdiri.
“Fy, Ify.. Tunggu” Panggil Rio. Namun sayang, panggilannya terabai karena Ify memang sudah memasuki toilet.
Rio menghela nafas berat, memutuskan untuk menunggu.
“Hey Yo, ngapain disini?” Sapa Shilla.
“Eh, elo Shill. Gue.. Gue lagi...” Rio nampak berpikir, tidak mungkin dia akan menjawab jika dia sedang menunggu Ify. Jatuhnya pasti akan diledek. “Engg, gue lagi nyari Alvin, iya nyari Alvin.” Jawab Rio sekenanya.
“Alvin?” Pikir Shilla. “Kok ditoilet cewek?” Tanya Shilla.
“Yaa.. Emm.. Alvin kan kadang abnormal tuh. Jadi yaa..”
“Hahahahahaaa” Ledakan tawa Shilla memutuskan penjelasan Rio, tapi justru membuat Rio bernafas lega. Karena dia tidak perlu mengarang alasan lebih banyak. Rio hanya membalasnya dengan senyum hambar.
Shilla melirik jam baby pink dipergelangan tangannya. “Udah mau bel nih, masuk kelas yuk” Ajak Shilla.
“Loe duluan aja, gue masih mau cari Alvin” Tolak Rio halus.
“Kan kalo bel, paling Alvin kekelas, kan loe latihan basket abis istirahat kedua” Ucap Shilla.
“I..iya sih. Yaudahlah. Yuk” Ucap Rio berat sambil berjalan setelah sebelumnya melihat kearah pintu toilet. ‘Ntar ketemu ini dilapangan’ Bathinnya.
Shilla mengikuti langkah Rio dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.
***
Sementara Ify, tidak sepenuhnya memasuki toilet. Hanya berdiri dekat kaca rias, sehingga sangat mengetahui kejadian diluar toilet. Percakapan Rio dengan Shilla dari saat Rio menunggu dirinya, datangnya Shilla dan berakhir dengan kepergian mereka. Perlahan Ify menengadahkan kepalanya keatas dan sejenak memejamkan matanya untuk menenangkan diri sekaligus menahan laju produksi air mata yang mulai bekerja. Diatur nafasnya perlahan sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar toilet menuju tempat lain untuk menyendiri.
***
Sama seperti Ify yang mempercepat langkahnya menjauhi Rio. Sivia juga masih belum siap, lebih tepatnya belum mempersiapkan apa yang akan dibicarakannya dengan Alvin sehingga memutuskan untuk menghindar kembali. Dibalikkan kepalanya kearah belakang sekedar untuk melihat keadaan. Dilihatnya Rio yang mengejar Ify dan dilihatnya Alvin yang berlari kearahnya. Sivia langsung membenarkan arah jalan. Sementara otaknya berpikir, ruangan yang akan dijadikan alasan untuk menghindar.
“Vi, tunggu” Ucap Alvin sambil mencekal pergelangan tangan Sivia.
Sivia terpaksa berhenti. Tidak ada alasan lagi untuk menghindar, mereka memang harus bicara.
Alvin mengatur nafasnya. “Kamu kenapa sih Fy?” Tanya Alvin lembut.
Sivia menunduk.
“Hey, aku salah apa?” Tanya Alvin lunak sambil mengangkat wajah Sivia.
Sivia membuang pandangannya. “Kamu gak salah apa-apa” Jawab Sivia.
“Terus kenapa kamu ngindarin aku dari kemarin?” Tanya Alvin sambil menghadapkan tubuh Sivia kearahnya. Sivia terpaksa menghadap Alvin, tapi pandangannya sudah terlanjur menangkap sosok Rio dan Shilla yang sedang berjalan bersama.
Mata Sivia menyipit, ‘Bukannya tadi Rio ngejar Ify? Kok...’
Alvin yang heran melihat sikap Sivia langsung mengikuti pandangan kekasihnya.
“Rio? Shilla?” Gumam Alvin pelan yang membuat Sivia tersadar.
Sivia langsung melepaskan tangan Alvin dibahunya dan berjalan kearah Rio dan Shilla.
Sesampai dihadapan Rio dan Shilla, Rio dan Shilla ikut berhenti karena Sivia berhenti dihadapan mereka. Tanpa bisa menyembunyikan tatapan sengit, Sivia menatap Rio dengan tatapan menuduh seakan Rio adalah seorang terdakwa pembunuhan. Rio hanya memasang ekspresi heran ditatap Sivia seperti itu. Sivia menghentakan kakinya dengan kesal dan berlalu –entah- dengan tanpa sengaja atau tidak menubruk bahu Rio sehingga Rio agak terdorong.
“Kenapa Vin?” Tanya Rio yang masih bingung dengan sikap Sivia.
Alvin menggelengkan kepalanya. “Gue duluan” Pamitnya langsung berlari mengikuti Sivia tanpa menghiraukan Rio lagi.
Alvin berlari dengan berbagai pikiran dibenaknya. ‘Kenapa Via kayak gini? Kenapa sinis banget liat Rionya sama Shilla? Apa jangan-jangan Via suka Rio?’ Pikir Alvin. Persepsi terakhirnya ntah mengapa membuat dirinya terasa sesak. ‘Mana mungkin, gak. Ayo, percaya Via Vin’ Bathin Alvin menyemangati. Langkah Alvin terhenti karena Sivia masuk kedalam toilet cewek. “Sial” Umpatnya.
***
“Ify... Ify loe dimana” Panggil Sivia sambil menggedor pintu toilet yang tertutup dan mendorong langsung pintu yang setengah terbuka.
“Ify loe disini gak?” Ucap Sivia masih menggedor salah satu pintu. Kekhawatiran sudah tidak dapat ditutupi lagi diraut wajahnya. Sahabatnya pasti sedang tidak baik-baik saja.
“Ify elo dimana?” Tanya Sivia mondar-mandir didepan pintu.
Tidak lama pintu toilet terbuka.
“Kak Via” Panggil siswi yang juga baru dari toilet.
“Aduh Keke, loe kenapa gak jawab kalo loe yang didalem” Keluh Sivia kesal penuh penekanan.
“Aku pikir bukan Kakak. Emang kenapa sih? Panik banget” Ucap Keke.
“Gak ada waktu jelasinnya” Ucap Sivia yang langsung melangkah keluar begitu sudah memastikan tidak ada lagi Ify didalam toilet.
“Ya Allah, Ify dimana sih” Ucap Sivia mengacak rambutnya.
“Kenapa sih Vi. Tolong jelasin” Ucap Alvin dari belakang Sivia yang memang sengaja menunggunya.
“Aku bakal jelasin kalo kita udah ketemu Ify” Sahut Sivia panik.
“Emang Ify kenapa? Jelasin dong. Aku gak ngerti.” Ucap Alvin berusaha sabar.
“Udah Vin gak usah banyak tanya. Aku udah bilang kan” Ucap Sivia tidak sabar sambil mengedarkan pandangannya keseluruh koridor sekolah.
“Bukannya tadi kalian baik-baik aja..”
“Tapi gak untuk sekarang” Potong Sivia tanpa fokus kearah Alvin, matanya sibuk meneliti penjuru sekolah yang masih dalam batas pandangan.
“Via denger aku” Ucap Alvin tegas sambil mengarahkan bahu Sivia kearahnya. Terpaksa Sivia mengikuti, mendengar ucapan Alvin sudah tidak menggunakan intonasi yang biasa.
Melihat Sivia yang langsung terdiam, sedikit perasaan bersalah menguasai Alvin. “Maaf, aku gak maksud marahin kamu” Sesal Alvin pelan.
Sivia hanya diam menunduk dan mengatur emosinya serta menenangkan pikirannya.
“Please, bantu aku cari Ify sekarang” Pinta Sivia pelan.
Alvin memutar bola matanya. “Ayo, ikut aku. Coba cari disana” Ajak Alvin sambil menggandeng tangan Sivia. Sivia hanya pasrah mengikuti walau tidak mengerti apa yang dimaksud disana.
***
Ify duduk dengan menenggelamkan kepalanya diatas meja yang sudah tidak terpakai lagi digedung atas. Mencoba menenangkan pikirannya. Membiarkan rambut indahnya dipermainkan angin sesuka hati, dan berharap angin dapat membawa pergi seluruh masalahnya.
“Ifyy!!” Panggil Sivia yang langsung berlari kearahnya meninggalkan Alvin dibelakangnya.
Ify mengangkat kepalanya. “Elo Vi” Ucapnya dengan nada datar.
“Elo gapapa?” Tanya Sivia.
“Emang gue kenapa?” Tanya Ify balik.
Sivia menghela nafas, sedikit lega. Walau dia yakin Ify tidak baik-baik saja saat ini.
“Loe ngapain kesini?” Tanya Sivia mengalihkan perhatian.
Ify tersenyum. “Numpang tidur sebentar, gue ngantuk” Alasan Ify.
“Kan bisa di UKS?”
“UKS ACnya biasa aja. Disini kan seger. Ya kan Vin?” Tanya Ify pada Alvin yang sudah ada dibelakang Sivia.
Alvin hanya mengangguk terpaksa. Karena masih bingung dengan raut wajah Ify yang nampak sumringah akan tetapi cahaya matanya redup.
“Are you okay Fy?” Tanya Alvin.
“Yeah, I’ll try to okay my bro” Jawab Ify sambil tersenyum.
Sivia dan Alvin hanya memandang Ify aneh.
“Nanti gue gak latihan ya, izin. Gabriel hari ini pulang. Jadi gue harus kerumah sakit nyiapin semua” Izin Ify.
“Perlu gue bantu?” Tawar Alvin.
“Gak perlu, ada Deva. Lagian gak enak bolos berjamaah. Titip temen gue ya” Ucap Ify sambil melirik ke Sivia. “Gue bolos dari sekarang, nanti mau tidur ditempat Iel aja” Pamit Ify langsung sambil melangkahkan kakinya melewati Sivia dan Alvin.
“Ify” Panggil Sivia.
Langkah Ify terhenti, dan langsung membalikkan tubuhnya.
“Are.. Are you okay?” Tanya Sivia.
“Sangat Oke” Ucap Ify sambil tersenyum meyakinkan.
“Gue harap loe gak lagi.........”
“Nyimpen masalah sendiri? Gue akan cerita kok. Tapi gak sekarang, dan elo Vi. Bakal jadi yang pertama yang gue cari” Potong Ify.
Sivia mengangguk lega. Ify membalikkan tubuhnya lagi berjalan meninggalkan Sivia dan Alvin.
Sepeninggal Ify...
Sivia baru saja akan melangkahkan kakinya meninggalkan gedung atas. Namun tangan Alvin keburu menahan langkah kakinya.
“Tunggu Vi. Kita yang harus bicara sekarang” Ucap Alvin lembut namun tak bisa ditolak.
Sivia hanya terdiam, tidak menolak ataupun menyetujui.
“Jelasin aku salah apa? Aku gak ngerti” Tanya Alvin lembut.
Sivia mendongakkan kepalanya. “Aku udah bilang tadi, kamu gak salah.....”
“Terus kenapa kamu menghindar” Potong Alvin cepat.
Sivia langsung menunduk.
“Ma.. Maaf..” Ucap Alvin dengan nada lunak. “Jangan ada yang disembunyiin, aku akan berusaha ngerti semua jawaban kamu” Janji Alvin sambil menggenggam lembut tangan Sivia.
Sivia menghela nafasnya. “Gak ada yang aku sembunyiin dan kamu gak salah” Jelas Sivia.
“Terus kenapa kamu....”
“Okey, Aku Cuma mau tau kamu beneran sayang aku atau gak” Aku Sivia jujur.
Alvin membelalakan kedua matanya maksimal. “Apa?” Tanyanya heran, tapi perasaan lega mulai menyelimuti hatinya karena dugaan-dugaan negatif yang terbentuk dibenaknya meleset.
“Siapa sih aku Vin?” Tanya Sivia sambil mencengkram erat lengan atas Alvin ddan sediki mengguncangnya. “Dibilang kita cocok? Nggak! Sifat kita sama-sama meledak. Aku gak tau kelanjutanya kenapa bisa ada status diantara kita. Aku bukan Ify yang multitalent, bukan Shilla dan kawan-kawan cheersnya yang serba sempurna. Aku bukan.......”
“Ssssttt..” Bungkam Alvin. “Jelas kamu bukan mereka. Kamu bukan Ify, kamu bukan Shilla apalagi anggota cheers yang lain. Kamu Sivia. Sivia Azizah. Sivianya Alvin” Ucap Alvin pelan penuh penekanan.
Sivia mendongak mendengar kata terakhir yang meluncur dari mulut Alvin. “Sivianya Alvin”
“Sivia yang aku kenal, Sivia yang percaya diri. Orangnya terang-terangan, sangat apa adanya, setia kawan, baik, kadang cengeng, Kadang ceroboh, kadang suka ngeselin, tapi yang penting aku sayang dia. Sangat menyayangi dia”
Tanpa bisa ditahan, butiran bening yang tadi tertahan dipelupuk matanya langsung mengalir dilanjut dengan menghamburnya tubuh Sivia kearah Alvin yang kemudian memeluknya erat.
“Jangan tanya lagi kebenaran rasa sayang aku ke kamu. Karena jawabnya gak akan pernah abis.” Ucap Alvin.
“Gombal” Ucap Sivia sambil menarik dirinya dari pelukan Alvin, bibirnya mengerucut.
Alvin menyeringai. “Aku serius tau”
Tanpa bisa ditahan pipi Sivia mulai bersemu.
Alvin tersenyum lebar. “Cantik deh, jadi gemesss” Ucap Alvin sambil mencubit pipi chubby Sivia dengan gemas.
“Sakitttttttttt apinnnnn” Ringis Sivia.
Alvin tertawa puas. Sivia manyun.
“Udah Ah, jangan manyun. Jelek nanti.” Ledek Alvin. Dengan terpaksa Sivia tersenyum.
“Yang tulus kenapa” Sahut Alvin.
“Kamu tuh.....” Ucap Sivia gregetan sambil mencubit pinggang Alvin.
“Adawwwwhh, iya Vi.. iya Vi ampun” Ringis Alvin. Sivia nyengir. Gantian Alvin yang manyun.
“Kayak Oma deh kalo nyubit. Sakittt” Ucap Alvin dengan gaya lebaynya.
“Lebay” Sahut Sivia.
Alvin nyengir. “By the way, apa sih alasan kamu nanya ini?” Tanyanya.
Sivia mengerutkan dahinya.
“Iya nanya kenapa aku sayang kamu? Apa ini salah satu penyebab kenapa dari kemarin kamu menghindar dari aku dan......”
“Ify dari Rio?” Potong Sivia.
Alvin mengangguk.
Sivia menghela nafasnya berat lalu kembali menunduk.
“Hey..” Panggil Alvin sambil mengangkat wajah Sivia.
“Janji kan? Gak ada lagi rahasia” Ucap Alvin.
Sivia mengangguk. Dengan kembali menghela nafas berat. Sivia mulai menceritakan kejadian di Ruang Osis dan percakapan Shilla dkk bersama anggota d’Beauzaz.
Alvin terbelalak mendengar penuturan Sivia. “Jadi.. Jadi dugaan kita tentang Shilla suka Rio dan Ify......”
“Iya, semua bener” Potong Sivia langsung. “Ify gak akan mau saingan, apalagi sama sahabat sendiri, makanya dari kemarinnnnn.........”
“Dia menghindar dari Rio dan kamu ikut menghindar dari aku” Tebak Alvin.
Sivia melengos. “bukan gitu, tadi kan udah aku cerita semua.” Ucap Sivia.
Alvin menaikkan sebelah alisnya, berusaha mengingat cerita Sivia barusan. Tak lama Alvin tersenyum menggoda.
“Cieee. Jadi ada yang cemburu. Takut kalah pamor sama Zevana?” Goda Alvin sambil mencolek dagu Sivia.
“Gak usah colek-colek deh. Emang aku sabun apa” Ucap Sivia ngambek, membuat Alvin ingin semakin gencar menggodanya.
“Ciee cemburuuuu” Goda Alvin. Sivia manyun.
“Tapi aku seneng kamu cemburu” Ucap Alvin kemudian.
Sivia memandang Alvin sinis. “Dasar makhluk marsss ! gak punya perasaan banget sih. Cewe mana yang gak takut kehilangan kalo dirinya dibandingin sama orang lain” Ketus Sivia lalu membuang muka.
Alvin tersenyum. Lalu menghadapkan tubuh Sivia kearahnya lagi. “Aku seneng kamu cemburu, itu bukti rasa sayang kamu ke aku. Tapi kamu harus percaya aku, kelakuan kemarin udah buat aku sadar untuk gak bisa jauh dari kamu. Justru aku semakin mantap sama kamu. Percaya sama aku kalo aku beneran sayang sama kamu sebagai Sivia, bukan yang lain. I still loving you with your self” Ucap Alvin yang kemudian memeluk Sivia erat.
Seketika, beban dipundak Sivia sedikit terangkat. Tak ada lagi yang harus ditakutkan. Hati Alvin telah menjadi miliknya begitupun hatinya. Hati yang tidak menuntut kesempurnaan melainkan kelengkapan.
Cheers (;!!!
Trisil {}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar